Breaking News:

Fakta Penonaktifan Dosen Unnes yang Diduga Hina Jokowi, Ajak Debat Terbuka hingga Kasus Plagiarisme

Diduga tulis status hina Jokowi, dosen Unnes dinonaktifkan sementara. Tersandung kasus plagiarisme. Ini fakta-faktanya.

Editor: ninda iswara
TribunNewsmaker.com Kolase/ Twitter @jokowi/ Shutterstock
Fakta Penonaktifan Dosen Unnes yang Diduga Hina Jokowi, Ajak Debat Terbuka hingga Kasus Plagiarisme 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Seorang dosen di Universitas Negeri Semarang (Unnes) dinonaktifkan dari pekerjaannya.

Dosen bernama Sucipto Hadi Purnomo ini diduga melakukan penghinaan terhadap Presiden Jokowi.

Penonaktifan sementara Sucipto Hadi dari pekerjaannya tercantum dalam Keputusan Rektor Unnes Nomor B/167/UN37/HK/2020.

Kejadian berawal ketika Sucipto Hadi Purnomo menuliskan status di akun Facebook pribadinya.

Status yang diunggah oleh Sucipto Hadi Purnomo diduga menghina Presiden Jokowi.

Presiden Joko Widodo.
Presiden Joko Widodo. (TRIBUN NEWS / HERUDIN)

Rektor Unnes Fathur Rohkman mengatakan, kasus dugaan penghinaan terhadap kepala negara itu sudah terjadi cukup lama.

"Kejadiannya saat masa Pemilihan Presiden 2019," ujar Fathur di Semarang, Jumat (14/2/2020).

Sucipto Hadi Purnomo mengunggah beberapa konten di akun Facebook pribadinya yang diduga berisi ujaran kebencian.

Dosen Fakultas Bahasa dan Seni ini kemudian diperiksa oleh tim siber Unnes.

Hingga akhirnya turunlah surat yang berkaitan dengan pembinaan aparatur.

Berikut fakta-fakta di balik penonaktifan sementara dosen Unnes tersebut.

Status 8 bulan lalu 

Postingan SHP yang diduga sebagai ujaran kebencian kepada Presiden Jokowi.
Postingan SHP yang diduga sebagai ujaran kebencian kepada Presiden Jokowi. (KOMPAS.com/facebook pribadi)

Status yang dipermasalahkan diunggah sekitar delapan bulan lalu atau tanggal 10 Juni 2019.

Dalam status Facebook tersebut Sucipto menulis, 'Penghasilan anak-anak saya menurun drastis tahun ini. Apakah ini efek Jokowi yang terlalu asyik dengan Jan Ethes?'

Rektor Unnes Fathur Rohman menegaskan, tidak memberikan toleransi pada dosen, tenaga pendidik atau mahasiswa yang menghina simbol NKRI dalam unggahannya.

Ketentuan tersebut, lanjut Fathur, tercantum dalam UU ITE dan RKUHP dengan ancaman hukuman pidana.

"Sebagai perguruan tinggi negeri, Unnes memiliki kewajiban menjaga NKRI dan Presiden sebagai simbol negara," katanya.

Sebab, Unnes melalui tugas pokok Tridharma perguruan tinggi memiiki peran meneguhkan peradaban bangsa.

"Jadi kalau ada dosen yang mengunggah konten menghina presiden berarti yang bersangkutan tidak beradab," kata dia.

Ajak debat terbuka 

Ilustrasi debat
Ilustrasi debat (Shutterstock)

Di sisi lain, bagi Sucipto, postingan itu tidak mempersoalkan apapun.

Ia mengajak Rektor Unnes menggelar debat terbuka terkait masalah tersebut daripada tiba-tiba memberhentikannya.

"Ini kan masyarakat akademik, kenapa tidak dibuat saja debat terbuka dengan menghadirkan ahli bahasa, ahli politik," ujar dia.

Menurutnya, ada keganjilan dari sanksi yang diberikan.

Sebab, status itu merupakan status lama, kalimatnya juga dinilai tak mempermasalahkan apapun, apalagi menghina presiden.

Kasus plagiarisme 

Ilustrasi
Ilustrasi(Shutterstock)

Sucipto Hadi menduga penonaktifan dirinya merupakan buntut dari kasus dugaan plagiarisme karya ilmiah, bukan penghinaan terhadap presiden.

Penonaktifan Sucipto berlaku sejak 12 Februari 2020 hingga turunnya keputusan tetap.

Sucipto mengaku kabar penonaktifan dia peroleh setelah menjadi saksi kasus dugaan plagiarisme.

"Setelah itu tiba-tiba di hari Rabu ada kabar kalau saya diskorsing dari kampus. Dari kampus menyampaikan kepada saya hari Jumat. Saya kaget, ini kenapa ambil langkahnya cepat sekali," katanya.

Menurut dia, pimpinan Unnes pernah melaporkan seseorang ke polisi yang diduga telah mengungkap dugaan plagiarisme yang dilakukan rektor.

Ia menduga, rentetan kejadian itu adalah latar belakang pencopotan dirinya.

Lalu, sejumlah pihak mencari-cari kesalahan, salah satunya melalui unggahan media sosial.

Menulis buku 

Ilustrasi menulis.
Ilustrasi menulis.(SHUTTERSTOCK)

Meski meragukan tudingan status penghinaan terhadap Jokowi, Sucipto memilih tetap mengikuti proses tersebut.

Dosen Fakultas Bahasa dan Seni ini akan lebih banyak menulis selama dinonaktifkan dari pekerjaannya.

"Tak pernah ada yang berbekas, kecuali yang dituliskan," kata Sucipto.

Sucipto memang diketahui aktif menulis. Salah satunya berjudul Saridin Mokong, bercerita tentang sosok yang dianggap melakukan perlawanan.

Ia juga mengaku tengah merampungkan penulisan buku terbarunya yang diberi judul 'Menjerat Plagiat'.

"Sekarang masih proses editing. Sumber saya dapatkan dari hasil pemeriksaan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia, terutama terkait dengan kasus plagiasi," ujar Sucipto. (TribunNewsmaker.com/*)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Di Balik Penonaktifan Dosen Unnes yang Diduga Hina Jokowi, Status 8 Bulan Lalu hingga Kasus Plagiarisme

Sumber: Kompas.com
Tags:
Universitas Negeri SemarangUnnesJokowiFacebookdosen
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved