Kisah 50 Anggota Medis yang Rawat Pasien Corona Dikarantina, Tak Bisa Pulang Takut Tulari Keluarga
Berikut kisah pilu 50 orang anggota medis yang rawat pasien Corona yang dikarantina, tak bisa pulang ke rumah karena takut tulari keluarga
Editor: Talitha Desena
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Para anggota medis merupakan lini terdepan dalam penanganan wabah virus Corona.
Ini kisah 50 anggota medis yang tak bisa pulang ke rumah.
Seperti apa?
Berikut kisah pilu 50 orang anggota medis yang rawat pasien Corona yang dikarantina, tak bisa pulang ke rumah karena takut tulari keluarga.
Covid-19 atau yang dikenal dengan virus Corona tengah menjadi polemik yang ramai dibicarakan.
Pemerintah tengah sibuk untuk melakukan penanganan di masyarakat.
• Raditya Dika Bagikan Kabar Duka, Teman SMA yang Bertugas Tangani Corona Meninggal Dunia
• 3 Dokter & 1 Perawat di Indonesia Meninggal Diduga Terinfeksi Corona, Ini Deretan Faktanya

Jumlah pasien yang meninggal dunia karena virus Corona terus bertambah.
Dilansir dari Kompas.com, update pasien yang positif virus Corona telah mencapai 579 kasus, dan 48 pasien meninggal dunia.
Seperti yang diketahui, pemerintah ajuga telah memberikan himbauan kepada masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah.
Tak hanya pasien, petugas medis menjadi sosok yang mudah terpapar virus Corona.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan, Kalimantan Timur, mengarantina 50 tenaga medis yang menangani khusus pasien virus corona.
Ke-50 anggota tim itu terdiri dari lima dokter spesialis dari paru, patologi klinik, mikrobiologi, radiologi, anestesi, dan 45 tenaga perawat.

Mereka diberi wisma dan dua rumah dinas khusus di areal rumah sakit untuk tinggal dan tak diperbolehkan pulang ke rumah selama menangani pasien corona.
“Mereka juga memang enggak mau pulang rumah. Karena takut menular ke anak istri atau keluarga,” ungkap Direktur RSUD Kanujoso, Edy Iskandar, saat ditemui Kompas.com di Kantor Gubernur Kaltim, Samarinda, Senin (23/3/2020).
Edy mengatakan, saat ini RSUD Kanujoso menangani enam pasien positif corona dan enam pasien lainnya masih menunggu hasil pemeriksaan dari Laboratorium Kemenkes RI.
Ke-12 pasien tersebut kini diisolasi di 10 ruangan khusus.
Selama penanganan, tim medis tidak menjalankan aktivitas lain, hanya di rumah sakit dan wisma. Mereka tidak ke mana-mana.
“Istirahat, mandi, makan, dan tidur di wisma. Mereka kerja tiga shift, pagi, sore, dan malam secara bergantian,” tuturnya.
Pihak RSUD memberi tim medis asupan tambahan makanan gizi, snack, susu, hingga vitamin dosis tinggi agar stamina tetap terjaga.
“Mereka ujung tombak kita. Pejuang-pejuang kesehatan itu mereka yang ada di ruang isolasi,” jelas Edy.
Tim itu, kata Edy, dibentuk sejak adanya pasien diisolasi corona hingga terkonfirmasi positif di RSUD Kanujoso.
Rencananya, mereka dikarantina selama tiga pekan ke depan, sambil menunggu perkembangan kasus corona.

“Kalau membaik, ya syukur. Kalau enggak, kita bentuk tim baru lagi ganti mereka, karena mereka pasti lelah,” tutur Edy.
Selain itu, kata Edy, tim medis yang dibentuk khusus penanganan pasien corona rencananya diberi insentif khusus.
Rencana tersebut sudah disampaikan ke Gubernur Kaltim dan mendapat persetujuan.
“Soal besaran nanti persetujuan Pak Gubernur,” jelasnya.
Lebih jauh, Edy meminta agar masyarakat tertib menjaga diri dengan mengurangi aktivitas di luar rumah.
Dengan begitu, masyarakat bisa membantu menekan penyebaran virus corona di Kaltim.
“Jadi kami minta tolong masyarakat tetap di rumah. Jaga kebersihan. Kalau pasien melonjak, pasti tim medis kewalahan,” tutup Edy.
(Tribunnewsmaker/*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Haru 50 Anggota Tim Medis yang Tangani Corona, Dikarantina dan Tak Bisa Bertemu Keluarga