Guru SMP 1 Turi Jadi Tersangka atas Insiden Susur Sungai, Ayah Korban Sangat Setuju: Terlalu Gegabah
Ayah siswa korban tenggelam saat susur sungai, kegiatan pramuka SMPN 1 Turi sangat setuju guru jadi tersangka karena gegabah.
Editor: Listusista Anggeng Rasmi
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Ayah siswa korban tenggelam saat susur sungai, kegiatan pramuka SMPN 1 Turi sangat setuju guru jadi tersangka karena gegabah.
Insiden susur sungai yang menewaskan 10 siswa SMP Negeri 1 Turi, Sleman menuai perhatian publik.
Kegiatan pramuka susur sungai tersebut dilakukan oleh ratusan siswa SMPN 1 Turi pada Jumat (21/2/2020) sore di Sungai Sempor, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ratusan pelajar hanyut terseret arus saat melakukan kegiatan tersebut.
Selain merenggut korban jiwa, insiden susur sungai itu juga mengakibatkan puluhan siswa mengalami luka-luka.
Dalam peristiwa tersebut, total siswa ada 249 anak yang mengikuti kegiatan.
Sebanyak 216 siswa ditemukan selamat.
Ada 23 siswa yang mengalami luka-luka.
Sedangkan 10 siswa meninggal dunia.
Atas insiden tersebut, polisi telah memeriksa guru pembina pramuka SMPN 1 Turi.
Kini polisi telah menetapkan satu orang berinisial IYA sebagai tersangka dalam tragedi susur sungai tersebut.
Satu orang yang ditetapkan sebagai tersangka ini merupakan pembina Pramuka sekaligus guru SMP Negeri 1 Turi.
"Sampai dengan saat ini, kita sudah melakukan pemeriksaan kepada paling tidak ada 13 orang," ujar Kepala Bidang Humas Polda DIY Kombes Yuliyanto saat dikonfirmasi, Sabtu (22/2/2020).
Orangtua salah satu korban tewas Lathifa Zulfaa, Mulyadi mengaku setuju apabila IYA ditetapkan menjadi tersangka.
Namun mulanya Mulyadi menceritakan semasa hidupnya, Lathifa Zulfaa memang kerap mengikuti kegiatan Pramuka di sekolahnya.
"Ya sudah sering ikut, kadang pulang sudah basah," ucap Mulyadi dikutip TribunJakarta.com dari YouTube TV One, pada Minggu (23/2/2020).
Sementara untuk berkegiatan di sungai, Mulyadi mengatakan sang putri sudah dua sampai tiga kali melakukan hal tersebut.
"Mungkin dua atau tiga kali," ucap Mulyadi.
"Enggak mesti, kadang cuma diguyur air atau apa," imbuhnya.
Mulyadi kemudian menerangkan, Sempot merupakan sungai yang besar dan dalam.
"Itu sungai besar kok, tapi saya enggak jelas anak saya di sungai sebelah mananya," ucap Mulyadi.
Saat ditanya tanggapannya mengenai IYA yang kini menjadi tersangka, Mulyadi mengaku sangat setuju dengan tindakan polisi.
Ia menerangkan orangtua siswa yang lain juga sependapat dengannya.
"Setuju, dan yang menuntut bukan hanya saya," kata Mulyadi.
Mulyadi kemudian mengungkapkan kekecewaannya terhadap pihak yang bertanggung jawab atas kegiatan susur sungai itu.
"Ini anak orang untuk dipermainkan," ucap Mulyadi.
"Ya terlalu gegabah," imbuhnya.
SIMAK VIDEONYA:
2 Siswa SMPN 1 Turi saat Susur Sungai Lakukan Aksi Heroik
Kejadian nahas menimpa sejumlah siswa SMP Negeri 1 Turi, Sleman Yogyakarta, ketika melakukan kegiatan susur sungai pada Jumat (21/2/2020).
Pasalnya para siswa yang mengikuti kegiatan tersebut terseret arus sungai dan beberapa dikabarkan meninggal dunia.
Menurut Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan, terdapat lebih kurang 250 siswa yang melakukan susur sungai dalam rangka kegiatan pramuka.
Menurut keterangan yang berhasil dihimpun, ketika siswa-siswi tersebut turun untuk memulai kegiatan susur sungai, di lokasi tersebut belum turun hujan.
Namun di tengah kegiatan, tiba-tiba datang air bah dari hulu sehingga membuat sejumlah siswa hanyut.
Satu di antara peserta susur sungai siswa SMP Negeri 1 Turi, Ahmad Bakir menceritakan awal mula para peserta berkumpul di sekolah.
Dikutip TribunJakarta dari Kompas.com, para peserta berangkat dari sekolah ke Sungai Sempor sekira pukul 15.00 WIB.
"Berangkat dari sekolah ke Kali Sempor itu sekitar jam 15.00 WIB," ujar Bakir saat ditemui di SMP Negeri 1 Turi, Jumat (21/2/2020).
Siswa kelas 8 ini menyampaikan, saat berangkat dari sekolah kondisi hujan deras.
Namun, ketika sampai di Sungai Sempor, hujan mulai reda.
"Kegiatannya itu susur sungai. Saat reda kita turun ke sungai," katanya.
Awalnya, saat mulai susur sungai, Bakir berada di paling belakang.
Namun, perlahan mendahului hingga berada di depan.
Menurut dia, kedalaman air saat susur sungai bervariasi, ada yang sekitar 50 sentimeter dan ada pula yang satu meter.
Setelah beberapa saat menyusuri sungai, hujan gerimis datang.
Setelah itu tiba-tiba datanglah air bah dari arah hulu dan mengakibatkan sungai tempat mereka melakukan penelusuran banjir.
"Enggak terasa, tiba-tiba air datang," ucapnya.
Gunakan Akar Pohon untuk Menolong
Bakir mengungkapkan saat banjir datang, kebetulan ia sudah berada di atas bibir sungai bersama temannya, Danu Wahyu.
Ia mengaku tidak mengetahui pasti berapa siswa yang hanyut terbawa arus.
Namun ia mengatakan temannya semapat menolong peserta yang tenggelam.
"Kalau yang hanyut saya tidak tahu, tapi ada yang tenggelam sempat ditolong teman saya (Danu)," bebernya.
Mengetahui kejadian itu, Bakir pun lantas berteriak agar teman-temannya tetap berpegangan yang erat pada sebuah kayu.

Selain itu, ia juga meminta teman-temannya tidak panik.
"Yang di tengah itu panik, terus saya teriak agar jangan panik. Kalau panik kan makin susah," ungkapnya.
Bakir yang berada di atas serentak berusaha membantu teman-temanya.
Ia mencari benda yang ada di bibir sungai untuk dipergunakan menolong.
"Saya langsung cari akar yang panjang, lalu saya lempar ke teman yang di tengah. Satu-satu tarik ke pinggir, ada enam yang tadi saya tarik," katanya.
Bakir mengungkapkan, saat kegiatan susur sungai, ada pembina pramuka yang mendampingi.
Posisinya berada di belakang dan tengah.
Nekat Ceburkan Diri ke Sungai
Tak cuma Bakir yang berusaha menolong rekan-rekannya.
Hal serupa juga dilakukan Danu yang saat itu berada di atas bibir sungai bersama Bakir.
Danu Wahyu, siswa kelas 8, menuturkan, saat kejadian posisinya berada di bibir sungai.
"Saya kan naik ke permukaan. Jadi posisi saya tidak di dalam sungai saat kejadian," ungkapnya.
Saat banjir bandang datang, lanjutnya, dia sempat melihat beberapa temannya tenggelam.
Melihat hal itu, Danu spontan langsung melompat ke dalam sungai.
"Lihat ada yang tenggelam terguling-guling, saya langsung lompat berenang. Saya tarik dua yang perempuan ke pinggir, sama satu yang (pegangan) batu di tengah (sungai)," ungkapnya.
Diwartakan sebelumnya, sebanyak 250 siswa SMP Negeri 1 Turi melakukan kegiatan susur sungai di Sungai Sempor, Dusun Dukuh, Desa Donokerto, Turi, Sleman.
Saat melakukan kegiatan para peserta terjebak banjir yang datang secara tiba-tiba dari arah hulu.
Diketahui sejumlah siswa dinyatakan hanyut.
Berdasarkan informasi terkini, jumlah siswa yang meninggal dunia sebanyak 7 orang.
Sedangkan 3 orang lainnya masih belum ditemukan. (TribunNewsmaker/*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul 10 Siswa SMP Tewas saat Susur Sungai, Ayah Korban Setuju Guru Jadi Tersangka: Anak Dipermainkan