Pedagang Sempat Tolak Tes Covid-19 & Usir Tenaga Medis, Pasar Cileungsi Kini Jadi Klaster Terbanyak
Pasar Cileungsi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menjadi klaster penularan terbanyak virus Corona atau Covid-19.
Editor: Listusista Anggeng Rasmi
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Pasar Cileungsi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menjadi klaster penularan terbanyak virus Corona atau Covid-19.
Banyak pedagang di pasar tersebut yang terinfeksi virus corona.
Beberapa di antara mereka dinyatakan meninggal dunia.
Sebelumnya, pedagang di pasar Cileungsi sempat menolak untuk melakukan tes Covid-19.
Mereka bahkan tak segan-segan untuk mengusir petugas medis.
Kini, ada 40 orang yang terkonfirmasi positif.
• Tenaga Medis Diusir Pedagang Pasar Cileungsi, Berawal dari Rapid Test, Tudingan Data Tak Akurat
• Wujud Alat Rapid Test RI-GHA Covid-19 Produksi Mataram NTB, Murah & Diklaim Hasilnya Akurat

Dua orang di antaranya meninggal dunia.
Sebanyak 38 orang lainnya masih menjalani perawatan intensif.
Jubir Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor, Syarifah Sofia pun membeberkan mengenai kasus ini.
Ia mengatakan bahwa pasar Cileungsi menjadi klaster terbesar penularan Covid-19.
"Klaster terbesar (pasar) Cileungsi karena sudah 40 (positif) dan yang meninggal pedagang daging itu sama anaknya," kata Jubir Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor, Syarifah Sofiah saat ditemui di Pendopo, Cibinong, Rabu (24/6/2020).
Menurut Syarifah, hasil itu didapat setelah tenaga medis melakukan contact tracing dan pemeriksaan tes Covid-19 massal, meskipun sempat terjadi pengusiran beberapa waktu lalu.
Rangkaian pemeriksaan pun dilanjutkan secara bertahap, mulai dari rapid test hingga tes usap tenggorokan atau swab kepada pedagang serta beberapa orang yang pernah berkunjung.
• Bupati Bengkulu Selatan Menyamar Jadi Pedagang Pasar, Minta Pembeli Tak Dekati Penjual Tanpa Masker
"Tracing itu terarah kepada yang terdekat (keluarga, pengunjung),
makanya positif dapat dari sana karena kita utamakan itu dan keluarnya lumayan lama," ujar dia.
Meski begitu, tim Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Kabupaten Bogor tidak akan menutup pasar tersebut.
Namun ia sudah menginstruksi kepada Dirut Pasar untuk lebih memperketat protokol kesehatan dan membatasi jam operasional.
"Kita enggak mungkin menutupnya karena sekarang juga sudah boleh dibuka,
kita minta kepada Dirutnya saja agar menerapkan protokol kesehatan sering melakukan disinfektan saat masuk, serta rutin bermasker," ucap dia.
Sejak adanya kemunculan kasus Covid-19 di pasar tersebut, lanjut dia, otomatis menambah daftar orang dalam pemantauan (ODP).
Dengan begitu, untuk mengantisipasi terjadinya klaster baru penularan Covid-19 di antara pedagang dan pengunjung, pihaknya akan gencar melakukan tes Covid-19 secara massal di sejumlah pasar.
Menurutnya, tim medis akan melakukan contact tracing dengan dilanjutkan rapid test yang menyasar seluruh populasi di pasar perbatasan seperti Cibinong, Cisarua dan Parung Panjang.
Hal ini bertujuan untuk membuka mata khalayak bahwa potensi penyebaran Covid-19 di fasilitas publik sangat rentan, sehingga untuk memasuki adaptasi kebiasaan baru (AKB) harus menjalankan gaya hidup baru sesuai protokol kesehatan Covid-19.
"Sekarang kan ada 40 terus berkembang jadi kontak (tracing) siapa saja akan lebih efektif,
ditambah masih ada pasar lain lagi yang belum diperiksa dan kita akan minta BIN dan BNPB untuk (pemeriksaan) di pasar yang lain itu," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, pasien Covid-19 dari klaster Pasar Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, terus bertambah.
Pemerintah Kabupaten Bogor melakukan pemeriksaan dengan rapid test maupun tes swab dengan polymerase chain reaction (PCR).
Berdasarkan data terbaru, terdapat 7 pedagang yang dinyatakan positif Covid-19 pada hari ini, Selasa (23/6/2020).
Dengan demikian, jumlah pasien dari klaster Pasar Cileungsi mencapai 40 pasien.

Tenaga Medis Diusir Pedagang Pasar Cileungsi
Rombongan tenaga medis diusir oleh pedagang pasar di Cileungsi, Bogor.
Padahal para tenaga medis yang datang ini hendak melakukan rapid test massal yang ketiga kalinya.
Kejadian ini berlangsung pada Rabu (10/06/2020) lalu.
Bukan tanpa alasan pedagang pasar mengusir tim medis yang datang.
Mereka menuding hasil rapid test sebelumnya yang dilakukan di lokasi yang sama, rancu dan tak akurat.
• Pilunya Pedagang Asongan, Penghasilan Turun Drastis Hingga 50 Ribu, Sebelumnya Bisa Sampai 700 Ribu
Namun tim gugus tugas Covid-19 memiliki anggapan lain terkait pengusiran tersebut.
Mereka menilai kalau para pedagang pasar ini takut merugi.
Gugus tugas juga menyampaikan kalau rapid test merupakan upaya pemerintah menekan penyebaran Covid-19.
Namun apa yang mereka lakukan ini justru dianggap membuat pasar menjadi sepi pembeli.
Berikut deretan fakta rombongan petugas medis diusir pedagang pasar di Cileungsi, Bogor.
Petugas medis datang dan diusir
Bogor melakukan test massal Covid-19 usai dilakukan sterilisasi di Pasar Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (1/6/2020)" data-width="750px" data-aligment="" />
Kejadian pengusiran itu rupanya direkam oleh seseorang dan viral di media sosial.
Tampak dalam video, sejumlah petugas medis mendatangi Pasar Cileungsi Bogor.
Ada 4 mobil yang membawa para petugas medis saat itu.
Namun sejumlah pedagang mengusir mereka sehingga rapid test pun urung dilaksanakan.
Petugas TNI dan Polri terlihat ikut mengawal rombongan mobil ketika hendak keluar di tengah aksi protes pedagang.
Terdengar suara seseorang dalam rekaman berdurasi 34 detik tersebut.
"Petugas Covid-19 diusir sama pedagang Cileungsi, terimakasih sudah kompak ngusir petugas Covid-19," kata seorang laki-laki.
Tudingan data tak akurat hingga pedagang merugi
Penyebabnya, hasil rapid test sebelumnya dinilai rancu.
"Ini sudah yang ketiga kali dan akhirnya terjadi penolakan karena penjelasannya rancu, ditambah data hasilnya tidak akurat," kata Ujang.
Pemkab Bogor dan Gugus Tugas, lanjut Ujang, tak pernah menginformasikan hasil rapid test dan swab dari 57 orang di lingkungan Pasar Cileungsi.
Kerancuan data tersebut dinilai menimbulkan keresahan hingga membuat pedagang merugi lantaran sepi pembeli.
Menurut Ujang, jumlah kerugiannya bisa mencapai ratusan juta.
"Makanya saya bilang beri lah data yang akurat, sehingga pasar kami ini jangan dipermainkan terus, anjlok pedagang kami, jatuh nama baiknya, itu yang menjadi amarahnya pedagang kemarin," kata Ujang. (Tribunnewsmaker/*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Pedagang Sempat Tolak Tes Covid-19, Pasar Cileungsi Jadi Klaster Terbanyak dan Fakta Pengusiran Rombongan Tenaga Medis oleh Pedagang Pasar Cileungsi, Bermula Rapid Test Massal
Baca juga di Tribunnews Sempat Tolak Tes Covid-19 & Usir Petugas, Pasar Cileungsi Kini Jadi Klaster Penularan Terbanyak