Curhat Yati Surachman, Sebut Pemain Senior Kurang di Hargai dalam Akting: Honornya Diinjak-injak
Aktris senior Yati Surachman baru-baru ini blak-blakan tentang kondisi perfilman Indonesia saat ini.
Editor: Listusista Anggeng Rasmi
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Aktris senior Yati Surachman baru-baru ini blak-blakan tentang kondisi perfilman Indonesia saat ini.
Yati Surachman mengungkap keluh kesahnya sebagai artis senior.
Ia mewakili para pemain film senior lainnya.
Diungkapkan Yati, ia dan para pemain senior lain merasa kurang dihargai dalam berakting atau bermain film.
Hal itu terlihat dari sejumlah honor yang diberikan.
Tak hanya itu, kalimat yang dilontarkan oleh pihak rumah produksi bahkan dirasa tak pantas.
• Lama Menghilang, Ini Kabar Artis Senior Yati Octavia, Kini Sambung Hidup dengan Berjualan Martabak
• 30 Tahun di Dunia Hiburan, Artis Senior Ini Sepi Job, Jadi Sopir Taksi Online Untuk Sambung Hidup

Yati Surachman pun sangat menyayangkan hal itu.
"Ya, memang kita sangat sayangkan di Indonesia itu pemain-pemain yang sudah lama justru kurang dihargai.
Justru honornya malah diinjak-injak,
malah ada kesan mereka bilang 'masih untung dikasih kerjaan', gitu," ungkap Yati Surachman dalam tayangan YouTube TRANS7 OFFICIAL dikutip Kompas.com, Sabtu (11/7/2020).
Yati Surahman berujar, meski tidak diberikan honor yang tinggi, paling tidak para rumah produksi sedikit menghargai para pemain senior.
Pemeran film Satu Suro itu mencontohkan jika rumah produksi menggunakan pemain baru dibandingkan artis senior.
"Kalau kita pakai pemain baru untuk satu scene itu pasti produksi berhari-hari.
Tapi, kalau kita yang sudah legend, mungkin cuma sekian jam.
Jadi secara biaya produksi juga akan mengecilkan," ujar Yati Surachman.
Perempuan kelahiran Yogyakarta, 8 Agustus 1957 itu pertama kali bermain film pada 1975 dengan judul film Inem Pelayan Seksi.
Namanya melambung sejak film Perawan Desa.
Aktingnya di film garapan Franky Rorimpandey diakui dengan penghargaan Best Actress (Aktris Terbaik) di Festival Film Asia Pasific pada 1980.
Dalam film yang diangkat dari kisah nyata itu, Yati berperan sebagai Sum Kuning.
Dikisahkan, Sum Kuning adalah seorang perempuan penjual telur.
Dia menjadi korban perkosaan sejumlah anak muda dari keluarga pejabat.
Sepanjang kariernya, Yati Surachman telah membintangi puluhan judul film.
Mulai tahun 2000-an, Yati Surachman aktif di sinetron.
Dia tercatat pernah membintangi sinetron-sinetron terkenal seperti Pernikahan Dini, Dukun Palsu, dan Nyoman dan Presiden.
Pada 1995, berkat Dukun Palsu, Yati Surachman masuk nominasi pemeran utama wanita terbaik pada Piala Vidia, ajang penghargaan untuk sinetron Indonesia.
Artis peran senior Yati Surachman muncul dengan kabar baru tentang rencananya menjual rumah tempat tinggalnya.
Bukan hanya itu, Yati juga menceritakan bagaimana peran-peran yang dulu melekat padanya kerap membuatnya dipandang sebelah mata, hingga komentar Yati soal sinetron saat ini.
Berikut rangkuman percakapan Yati Surachman.
Alasan jual rumah
Yati yang kini berusia 62 tahun ingin menikmati sisa hidup dengan suasana rumah berbeda dari sebelumnya.
"Alasannya karena (rumahnya) sudah tua, sudah 26 tahun.
Dengan kesendirian saya, ya saya mau menikmati sisa hidup aja sih," kata Yati.
Sebelum memutuskan menjualnya, Yati berencana melakukan renovasi rumah itu demi memberi kenyamanan pada orang yang akan membelinya.
Yati menjual rumah lamanya itu dengan harga Rp 1 miliar, dan luas tanah sebesar 117 meter persegi.

Dianggap remeh karena peran ART
Sering memerankan karakter asisten rumah tangga (ART), membuat Yati kerap dipandang sebelah mata oleh orang.
"Banyak (direndahkan orang lain), tapi buat saya, saya selalu pakai ilmu padi, artinya kalau memang orang mau merendahkan saya. Jadi biar Tuhan yang kasih karma, dia merendahkan saya, dia akan direndahkan orang lain," kata Yati.
Komentari sinetron saat ini
Menurut Yati, ada perbedaan signifikan antara sinetron jaman dia dulu dengan sekarang.
Yati bahkan mengklaim kalau sinetron sekarang lebih mementingkan kuantitas dan mengesampingkan kualitas.
Menurutnya, itu terjadi karena tim produksi dikejar untuk memenuhi target.
"Karena katanya istilah produser sudah (beriringan) bersama industri. Jadi produksinya harus terus, harus terus, harus terus," kata Yati. (Tribunnewsmaker/*)
Sebagian atikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Yati Surachman Merasa Pemain Senior Kurang Dihargai, Honornya Malah Diinjak-injak" dan "Pengakuan Yati Surachman Diremehkan karena Peran ART hingga Ingin Jual Rumah Rp 1 Miliar"