Bocah Ukraina Lintas Perbatasan Seorang Diri ke Slovakia, Orangtuanya Tidak Ikut Karena Alasan Ini
Heboh seorang anak Ukraina yang berjalan seorang diri ke perbatasan Slovakia tanpa orangtuanya, ternyata karena ini
Penulis: Talitha Desena Darenti
Editor: Candra Isriadhi
Kini barang-barang yang datang semakin banyak dan beragam.
Bahkan, ada area terpisah bagi mereka yang ingin memperoleh senjata dan ikut bertempur.
Antreannya sangat panjang.
"Organisasi yang resmi kewalahan, jadi kami mendirikan pusat bantuan ini," kata Katerina Leonova.
"Apakah (Putin) benar-benar yakin bisa mengambil alih Ukraina dan me-Rusiakan Ukraina? Kami tidak takut. Kami marah," lanjutnya.

Dnipro telah merasakan dampak invasi Rusia.
Seluruh 400 ranjang di rumah sakit militer sudah penuh dan para tenaga kesehatan masih terus menerima ratusan korban setiap hari.
Mereka menaruh ranjang tambahan di koridor bangsal guna menampung pasien.
"Menurut saya, kami sudah berada pada puncaknya. Pertempuran ada di semua penjuru (negara) kami," kata juru bicara rumah sakit Sergei Bachinsky.
"Sebelumnya kami tahu persis di mana pertempuran berlangsung dan bisa bersiap menerima korban cedera sebelum mereka dievakuasi ke kami. Kini aliran (pasien) konstan."
Militer Ukraina tidak bisa menggunakan helikopter untuk mengangkut pasien karena Rusia akan menembak jatuh helikopter itu.
Jika diangkut melalui darat, perlu waktu lebih lama untuk mencapai fasilitas penanganan darurat.
Meski demikian, Sergei berkeras bahwa penduduk hingga korban luka-luka punya daya juang tinggi.
"Bahkan pasien luka bakar atau gegar otak ingin kembali bertempur Bersama unit mereka," jelasnya.
Selagi kami berbincang, dua bus penuh berisi serdadu tiba di gerbang rumah sakit.
Serdadu yang luka namun bisa berjalan ditempatkan di fasilitas lain sehingga ranjang bisa diisi korban luka parah.
(Tribunnewsmaker.com/Talitha/Kompas/Danur Lambang Pristiandaru)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Para Perempuan Ukraina Pembuat Bom Molotov untuk Lawan Invasi Rusia