GAGAL Bayar Hutang Luar Negeri Nasib Negara Sri Lanka Terperosok ke Dalam Jurang Kebangkrutan
Gagal bayar utang nasib negara Sri Lanka terperosok ke dalam jurang kebangkrutan.
Editor: Candra Isriadhi
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Gagal bayar utang nasib negara Sri Lanka terperosok ke dalam jurang kebangkrutan.
Sri Lanka kini dinyatakan sebagai negara gagal lantaran jumlah utang luar negeri tak mampu dibayar.
Krisis ekonomi di negara itu membuat utang 51 miliar dollar AS atau Rp 732 triliun tak bisa dibayar.
Akibat krisis di Sri Lanka rakyatnya juga menderita kelaparan.
Berikut fakta-fakta Sri Lanka jadi negara bangkrut seperti dirangkum Tribunnews.com, Kamis (14/4/2022):
Butuh waktu lama untuk pemulihan
Baca juga: MOMEN Dramatis Pemenang Mrs Sri Lanka Batal Jadi Pemenang, Mahkota Direbut Lagi Karena Status Janda
Baca juga: Terkena Bom hingga Dibunuh Tentara Mabuk, Kisah Pilu 7 Anak & Remaja Korban Invasi Rusia di Ukraina

Pemerintah Sri Lanka menyebut negaranya kehabisan devisa untuk mengimpor barang-barang yang sangat dibutuhkan.
Lembaga pemeringkat dan divisi kredit Amerika, S&P Global Ratings, Rabu (13/4/2022) mengatakan, butuh waktu berbulan-bulan bagi Sri Lanka untuk merestrukturisasi utang luar negerinya.
Pada Selasa (12/4/2022) Sri Lanka menyatakan, akan gagal membayar utang 51 miliar dollar AS (Rp 732 triliun) yang dipinjamnya dari luar negeri.
Sri Lanka mengonfirmasi mereka bakal melewatkan pembayaran kupon bunga yang jatuh tempo pada 18 April.
Rakyat mulai kelaparan
Baca juga: TORPEDO Pamungkas Poseidon Milik Rusia Bersiap Jika Terjadi Perang Besar Melawan Amerika & NATO
Baca juga: SIAP TEMPUR Deretan Pasukan Rusia Besenjata Lengkap Berbondong-bondong ke Kota di Ukraina

Sri Lanka gagal bayar utang luar negeri diumumkan ketika negara kepulauan itu bergulat dengan krisis ekonomi terburuknya dan meningkatnya demonstrasi yang menuntut pengunduran diri pemerintah.
Kekurangan makanan dan bahan bakar yang akut, serta pemadaman listrik setiap hari yang panjang, membawa penderitaan yang meluas ke 22 juta orang di Sri Lanka. Krisis paling menyakitkan sejak kemerdekaan pada 1948.
S&P melanjutkan, Sri Lanka tidak mungkin dapat melakukan restrukturisasi utang dengan cepat.