Sempat Heboh Anggaran Lem Aibon, Pemprov DKI Anggarkan 4 Miliar untuk Toa Banjir, Apa Fungsinya?
Beberapa waktu lalu heboh anggaran lem aibon dengan anggaran 83 miliar, kini Pemprov DKI buat heboh dengan kabar anggaran toa untuk banjir
Editor: Talitha Desena
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Anggaran lem aibon pada bulan Oktober 2019 lalu menjadi heboh.
Kini, masyarakat kembali dihebohkan dengan anggaran toa untuk banjir.
Kabar berhembus jika anggaran toa tersebut mencapai 4 miliar.
Beberapa waktu lalu heboh anggaran lem aibon dengan anggaran 83 miliar, kini Pemprov DKI buat heboh dengan kabar anggaran toa untuk banjir.
Publik kembali dikagetkan dengan munculnya anggaran yang menuai pro dan kontra.
Sebelumnya, pada bulan Oktober 2019 lalu, publik dibuat heboh dengan pemberitaan anggaran Pemprov DKI Jakarta.
Hal tersebut bermula dari Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang menemukan rencana anggaran di situs KUA-PPAS 2020.
Dalam rencana anggaran tersebut, pengadaan lem aibon tersebut mencapai 82 miliar.
Tentu saja anggaran tersebut menuai reaksi keras dari masyarakat.
Bahkan, kata 'lem aibon' sampai menjadi trending topic di berbagai media sosial.
Pihak Pemprov DKI pun mengaku jika nominal tersebut hanya salah tulis.
Kini, publik kembali dikejutkan dengan berita anggaran Pemprov DKI Jakarta yang lain.
Untuk mengantisipasi banjir, Pemprov DKI Jakarta telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 4 miliar guna membeli enam set pengeras suara atau toa canggih.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan memberi perintah kepada pihak kelurahan untuk berkeliling di kelurahannya guna memberikan peringatan dini terjadinya banjir kepada masyarakat menggunakan pengeras suara dan sirine.
Peringatan dini itu diberlakukan setelah Pemprov DKI Jakarta mengevaluasi prosedur peringatan dini yang selama ini diberlakukan.
"Salah satu hal yang akan diterapkan baru, bila ada kabar (akan banjir), maka pemberitahuannya akan langsung ke warga," kata Anies saat diwawancarai oleh Kompas.com di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Rabu (8/1/2020).
"Jadi kelurahan bukan ke RW, RT, tapi langsung ke masyarakat berkeliling dengan membawa toa (pengeras suara) untuk memberitahu semuanya, termasuk sirine," ujarnya.
Anies mengatakan, saat banjir mulai terjadi pada Rabu (1/1/2020) dini hari, Pemprov DKI Jakarta sebenarnya telah memberikan peringatan dini sebelumnya.
Peringatan dini disampaikan melalui pesan berantai ke ponsel warga.
Anies menduga sejumlah warga tidak membaca pesan tersebut.
"Kemarin pada malam itu, pemberitahuan diberi tahu, tapi karena malam hari, diberitahunya lewat HP, akhirnya sebagian tidak mendapatkan informasi," ucap Anies.
Menyambut tahun baru 2020, banjir melanda sejumlah titik di Jakarta, Bekasi, Tangerang, Tangerang Selatan, Lebak, dan Bogor.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat, sebanyak 67 orang meninggal akibat banjir tersebut.
Pemprov DKI Anggarkan Dana Rp 4 Miliar untuk 6 Pengeras Suara
Untuk mengantisipasi banjir, Pemprov DKI Jakarta telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 4 miliar guna membeli enam set pengeras suara atau toa canggih.
Pengeras suara ini dikatakan canggih lantaran juga dilengkapi dengan fitur unggulan, seperti Automatic Weather Sensor (AWS) dan Automatic Water Level Recorder (AWLR).
Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapudatin) BPBD, M. Ridwan mengatakan, pengeras suara yang dinamakan Disaster Warning System (DWS) ini tergabung dalam sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) BPBD DKI.
"Alatnya memang pakai toa, tapi bukan menggunakan toa seperti yang ada di masjid," ucapnya ketikatka dihubungi Tribun Jakarta, Rabu (15/1/2020).
Alat ini akan digunkan oleh BPBD untuk memperingati warga yang berada di bantaran sungai saat tinggi muka air di pintu air mencapai siaga tiga atau masuk kategori waspada.
"Kalau tambah pakai toa kan akan menjadi lebih bagus untuk melengkapi informasi ke warga," ujarnya saat dikonfirmasi.
Nantinya, enam set pengeras suara canggih ini akan ditempatkan di lokasi-lokasi rawan banjir yang belum memiliki alat peringatan dini.
Ilustrasi Toa.
"Nantinya akan dipasang di Tegal Alur, Rawajati, Makasar, Jati Padang, Kedoya Selatan, dan Cililitan," kata Ridwan.
Adapun enam set pengeras suara ini akan melengkapi alat serupa yang sebelumnya telah dipasang di 14 titik berbeda selama tahun 2019 lalu.
Anggaran Rp 4 miliar yang disiapkan oleh Pemprov DKI Jakarta ini sendiri telah dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2020.
Anggaran Rp 4 miliar ini belum termasuk biaya untuk perawatan selama setahun yang menelan biaya sebanyak Rp 165 juta.
"Pengadaan 6 set anggarannya Rp 4.073.901.441 dan untuk pemeliharaan Rp 165 juta," tuturnya.
(Tribunnewsmaker/*)
Sebagian artikel ini telah tayang di suar.grid.id dengan judul Setelah Heboh Anggaran Lem Aibon, kini Pemprov DKI Anggarkan Dana Rp 4 Miliar untuk 6 Toa Guna Mencegah Banjir! Memang Secanggih Apa Sih?