PROFIL Nyoman Nuarta, Perancang Desain Istana Negara, Ciptakan Karya Asli Lepas dari Kaidah Kolonial
Inilah sosok I Nyoman Nuarta perancan desain Istana Negara yang baru. Rela 15 kal merombak demi hasilkan karya asli tanpa kaidah kolonial.
Editor: octaviamonalisa
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Presiden Jokowi akhirnya setujui desain Istana Negara karya I Nyoman Nuarta sebagai pemenangnya.
Setelah melakukan 15 kali perombakan, akhirnya desain Istana Negara buatan I Nyoman Nuarta menjadi pemenangnya.
Tak main-main, dalam merancang Istana Negara yang baru, I Nyoman Nuarta membuat mahakarya yang asli khas Indonesia.
Ya, Istana Negara rancangan I Nyoman Nuarta ini ternyata tidak lagi mengikuti kaidah kolonial yang selama ini selalu ditiru oleh Indonesia.
Lewat akun Instagramnya, seniman dari Bali ini pun meluapkan kegembiraannya.
"Desain ISTANA IKN, yg telah final disambut dgn sukacita, dan telah disetujui Presiden," kata Nyoman di Instagramnya @nyoman_nuarta, Selasa (4/1/2022).
Baca juga: Sosok Pencetus Pradesain Istana Negara di Ibu Kota Baru yang Diunggah Jokowi, Menang Berkat Garuda
Baca juga: Jokowi Pamer Video Pradesain Gambaran Istana Negara di Ibu Kota Baru, Minta Masukan dari Rakyat

Setidaknya ada tiga gambar yang dia unggah di akun Instagramnya.
Kawasan Istana Kepresidenan yang terpampang tampak megah berdiri di atas bukit.
Bangunan Istana Kepresidenan dikelilingi oleh hamparan rumput dan pepohonan di tiap sisinya.
Bangunannya juga dirancang menyatu dengan alam bernuansa hijau di ibu kota baru.
Gambar yang diunggah Nyoman itu berasal dari undangan presentasi di Istana Negara, pada Senin (3/1/2022).
Dalam merancang istana baru, Nyoman tak mau terpengaruhi oleh kaidah arsitek kolonial sehingga berupaya menghasilkan karya asli.

"Gambar sewaktu saya mendapat undangan presentasi di Istana MERDEKA tgl 3 Januari, bersama Mensesneg, Men PUPR, dan Ibu Dirjen Cipta Karya.
Terima kasih atas segala dukungannya untuk dapat menciptakan karya orisinil, yg tidak dipengaruhi kaidah2 arsitek kolonial," tambah Nyoman.
Berikut sosok I Nyoman Nuarta yang dirangkum Sripoku.com dari berbagai sumber.
Profil
I Nyoman Nuarta lahir pada 14 November 1951, di Tabanan, Bali.
Dia putra keenam dari sembilan bersaudara dari pasangan Wirjamidjana dan Samudra.
Setelah lulus SMA, Nuarta masuk di Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1972.
Awalnya Nuarta memilih jurusan seni lukis, tetapi setelah menempuh dua tahun dia berpindah ke jurusan seni patung.
Saat masih menjadi mahasiswa pada tahun 1979, I Nyoman Nuarta memenangkan Lomba Patung Proklamator Republik Indonesia, lomba ini adalah awal dari ketenaran Nyoman Nuarta.
Bersama rekan-rekan senimannya, seperti pelukis Hardi, Dede Eri Supria, Harsono, dan kritikus seni Jim Supangkat, Nyoman Nuarta tergabung dalam Gerakan Seni Rupa Baru di Indonesia sejak tahun 1977.
Nyoman Nuarta tumbuh dalam didikan pamannya, Ketut Dharma Susila, seorang guru seni rupa.
Darah seni mengalir pada diri Nyoman Nuarta.

Dia mengatakan kakeknya seorang undagi (arsitek tradisional Bali) sebagaimana mengutip dari unggahan foto Instagram-nya, 8 April 2021 silam.
Tak hanya itu, dia mempunyai seorang saudara bernama Ketut Winata yang juga sama-sama lulusan ITB dan pematung.
Karier
Sejak lulus dari ITB pada 1979, Nyoman Nuarta menghasilkan lebih dari seratus karya seni patung.
Semua karyanya menggambarkan seni patung modern sampai gaya naturalistik, dan material yang digunakan dalam padatan patungnya adalah dari tembaga dan kuningan.
Bakat Nyoman Nuarta di bidang seni diturunkan pada putrinya.
Putri sulungnya, Tania belajar di jurusan seni rupa di salah satu Perguruan Tinggi di Melbourne, Australia, sedangkan adiknya, Tasya membantu Nuarta di studionya
Mahakarya
Beberapa mahakarya Nyoman Nuarta yang dapat disaksikan antara Patung Garuda Wisnu Kencana (Badung, Bali) yang dibikin dari 1997 hingga 2018, Monumen Jalesveva Jayamahe (Surabaya) antara 1993-1996, Monumen Proklamasi Indonesia (Jakarta) yang jadi karya pertama yang mengangkat namanya, serta Tugu Zapin (Pekanbaru, Riau).
Pada tahun 1993, Nuarta membuat sebuah monumen raksasa "Jalesveva Jayamahe" yang sampai sekarang masih berdiri di Dermaga Ujung Madura, Komando Armada Republik Indonesia Kawasan Timur (Koarmatim) Kota Surabaya.
Monumen itu menggambarkan sosok Perwira TNI Angkatan Laut berbusana Pakaian Dinas Upacara (PDU) lengkap dengan pedang kehormatan yang sedang menerawang ke arah laut.
Patung tersebut berdiri di atas bangunan dan tingginya mencapai 60,6 meter. Monumen Jalesveva Jayamahe menggambarkan generasi penerus bangsa yang yakin dan optimis untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia.
Karya Nuarta yang paling besar dan paling ambisius adalah Monumen Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang dimulai sejak 8 Juni 1997 tetapi terhenti beberapa tahun akibat berbagai hambatan.
Rencana patung GWK sendiri akan memiliki tinggi 75 meter dengan rentang sayap garuda sepanjang 64 meter, sedangkan tinggi pedestal 60 meter.
Oleh karena itu, tinggi patung dan pedestal secara keseluruhan akan menjulang setinggi 126 meter.
Patung GWK pun selesai pada Agustus 2018 dan diresmikan pada 23 September 2018.
Daftar karya Nyoman Nuarta
Patung Tiga Mojang yang awalnya didirikan di gerbang Kota Harapan Indah, Kota Bekasi namun dirobohkan 19 Juni 2010 dalam sebuah kontroversi oleh Ormas Islam setempat.
Patung Karapan Sapi, Surabaya
Monumen Jalesveva Jayamahe (Monjaya), Surabaya
Monumen Garuda Wisnu Kencana, Badung, Bali (dimulai sejak 8 Juni 1997 - sekarang)
Patung Wayang, Solo
Patung Arjuna Wijaya, Jakarta (1987)
Monumen Proklamasi Indonesia, Jakarta (1977)
Patung Putri Melenu, Kalimantan Timur
Patung Timika untuk alun-alun Newtown Freeport,Papua, dll.
Patung Lembuswana di Pulau Kumala, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Sebagian artikel ini telah tayang di Sripoku.com dengan judul Sosok I Nyoman Nuarta, Pemenang Sayembara Desain Istana Negara, Sudah 15 Kali Ubah Rancangannya