Breaking News:

Virus Corona

Benarkah Virus Corona Bisa Mati dengan Sendirinya? Simak Penjelasan Pakar IDI Berikut Ini

Dewan Pakar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Abidinsyah Siregar angkat bicara soal potensi virus corona bisa mati sendiri.

Editor: Irsan Yamananda
SHUTTERSTOCK via Kompas.com
Ilustrasi virus corona atau covid-19. 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Benarkah virus corona atau Covid-19 bisa mati dengan sendirinya? Berikut penjelasan Abidinsyah Siregar dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI). 

Virus corona atau Covid-19 yang menular ke tubuh individu ternyata berpotensi bisa mati dengan sendirinya. 

Hal itu diungkapkan oleh Dewan Pakar Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Abidinsyah Siregar.

Abidinsyah menjelaskan, hal ini bisa terjadi jika sudah melalui 14 hari masa inkubasi virus.

Kendati demikian, sistem kekebalan imun individu yang telah tertular virus corona dipertaruhkan selama masa inkubasi 14 hari ini.

Ia kemudian menjelaskan proses yang terjadi saat tubuh terinfeksi virus corona.

Hal paling penting ialah perilaku virus yang mempertahankan kehidupan tergantung inangnya.

UPDATE Virus Corona Nasional Sabtu 18 April 2020: Total 6.248 Kasus, Ada Tambahan 325 Kasus

Kasus Napi Bebas karena Corona Berulah Lagi: Jambret, Ngamuk di Rumah Makan, Hingga Kurir Narkoba

Tanggalkan Mahkota Kerajaan, Putri Sofia dari Swedia Nyaris Tak Dikenali saat Jadi Relawan Corona

Kasus Corona di Indonesia Berada di Urutan Pertama di ASEAN
Kasus Corona di Indonesia Berada di Urutan Pertama di ASEAN (kolase TribunStyle.com)

"Ada yang berinang di nyamuk, ada yang di burung, sekarang virus corona kan semestinya berinang di hewan yang sebelumnya menjadi inang, " ujar Abidinsyah dalam diskusi bertajuk "Ikhtiar Melawan Corona" yang digelar secara daring pada Sabtu (18/4/2020) seperti dikutip dari Kompas.com.

Saat ini, virus corona ingin bertahan hidup di tubuh manusia.

Ia melanjutkan, yang disasar adalah paru-paru manusia.

"Setelah menginfeksi, dengan cepat virus corona menyerang paru-paru sehingga ruang dalam paru-paru dikuasai."

"Hal ini menyebabkan individu gagal napas," ucap Abidinsyah.

Pulang Kampung karena Di-PHK, Pemuda Diusir Warga dari Rumah Orangtua lantaran Dianggap Bawa Corona

Datangi & Rawat Pasien Corona Tanpa APD, Perawat di India Menangis Hanya Dibayar Rp 6.000 per Hari

Korban Corona Terus Melonjak, Pasien Ini Terpaksa Dirawat Satu Ruangan Dengan Puluhan Mayat Covid-19

Proses ini terjadi sedemikian rupa.

Selain itu, saat sudah menginfeksi, terjadi pertarungan antara antigen dengan antibodi di dalam tubuh.

"Pertarungan itu akan terjadi seperti lomba sprint."

"Virus akan bertahan selama 14 hari."

"Kalau lewat, virus sudah kehabisan kemampuan bertahan, lalu mati sendiri," ucap Abindinsyah.

Setelah itu, dia menyebutkan bahwa tubuh individu akan memunculkan kemampuan antibodi.

"Akan tetapi perlu diingat bahwa selama 14 hari inkubasi tadi sistem imun tubuh dipertaruhkan," kata Abindinsyah.

Dia pun mengingatkan bahwa saat ini belum ada obat dan vaksin untuk menyembuhkan atau mencegah Covid-19.

Satu-satunya cara yang bisa dilakukan masyarakat adalah menyingkirkan sumber penularan dengan orang-orang yang berpotensi tertular.

"Itu terpaksa kita lakukan dan hanya itu yang bisa kita lakukan sekarang," kata dia. (TribunNewsmaker/ *)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Virus Corona Berpotensi Mati dengan Sendirinya, Ini Penjelasan Pakar IDI".

Ilustrasi: Tim medis sedang tangani pasien secara serius
Ilustrasi: Tim medis sedang tangani pasien secara serius (ECOHEALTH ALLIANCE)

Tak Ada Gejala Tapi Positif Virus Corona? Simak 5 Faktor Penyebab Covid-19 Tak Bereaksi di Tubuh

Ternyata inilah lima faktor yang membuat banyak orang tak rasakan gejala apa-apa tapi dinyatakan positif virus corona.

Beragam penelitian masih terus dilakukan oleh para ahli untuk menggali semua informasi tentang virus Covid-19.

Termasuk lonjakan jumlah pasien virus corona di setiap negara termasuk Indonesia.

Salah satu faktor yang memengaruhi kecepatan penyebaran virus ini adalah banyaknya pasien yang tak menunjukkan gejala, sehingga mereka tak sadar jika telah membawa virus corona.

Berikut sejumlah hal yang perlu diketahui soal infeksi virus corona tanpa gejala:

1. Risiko transmisi

Sejauh ini, infeksi virus corona tanpa gejala telah ditemukan di banyak negara.

Terbaru, sejumlah atlet dunia yang dinyatakan positif Covid-19 mengakui hal itu.

 

Dokter merawat pasien virus corona di Wuhan, China EPA-EFE/STRINGER CHINA OUT(STRINGER)
Dokter merawat pasien virus corona di Wuhan, China EPA-EFE/STRINGER CHINA OUT(STRINGER) (EPA-EFE/STRINGER CHINA OUT(STRINGER))

 Waspada Virus Corona, 8 Artis Pamer Berjemur di Bawah Matahari, Nagita Slavina Hingga Ayu Ting Ting

 Terpaksa Pisah Ranjang karena Corona, 6 Artis Ini Curhat Kangen Setengah Mati pada Pasangannya

Para ahli masih mencoba untuk mencari tahu sejauh mana orang-orang yang terinfeksi dalam kategori ini berkontribusi dalam penyebaran virus.

Pada Minggu (22/3/2020), SCMP melaporkan, sepertiga dari pasien positif virus corona di China baru menunjukkan gejala setelah dikonfirmasi positif. Sebelumnya, mereka tidak merasakan gejala sama sekali.

Kasus asimptomik atau tanpa gejala ditemukan di antara orang-orang yang telah melakukan kontak dekat dengan pasien positif, klaster, dan melalui pelacakan kontak.

Beberapa ahli memperingatkan bahwa pasien tanpa gejala dapat membuat rute transmisi baru setelah penguncian diredakan.

"Ini memprihatinkan, mengingat banyak negara belum menerapkan tingkat pengujian komunitas yang cukup luas," kata Adam Kamradt-Scott, seorang spesialis kesehatan masyarakat di University of Sydney, dilansir dari Reuters.

 Heboh Ayah & Anak ODP Corona di Bali Kabur, Nana Mirdad Beberkan Fakta Sebenarnya: Saya Miris

2. Tak menunjukkan gejala selama perawatan

Sementara itu, Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Korea Selatan Jung Eun-Kyeong mengatakan, sekitar 20 persen dari pasien positif virus corona di Korea Selatan tidak menunjukkan gejala sama sekali selama menjalani perawatan di rumah sakit.

Melansir Bloomberg, di Islandia, menurut Kepala Ahli Epidemiologi Thorolfur Gudnason, separuh dari jumlah pasien positif tidak memiliki gejala.

Satu analisis dari wabah kapal pesiar Diamond Princess menunjukkan, 33 dari 104 penumpang yang terinfeksi tetap tanpa gejala bahkan setelah rata-rata 10 hari pengamatan di rumah sakit.

3. Screening di bandara tak efektif

Yale Scool of Public Health menyebutkan, keberadaan pasien asimptomik mengindikasikan bahwa screening di bandara dan tempat masuk lainnya tak cukup efektif.

"Gambaran nyata hanya akan terungkap ketika kami memiliki tes serologis untuk mengetahui siapa yang telah terinfeksi," kata Ian Henderson, Direktur Institute for Molecular Bioscience di Queensland University.

Sejauh ini, screening di bandara masih menjadi andalan utama bagi banyak negara untuk mendeteksi penumpang yang mungkin telah terpapar virus corona.

Singapura kini mulai sadar akan hal itu dan memperketat tes masuk di bandaranya.

Foto paru-paru penderita virus corona yang dirilis ilmuwan
Foto paru-paru penderita virus corona yang dirilis ilmuwan (Unsplash, Daily Star)

4. Ada pasien dengan paru-paru normal

Seorang perempuan asal Wuhan, China, dengan riwayat perjalanan ke Anyang untuk mengunjungi keluarganya, sempat dinyatakan negatif pada tes awal.

Akan tetapi, pada tes lanjutan hasilnya berubah menjadi positif.

Ia pun kemudian menjalani uji CT Scan untuk mengecek kondisi paru-parunya.

Dari uji scan itu, diketahui paru-parunya tetap normal, tak mengalami demam, dan gejala pernapasan.

 POPULER Najwa Shihab Bertanya: Virus Corona Tentara Allah dengan Tugas Khusus? Ini Jawaban Quraish

 UPDATE Kasus Positif Corona di Indonesia Bertambah Hingga 27 Provinsi, 78 Pasien Meninggal Dunia

5. Metode pengujian tak efektif

Dilansir dari Health, Presiden ACCESS Health International William Haseltine mengatakan, metode pengujian virus corona secara umum yang ada saat ini dinilai tidak cukup efektif.

Hal itu didasari atas fakta bahwa penyebaran virus corona tak hanya disebarkan oleh orang bergejala.

Ia pun meminta agar banyak negara mengoptimalkan sistem pengujian yang dikenal sebagai contact tracing atau pelacakan kontak.

Menurut dia, penting untuk menemukan pasien tersebut lebih awal sebelum mereka sakit.

"Ini bukan tentang berapa banyak tes yang dilakukan di suatu negara, tetapi bagaimana tes itu digunakan," kata dia.

Dengan temuan seperti ini, maka orang yang bergejala dan tanpa gejala memiliki potensi yang sama besarnya dalam penularan virus corona.

Oleh karena itu, Direktur Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular di University of Minnesota, AS, Michael Osterholm, mengingatkan pemerintah dan pejabat publik untuk terbuka tentang cara penyebaran virus ini.

Masyarakat juga diminta jujur soal riwayat perjalanan dan kontak saat merasakan gejala virus corona.

Dengan demikian, bisa dilacak siapa saja yang berpotensi tertular, meskipun belum merasakan gejala terinfeksi.

Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul 5 Hal yang Perlu Diketahui soal Infeksi Virus Corona Tanpa Gejala

BACA JUGA

Datangi & Rawat Pasien Corona Tanpa APD, Perawat di India Menangis Hanya Dibayar Rp 6.000 per Hari

Terjebak Lockdown Corona, Tyson Lynch Bagikan Curhat Pilu, Ungkap Rindu Menggebu Jelang Ultah Anak

Korban Corona Terus Melonjak, Pasien Ini Terpaksa Dirawat Satu Ruangan Dengan Puluhan Mayat Covid-19

 

Sumber: Kompas.com
Tags:
virus coronaCovid-19IDIAbidinsyah Siregar
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved