VIRAL Kampung Pemulung Miliarder Banyak Rumah Gedongan & Mobil Mewah, Warga Kaya dari Jualan Sampah
Dijuluki 'Kampung Miliarder', wilayah bernama Dien Thap yang terletak di distrik Dien Chau, Nghe An, Vietnam ini viral.
Penulis: Galuh Palupi Swastyastu
Editor: galuh palupi
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Dijuluki 'Kampung Miliarder', wilayah bernama Dien Thap yang terletak di distrik Dien Chau, Nghe An, Vietnam ini viral.
Melansir Eva pada Sabtu 16 April 2022, desa ini dijuluki kampung miliarder berkat banyak warganya yang kaya raya.
Dua per tiga dari penduduk merupakan orang kaya dengan harta miliaran.
Maka tak heran bila di sisi kanan kiri jalan yang membentang, banyak ditemui rumah-rumah mewah dan besar.
Belum lagi mobil-mobil mewah milik warga yang bersilewaran.

Chu Thi Khuyen, Ketua Komite Rakyat di Dien Thap mengatakan bahwa orang-orang di desa itu kaya berkat tahu cara berbisnis.
Baca juga: Tabrak & Tewaskan 8 Pesepeda Remaja, Gadis Usia 27 Ini Divonis 6 Tahun Penjara, Video Kejadian Viral
Baca juga: Viral Butuh Dana Rp 200 T, Ustaz Yusuf Mansur Akui Bukan untuk Paytren, Ternyata Buat Biayai Ini
Dilaporkan pada tahun 2017-2018, desa ini memiliki 246 keluarga dengan hampir setiap rumahnya gedongan dan punya mobil mewah.
Tingkat kemiskian di Dien Thap hanya 2,03 persen.
Kasus kemiskinan terutama terjadi pada rumah tangga dengan orang cacat, lanjut usia dan sakit jiwa.
Dien Thap merupakan salah satu desa terkaya di Vietnam.
Namun tak banyak yang tahu jika dulunya wilayah ini adalah daerah paling miskin.
Kaya Berkat Sampah
Dien Thap dulunya adalah lahan kosong yang basah sepanjang tahun.
Sebagian besar penduduknya menjadi petani.
Namun hasil dari pertanian tak mampu mengangkat derajat hidup mereka.
Pendapatan per kapita di Dien Thap rendah, warganya hidup miskin.
Baca juga: Viral Butuh Dana Rp 200 T, Ustaz Yusuf Mansur Akui Bukan untuk Paytren, Ternyata Buat Biayai Ini
Namun seiring waktu, penduduk mengubah profesi dari petani menjadi pemulung.
Mereka mencari barang rongsokan berupa plastik, botol, bungkus kemasan, dan semacamnya.
Barang-barang rongsok itu lalu dijual ke pabrik dan menjadi penghasilan.
Tetapi siapa sangka itulah awal kesuksesan penduduk Dien Thap.
Dari yang awalnya hanya pengepul kecil, penduduk mulai berkembang.

Mereka membeli truk dan mulai mengangkut barang rongsokan dalam jumlah yang lebih banyak.
Makin lama industri rongsokan di sana berkembang.
Kini warga tak hanya mencari rongsokan saja namun juga mengolahnya sendiri.
Mereka mendaur ulang sendiri sampah yang didapat lantas dijualnya lagi dengan harga tinggi.
Berbagai barang hasil olahan sampah itu antara lain peralatan rumah tangga, alat pertanian, dsb.
Profesi baru ini ternyata menjanjikan dan membuat warga kaya raya.
Mulai tahun 2000an, warga berlomba membangun rumah gedongan.
Dalam waktu relatif singkat, Dien Thap memiliki wajah baru.
Dien Thap tumbuh pesat dan menjadi salah satu wilayah terkaya di Vietnam.
Hidup Susah & Tidur di Trotoar, Pemulung Ini Dapat Rezeki Nomplok Ubah Nasib, Dedi Mulyadi Berjasa
Seorang pemulung bernama Kusnadi dan istrinya mendapatkan rezeki nomplok.
Ia berkesempatan untuk mengubah nasibnya yang hidup susah hingga tidur di trotoar.
Kusnadi dan istrinya dibantu oleh sosok penting, yakni Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi.
Saat itu, Kusnadi dan istri ketiduran di trotoar dekat Bale Indung Rahayu, Purwakarta, Jawa Barat.
Keduanya kelelahan setelah mencari barang rongsokan.
Gerobak berisi barang rongsokan pun diparkir di pinggir jalan dekat mereka tertidur.
Keduanya pun akhirnya dibangunkan oleh sosok Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi di sampingnya.
Keduanya pun ditanyakan mengapa bisa sampai tertidur di trotoar.
Rupanya, pasutri itu memang sering tertidur di sembarang tempat pada siang hari usai kelelahan mencari rongsokan.
Baca juga: Viral Video Warga Baduy Menangis Hutan Sakral 2 Hektar-nya Dirusak, Dedi Mulyadi Marah : Saya Malu!

"Ini kecapean abis ngerongsok. Tinggal ga ada tempat jadi tidur dimana aja," kata Kusnadi kepada Kang Dedi seperti dilansir dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Minggu (31/10/2021).
Kusnadi mengatakan, biasanya dia memulung pada malam sampai pagi hari.
Karenanya, di saat siang, dia sang sang istri kerap mengantuk hingga akhirnya tertidur di sembarang tempat, termasuk di trotoar jalan.
"Saya mulung pakai gerobak. Kalau istri pakai karung nyari rongsokannya," tutur Kusnadi.
Pernah Kerja di Sawit
Kusnadi mengatakan, dirinya dan sang istri berasal dari luar Purwakarta.
Dia berasal dari Tasikmalaya, sedangkan sang istri dari Bandung Barat.
Namun sejak tahun 1996, pria 46 tahun itu sudah merongsok di Purwakarta.
Pekerjaan itu sempat dia tinggalkan beberapa tahun kala dia bekerja di perusahaan sawit di Kalimantan dan Jambi.
Namun usai bekerja di luar pulau, Kusnadi kembali ke Purwakarta dan melanjutkan pekerjaannya sebagai pemulung.
"Soalnya tenaga sudah gakuat," kata Kusnadi menjelaskan alasannya berhenti bekerja di perusahaan sawit.
Kang Dedi pun menanyakan mengapa Kusnadi tak kembali ke kampung halaman ketimbang jadi pemulung di kota orang.
"Ya gimana ya, udah biasa kerja kemana aja pak," kata Kusnadi.
Menjadi seorang pemulung, Kusnadi mengaku mendapatkan uang rata-rata Rp 60 ribu setiap harinya.
Namun melihat Kusnadi dan istri ketimbang jadi pemulung dan tak punya tempat tinggal, Kang Dedi menawarkan solusi kepada mereka untuk pulang ke kampung halaman.
"Kalau bapak pulang ke Tasik nanti rencananya apa?," tanya Kang Dedi.
"Di sana ada empang kan, ikut ambil ikan, kadang dibawa ke pasar," kata Kusnadi.
Mendengar hal itu, Kang Dedi pun siap memberikan modal kepada Kusnadi dan sang istri agar mereka membuka usaha budi daya ikan di kampung halamannya ketimbang hidup menggelandang di kota orang.
"Dikasih modal untuk bekel usaha ikan.
Nanti ditambah modal lagi kalau ketahuan usaha ikannya jalan," ujar Kang Dedi.

Petani Curhat
Tak mengetahui bahwa lawan bicaranya adalah Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi, seorang petani curhat mengenai kehidupannya sehari-hari yang terbiasa makan nasi dengan cabai.
Hal itu diucapkan petani cabai di wilayah Cirebon, Jawa Barat.
Adapun Kang Dedi Mulyadi alias KDM berada di sana ketika dia hendak menghadiri acara panen raya yang dihadiri Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Kala melintasi sawah yang gersang, Kang Dedi melihat seorang pria tua sedang bertani.
Dia pun lantas mendekati petani itu sambil menanyakan kondisi kehidupannya.
Rupanya, petani itu menanam cabai di sawah miliknya yang seluas 1.020 meter sambil menunggu datangnya musim hujan untuk kembali menanam padi.
Kepada Kang Dedi, petani itu mengaku mengerjakan semuanya sendiri, mulai dari menanam bibit hingga merawatnya.
"Karena enggak cukup uangnya kalau enggak dikerjain sendiri," ujar petani itu kepada Kang Dedi dilansir dari Youtube Lembur Pakuan Channel, Selasa (26/10/2021).
Petani itu menuturkan, dalam setiap panen cabai, dia maksimal hanya mendapat uang Rp 500 ribu.
Kendati begitu, dia mengaku bersyukur karena hasil tersebut bisa digunakan untuk uang jajan dua anaknya yang masih sekolah.
"Dikasih 5 ribu buat sangu (bekal) sekolah. Tapi kalau lagi enggak ada ya enggak dikasih," ujar petani itu.
Meski hidup pas-pasan, semangat petani tua itu untuk menafkahi keluarganya membuat salu Kang Dedi.
"Walau tidak kaya, hidupnya berkah.
Anak bisa sekolah, bapak sehat tidak ngemis," kata Kang Dedi.
"Makannya enak karena tenaganya dikeluarin makan ikan asin sama sambel," lanjut mantan Bupati Purwakarta itu.
Namun petani itu mengaku dia lebih sering makan nasi dengan cabai saja.
"Kadang-kadang sama cabe aja, ya seadanya aja," kata dia.
Makan Daging Tiap Ada Selametan
Kang Dedi kemudian menanyakan seberapa kali bapak itu makan dengan lauk yang lebih bergizi dengan daging mapun telur.
"Telur kadang-kadang, nemu daging kalau ada selametan," jawab petani itu.
Mendengar curhatan itu, Kang Dedi kemudian memberikan uang kepada petani itu.
Kang Dedi memberikan uang itu agar si petani membeli daging, namun oleh petani itu menyebut lebih baik digunakan untuk obat semprot hama.
Akhirnya dia pun dikasih uang lagi oleh Kang Dedi untuk membeli daging.
"Pupuk sudah, beli daging. Makan sama daging," kata Kang Dedi yang mengaku kepada petani itu sebagai sosok Haji Udin asal Majalengka.
(Tribunnewsmaker/Galuh Palupi/TribunJakarta)
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Bertemu Sosok Ini, Kusnadi Sang Pemulung Tak Menyangka Hidup Berubah Setelah Ketiduran di Trotoar