Pernah Di-bully karena Pakai Kutu Baru Selama 7 Tahun, Wisni Indarto Drupadi Sukses Kenalkan Batik
Kenakan batik dan kutu baru selama 7 tahun, Wisni Indarto Drupadi sempat menuai cibiran. Kini usahanya justru membanggakan.
Editor: ninda iswara
TRIBUNNEWSMAKER.COM - 2 Oktober 2019 kemarin diperingati sebagai Hari Batik Nasional.
Batik kini bukan lagi pakaian formal yang hanya dikenakan saat menghadiri kondangan.
Motif hingga model baju batik yang semakin modern membuatnya cocok digunakan dalam berbagai kesempatan.
Tak sedikit yang semakin jatuh cinta dengan batik lantaran motifnya yang semakin beragam.
Termasuk perempuan bernama Wisni Indarto Drupadi (38) yang begitu cinta dengan batik.
Di zaman modern seperti ini tak lantas membuat Wisni memilih model pakaian yang kekinian.

Wisni justru nyaman dengan atasan kutu baru yang dipadupadankan dengan jarik atau rok batik.
Memakai baju tradisional di era modern, Wisni memadukannya dengan sneakers sebagai alas kaki.
Saking cintanya pada batik dan kutu baru, nyaris tak ada baju jenis lain di lemari Wisni.
Wisni memakai kutu baru dan batik sejak tujuh tahun terakhir.
Sempat menuai cibiran lantaran selalu berpenampilan tradisional, Wisni kini justru sukses mengenalkan batik hingga ke kancah internasional.
“Saya suka olahraga. Jadi di luar kutu baru dan batik, paling hanya baju olahraga,” ujar Wisni saat dihubungi Kompas.com, bertepatan dengan Hari Batik Nasional, Rabu (2/1/2019).
Wisni mengungkapkan, keputusannya untuk mengenakan kutu baru dan batik setiap hari, karena kecintaannya terhadap pakaian nasional tersebut. Hal ini diperkuat dengan komplain suaminya.

Suatu hari, suami Wisni, Doni Indrarto, memerhatikan pakaian yang dikenakan sang istri kemudian memprotesnya dan disebut salah kostum.
“Tapi saat saya pakai kutu baru dia ga pernah comment (negatif). Paling berkata, bagus,” tuturnya.
Meski nyaman di mata suami dan dirinya, pandangan sinis ia peroleh di tahun-tahun awal. Banyak orang yang membully Wisni.
“Sering disebut planet dari manalah, bajunya kok kaya begini, abis dari kondangan? Dan lainnya,” ucapnya.
Meski dianggap aneh, Wisni bergeming. Semakin di-bully, ia akan semakin menunjukkan konsistensinya mengenakan pakaian ciri khas budaya Indonesia yang harus dilestarikan tersebut.
Kecintaannya pada budaya ini pula yang membuatnya tak pernah merasa risih. Bahkan ia senang saat ada orang yang beranggapan ia pulang kondangan.
Bagi dia, dengan anggapan orang ia pergi ke pesta setiap hari, ia dianggap bahagia oleh orang lain. Apalagi ia merasa nyaman dengan apa yang dikenakannya.
Beriringnya waktu, cemooh itu berubah menjadi pujian, hingga akhirnya kini ia difollow banyak orang.
“Karena konsistensi saya, kini mereka bilang ternyata kebaya itu tidak hanya digunakan untuk acara formal ya. Ternyata bagus ya dipakai kasual,” tuturnya.
Pakaian yang diproduksinya pun laris manis di pasaran lewat label WDrupadi. Kini ia mengantongi omzet Rp 40 juta-50 juta per bulan.

Pembelinya pun tak hanya dalam negeri. Sejumlah negara menjadi konsumennya, seperti Malaysia, Singapura, hingga Australia.
“Untuk kutu baru saya jual Rp 325.000-425.000. Untuk rok kain saya jual Rp 395.000,” ucapnya.
Kini, perempuan kelahiran Sukabumi, 23 Mei 1981 ini pun dicap berhasil mengubah kesan kolot pada kutu baru dan batik menjadi kekinian.
Bagi Wisni, batik merupakan salah satu warisan budaya bangsa, yang patut dijaga dan dilestarikan. Batik merupakan Indentitas Indonesia yang kaya akan warna dan budaya serta mengekpresikan keragaman yang Tuhan ciptakan.
Ia pun berpesan pada perempuan Indonesia, untuk menjadi perempuan anggun yang mampu menjaga tutur kata dan perbuatan.
“Lambat bicara namun cepat mendengar dan perbanyak karya," pungkasnya. (TribunNewsmaker.com/*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Wisni 7 Tahun Pakai Kutu Baru dan Batik, Dibully hingga Difollow