Curhatan Dokter Rawat Pasien Corona, Resah karena Jumlah Membludak Sampai Jadwal Kerja Dirombak
Ini kisah dokter yang menangani pasien virus Corona di Indonesia, merasa resah ceritakan pasien & jadwal kerja dirombak total
Editor: Irsan Yamananda
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Tenaga medis, salah satunya dokter, menjadi sosok yang krusial dalam penanganan virus Corona di Indonesia.
Salah satu dokter pun menceritakan kesulitannya dalam penanganan virus Corona.
Dirinya mengaku resah, kenapa?
Ini kisah dokter yang menangani pasien virus Corona di Indonesia, merasa resah ceritakan pasien & jadwal kerja.
Seperti yang diketahui,kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia tengah terganggu karena menyebarnya virus Corona di tanah air.
Apalagi, pasien Corona di Indonesia terus meningkat dari hari ke hari.
• Bukan Bagikan Masker Gratis, Uya Kuya Pilih Jual dengan Harga Rp 2 Ribu, Berikut Alasannya
• Gambar Virus Corona Jika Diperbesar, Berduri dan Berbentuk Seperti Mahkota

Dikutip dari Kompas pada 16 Maret 2020, pasien virus Corona di Indonesia mencapai 134 orang.
Pemerintah pun berusaha sebaik mungkin untuk menanggulangi virus tersebut di Indonesia.
Bagi masyarakat luas, Presiden Jokowi mengakui Pemerintah Pusat menyaring informasi penyebaran virus corona (Covid-19) yang masuk ke Indonesia.
Hal tersebut dimaksudkan agar menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat soal virus corona.
Selain itu, Presiden Jokowi juga sudah menyiapkan tenaga medis serta rumah sakit untuk para pasien.
Tenaga medis menjadi sosok yang berperan di garis terdepan dalam menanggulangi virus Corona.
Salah satu dokter akhirnya buka suara dan menceritakan pengalamannya.
Y membeberkan pengalamannya menjalani karantina di rumah selama beberapa hari usai merawat seorang pasien diduga terinfeksi virus corona.

Tentu, itulah salah satu resiko yang harus Y terima ketika memutuskan menjadi seorang dokter dan siap menjadi garda terdepan menyambut virus corona.
Beruntungnya, Y dapat melalui masa karantinanya dengan baik.
Bahkan, hasil pemeriksaan Y dan pasien yang dia rawat menunjukkan negatif virus corona.
Setidaknya, Y masih bisa bernafas lega dan bisa melanjutkan pengabdiannya sebagai tenaga medis untuk menghadapi virus corona.
"Kebetulan kemarin saya juga baru dirumahkan.
Beruntungnya pasiennya (yang dirawat dan kontak langsung dengan Y) negatif (virus corona)," ujar Y kepada Kompas.com, Senin (16/3/2020).
Keresahan Y menghadapi virus corona tak hanya berhenti di situ.

Dia juga harus siap menerima dan merawat sejumlah pasien dengan beberapa gejala klinis yang datang ke rumah sakit, tempat dia praktik.
Saat merawat pasien, dia tak dapat membedakan antara pasien satu dan pasien lainnya.
Semua pasien harus dia rawat sesuai prosedur, walaupun dari lubuk hati terdalamnya dia juga khawatir terpapar virus corona.
Dokter Y mengaku menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai aturan Kementerian Kesehatan RI, namun bukan berarti virus corona tak dapat menembus kekebalan tubuhnya.
Menurut Y, jumlah pasien yang datang untuk periksa ke rumah sakit tempat dia bekerja membludak setiap hari sejak diumumkannya beberapa orang yang terinfeksi virus corona.
"Sudah beberapa hari ini terjadi pembludakan, terutama yang suspect (virus corona), PDP (pasien dalam pengawasan). Mau enggak mau harus kita tangani, terutama yang mengalami perburukan gangguan respiratori akut," ujar Y.
Padahal, lanjut Y, rumah sakit itu bukan rumah sakit rujukan pasien terinfeksi virus corona. Oleh karena itu, rumah sakit, tempat praktik Y hanya melayani pemeriksaan swab.
Pasien yang positif terinfeksi virus corona akan langsung dirujuk ke rumah sakit rujukan terdekat.
Sedangkan, pasien yang negatif terinfeksi virus corona akan menjalani perawatan seperti biasa sesuai gejala klinis para pasien.
Jadwal kerja dirombak
Perjuangan Y di tengah mewabahnya virus corona tak berhenti di situ.
Dia pun harus menyesuaikan jadwal praktiknya. Pasalnya, pihak rumah sakit mengubah jadwal praktik seluruh dokter agar dapat melayani para pasien secara maksimal.
Pihak rumah sakit juga membagi beberapa cluster perawatan bagi para dokter.
Hal ini bertujuan untuk memudahkan para dokter untuk merawat pasien dan mengantisipasi penyebaran virus corona.
"Nah sekarang (jadwal) kita benar-benar dirombak habis-habisan, dibikin supaya jam kerja enggak 'manusiawi', dalam tanda kutip ya. Jujur sekarang kerja office hour aja, enggak ada piket jaga lagi," ungkap Y.
Kendati demikian, pihak rumah sakit tak selamanya memperlakukan tenaga medisnya sebagai 'budak' untuk melayani para pasien.
Mereka juga diberi waktu istirahat agar meningkatkan sistem imunitas tubuh.
Pasalnya, dokter harus selalu sehat agar dapat merawat para pasien dan menghindari jatuhnya pasien-pasien berikutnya yang berasal dari tenaga medis.
"Tapi dibikin juga jam kerjanya itu lebih sehat, imun kita lebih bagus, ada upaya-upaya seperti itu jaga," lanjutnya.
Adapun, hingga Senin sore, pemerintah memastikan jumlah pasien yang terkonfirmasi mengidap virus corona atau Covid-19 bertambah sebanyak 17 orang.
Hal itu disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto dalam keterangan pers kepada wartawan di Jakarta.
"Ada penambahan jumlah pasien sebanyak 17 orang (positif tertular virus corona) sehingga saat ini ada 134 pasien yang tertular," ujar Yuri.
(Tribunnewsmaker/*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Dokter Rawat Pasien Covid-19, Resah dan Harus Patuh Perubahan Jadwal Kerja