Breaking News:

Fakta Meninggalnya Satia Putra karena Obesitas, Mengeluh Sakit & Minta Mainan Untuk yang Terakhir

Sebelum meninggal dunia, ini permintaan terakhir Satia Putra kepada orangtuanya. Berat badan sempat naik drastis sebelum meninggal.

Editor: ninda iswara
Kompas.com/FARIDA
Fakta Meninggalnya Satia Putra karena Obesitas, Mengeluh Sakit & Minta Mainan Untuk yang Terakhir 

TRIBUNNEWSMAKER - Satia Putra, bocah asal Karawang yang mengalami obesitas ekstrem akhirnya meninggal dunia.

Sebelum menghembuskan napas terakhirnya, berat badan Satia terus berangsur naik hingga 110 kilogram.

Padahal berat badan Satia sebelumnya yakni 97 kilogram.

Seperti layaknya bocah lainnya, Satia termasuk anak yang ramah.

Bocah berusia tujuh tahun ini bahkan tak sungkan menyapa lebih dulu.

Ketika diajak ngobrol, Satia menanggapinya dengan antusias dan selalu mengumbar senyum.

Obesitas yang dialami oleh Satia berawal setelah dirinya disunat saat berusia tiga tahun.

Tak hanya itu, pola makan Satia yang tak terkontrol membuat berat badannya terus melonjak.

Wakil Bupati Karawang Ahmad Zamakhsyari tengah merayu Satya agar mau diobservasi dokter RSUD Karawang, Rabu (3/7/2019)
Wakil Bupati Karawang Ahmad Zamakhsyari tengah merayu Satya agar mau diobservasi dokter RSUD Karawang, Rabu (3/7/2019) (Kompas.com/FARIDA)

Satia bahkan bisa makan enam sampai tujuh kali dalam sehari.

Sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Satia yang meninggal dunia pada Minggu (29/09/2019) sempat merengek minta mainan untuk yang terakhir kalinya.

Berikut fakta-fakta terkait meninggalnya Satia Putra yang mengalami obesitas.

1. Berat badan naik drastis

Berat badan putra pasangan Sarli (50) dan Komariah (40) kian naik setelah ia disunat saat berumur tiga tahun.

Kian hari, nafsu makan bocah itu kian naik, hingga mencapai 97 kilogram.

Bahkan, ditimbang saat pemeriksaan di RSUD Karawang, berat badan Satia 101 kilogram.

Sebelum meninggal, bobot badannya menjadi 110 kilogram, naik 5 kilogram dari sebelumnya.

2. Pola makan tak terkontrol

Tiap hari, Satia makan enam hingga tujuh kali. Itu belum dengan ngemil, seperti bakso.

Malam sebelum tidur, Satia juga kerap merengek meminta makan.

Tiap kali makan, porsi makannya pun banyak, tak seperti anak-anak pada umumnya.

"Kalau bangun, misalnya jam 12 malam dia (Satia) juga sering minta makan. Kalau enggak dikasih, marah-marah," kata Sarli, ayah Satia.

Tiap kali makan, bocah yang seharusnya tahun ini bakal memasuki sekolah dasar itu mesti ada lauk, misalnya ikan atau telur.

"Kalau tidak ada lauk, dia rewel," kata dia.

Apalagi, Satia jarang main.

Tiap hari hanya nonton TV di warung.

Maklum, sudah lama keluarga Sarli memilih tinggal di warung dekat pantai sembari mencari nafkah.

"Main kalau pulang ke kampung (masih Kampung Cilempung, tetapi di wilayah padat penduduk), di sana banyak temannya," ujar dia.

3. Tidak bisa tidur telentang

Akibat obesitas yang dideritanya, Satia tidak bisa tidur telentang. Ia tidur dengan cara duduk, kemudian punggungnya diganjal dengan bantal.

"Dia sering merengek enggak bisa tidur," ungkap Sarli.

4. Dibawa ke RSUD Karawang

Satia kemudian dibawa ke RSUD Karawang pada Rabu (3/7/2019) sekitar pukul 10.00 WIB.

Satia sempat merengek tak mau turun dari ambulans. Orangtua Satia, camat, Wakil Bupati Karawang, hingga paramedis turut merayunya.

Satia kemudian meminta dibelikan mainan. Setelah sebuah mainan beko remot datang, barulah ia menurut untuk diobservasi oleh dokter.

Satia Putra, bocah tujuh tahun dengan berat 97 kilogram asal Kampung Cilempung, Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang tengah menonton televisi, Senin (1/7/2019).
Satia Putra, bocah tujuh tahun dengan berat 97 kilogram asal Kampung Cilempung, Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang tengah menonton televisi, Senin (1/7/2019). (KOMPAS.com/FARIDA)

Satia diobservasi sekitar setengah jam oleh dokter spesialis anak. Hasilnya, secara garis besar Satia hanya mengalami obesitas akibat pola makan yang tidak wajar.

"Hasil awal hanya mengalami kegemukan. Tensi dan lainnya wajar," kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama (Dirut) RSUD Karawang Sri Sugihartati.

Untuk menjalani pemeriksaan secara menyeluruh dan lengkap, Satia dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.

Namun, rujukan tersebut urung dilakukan menunggu pemberkasan administrasi dan kesiapan keluarga.

5. Ditawari operasi bariatik

Sarli menyabutkan, ia pernah ditawari operasi penyempitan lambung untuk Satia. Namun, ia menolak lantaran tak tega.

"Saya tidak tega, dia (Satia) masih kecil," kata dia.

Saat itu, kata Sarli, berdasarkan hasil pemeriksaan dokter ahli RSUD Karawang, Satia dinyatakan sehat.

Tidak ada gangguan pada organ dalam Satia. Ia hanya kegemukan. Sarli dan Komariah kemudian meminta obat penurun nafsu makan.

Namun, nafsu makan Satia masih saja besar dan berat badannya bertambah.

6. Merengek minta mainan dan mengeluh sakit

Sebelum meninggal, Satia berulang kali merengek minta mainan.

"Pa beli mainan yuk. Ini yang terakhir," kata Sarli, di rumahnya Jalan Raya Tanjungbaru, Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, Minggu (29/9/219).

Sarli menyebut, Satia memang kerap merengek minta mainan. Bahkan, saat dibawa ke RSUD Karawang untuk pertama kali, Satia sempat menangis dan tidak mau turun.

Baru setelah dibujuk dibelikan mainan, ia mau turun untuk diperiksa dokter.

Selain minta dibelikan mainan, Satia juga mengeluhkan sakit. Pekan lalu, Satia batuk dan kemudian dibawa ke puskesmas.

Ia kemudian juga mengalami sesak napas. Oleh dokter, Satia disarankan dibawa ke rumah sakit.

"Pa saya enggak kuat, soalnya sakit banget," kata Sarli, menirukan perkataan Satia.

7. Meninggal

Komariah menyebut, sesuai pemeriksaan terakhir, Satia menderita asma. Satia pun sempat dirawat dan dipasang alat bantu pernapasan.

Berdasarkan saran dokter, Satia akan dibawa ke RSHS Bandung pada Minggu (29/9/2019).

Sabtu (29/9/2019) sekitar pukul 12.00 WIB, Satia masih bermain. Namun, sore hari kondisinya menurun.

Keluarga bermaksud langsung membawa ke rumah sakit sekitar pukul 21.00 WIB.

"Saya pinjam cator ke Pak Lurah (Kades Pasirjaya). Baru beres-beres, catornya dibersihin, sudah enggak ada (meninggal)," kata dia. (Tribunnewsmaker/*)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul 

Kronologi Meninggalnya Satia, Bocah Obesitas asal Karawang

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kronologi Meninggalnya Satia, Bocah Obesitas asal Karawang"

Sumber: Kompas.com
Tags:
Satia PutraobesitasKarawang
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved