Pengakuan Gisella Anastasia soal Perceraian, Pergulatan yang Salah hingga Sempat Temui Psikolog
Gisella Anastasia blak-blakan akui keputusan bercerai dengan Gading Marten adalah sebuah kesalahan.
Editor: ninda iswara
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Gisella Anastasia blak-blakan soal keputusannya bercerai dari Gading Marten.
Ibu satu anak ini mengaku kalau ia salah dalam mengambil keputusan untuk bercerai.
Gisella Anastasia menyadari kesalahan tersebut lantaran tak melibatkan Tuhan dalam mengambil keputusan besar di hidpnya termasuk soal bercerai.
Perceraian Gisella Anastasia dan Gading Marten kala itu memang cukup mengejutkan.
Rumah tangga yang selalu terlihat romantis dan adem ayem justru berakhir dengan perpisahan.
Padahal Gisella Anastasia dan Gading Marten selalu tampil mesra.
• Kini Menyesal Bercerai dengan Gading Marten, Gisella Anastasia: Nge-twist-nya Iblis Memang Pintar
• Fakta Lengkap Gisella Anastasia Bertemu Gading Marten dengan Wijin Pertama Kali, Ngaku Dijahili

Namun tak disangka, tiba-tiba Gisella Anastasia dan Gading Marten mengumumkan perceraian mereka.
Melalui kanal Youtube Daniel Mananta, ibunda Gempita Nora Marten ini blak-blakan soal keputusannya bercerai dulu.
Gisella Anastasia juga mengungkap pergulatan batin dan pikiran sebelum bercerai.
Sempat berpikir cerai adalah keputusan yang tepat, Gisella Anastasia justru menyadari hal tersebut sebagai sebuah kesalahan.
Berikut pengakuannya terkait keputusan bercerai dengan Gading Marten yang ia sesali.
Tak melibatkan Tuhan
Gisel jelas mengakui keputusannya bercerai dengan Gading adalah keputusan yang salah.
Tanpa berkomunikasi dengan Tuhan, Gisel membenarkan pemikiran-pemikirannya dan mengambil keputusan tersebut.
"Berdasar pengalamanku kemarin, jelas-jelas kayak aku divorce kemarin segala macam itu keputusan salah ya," kata Gisel.
"(Keputusan) yang aku ambil, yang enggak nanya dulu, mengonfirmasi konfirmasi sendiri dengan pengetahuan aku dan segala macam, ego segala macem," ucapnya.
Tak mau seperti orangtuanya

Ada peran masa lalu, ketakutan mengalami hal yang dialami orangtuanya dulu membuat Gisel mempertimbangkan untuk berpisah.
Walaupun kedua orangtuanya tidak bercerai, Gisel tidak ingin mengalami badai yang dialami kedua orangtuanya, ditambah lagi kedua orangtuanya berbeda keyakinan.
Jadi begitu ada masalah di rumah tangganya dengan Gading, Gisel langsung berpikir tidak ingin seperti orangtuanya, yang mempertahankan rumah tangga demi anak.
"Aku enggak mau ah end up kayak orangtuaku yang bertahan demi aku, ceritanya waktu itu memang," kata Gisel.
"Waktu itu, I don't want to end up like that (seperti kedua orangtua), tapi itu twist-nya iblis pinter banget sih, di-twist-twist otak aku seakan-akan, 'sudah pisah aja," katanya kemudian.
Sempat temui psikolog
Kenangan masa lalu yang dianggapnya sebagai pencetus pemikiran tak ingin mengulang hal yang sama itu kemudian seperti mendapatkan pembenaran ketika Gisel bertemu dengan psikolog.
Pembenaran bahwa apa yang dilakukan Gisel untuk bercerai adalah imbas masa lalunya.
"Maksud dia (psikolog) mungkin baik, mungkin aku mau diproses, dia ngomong aku tuh begini karena aku kurang sosok ayah dari kecil," kata Gisel.
"Menurut dia, aku tu begini karena aku tuh kering, memang haus kasih sayang, memang karena butuh sosok ayah, sosok pemimpin, sosok yang bisa dijadikan pegangan gitu, jadi dia kayak mengonfirmasi gitu semua," lanjutnya.
Gisel yang mendengar perkataan tersebut langsung merasa pemikirannya selama ini benar, dan dia menyalahkan masa lalunya.
"(berpikir) 'jadi kayak tuh kan kata psikolognya aja gitu, memang masa lalumu gini, I was blaming my masa lalu," ujar Gisel kemudian.
• Merasa Tak Enak Setelah Cerai dari Gading Marten, Gisel: Aku Memisahkan Gempi Sama Papanya Ternyata
• CERAI dari Gading Martin, Gisel Baru Sadari Akibat Buruk pada Gempi Saat Bangun Tidur Aku Bersalah
Seharusnya berdamai dengan masa lalu
Sekarang dia sadar kalau mempelajari masa lalu adalah sebuah pembelajaran untuk menjadi lebih baik, bukan dijadikan pembenaran atas sebuah keputusan.
"Masa lalu emang udah masa lalu, harusnya bukan jadiin pembelaan kayak gitu, tapi jadi pembelajaran atau pokoknya itu dijadiin membentuk kita sebenarnya ya, untuk membentuk kita jadi lebih baik sebenarnya, jadi enggak bisa nyalahin masa lalu," kata Gisel.
"Harusnya kita berdamai, kita maafin masa lalu, harusnya bisa ya. Emang pakai Tuhan, kalau enggak emang susah sih," lanjutnya.
Salahnya pemikiran "Kamu berhak bahagia"

Gisel yang berjuang sejak kecil untuk keluarganya, saat itu berpikir kalau dia berhak bahagia sesekali saja.
Ada dorongan-dorongan yang membuatnya berpikir bahwa dia layak bahagia, apalagi setelah masa lalu berat yang harus dijalaninya untuk mencari nafkah.
"Lu ngapain berkorban buat semuanya, seumur hidup loh, come on. Lu masih bisa tahu mendapatkan kebahagiaan, 'you deserve to be happy'," ujarnya.
"Kayak kalau dipikirin, sarap itu dulu kenapa kalimat itu menjadi konfirmasi buat gue gitu, sebenarnya harusnya enggak begitu," kata Gisel sambil menggaruk kepalanya.
Baru menyadari pemikirannya salah
Pemikiran-pemikiran berhak untuk bahagia sebagai individu itu yang kemudian diakui Gisel adalah sebuah kesalahan.
Sebagai orang yang telah memutuskan menikah, berkomitmen, seharusnya tidak meletakkan ego pribadi di atas segalanya.
"Cuma, ya, definitely itu pemikiran yang salah sih, ya memang kalau sudah dewasa in that commitment ya memang sudah harus komitmen untuk enggak naruh ego kita di nomer satu, bahwa emang kepentingannya bukan kita doang," jelas Gisel.
"Waktu itu aku enggak punya pengetahuan ini, enggak punya. Semuanya, mungkin ada yang mau kasih tahu aku tolak karena udah kekerasan hatinya, terus banyak penghakiman di masa lalu kayak kurang kasih sayang orangtua dan segala macem," ucapnya. (TribunNewsmaker.com/*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul 6 Pengakuan Gisella Anastasia soal Keputusan dan Pergulatan yang Salah Ketika Bercerai
dan di Tribunnews.com Pengakuan Gisella Anastasia soal Perceraian, Sebut Keputusan yang Salah hingga Sempat Temui Psikolog