Tragedi Sekeluarga Tewas
PUNYA Aset Miliaran, 1 Keluarga Tewas 3 Minggu Tak Makan, Pakar Curiga Korban Penganut Apokaliptik
Terungkap punya aset hingga miliaran rupiah. satu keluarga di Kalideres dicurigai jadi penganut paham Apokaliptik. Berikut penjelasan sang pakar ahli.
Editor: octaviamonalisa
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Penyebab kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat masih menjadi tanda tanya.
Pasalnya setelah dilakukan penyelidikan, keluarga ini rupanya memiliki aset hingga miliaran rupiah.
Hal ini diperkuat dengan adanya lemari es dengan empat pintu di rumah tersebut.
Oleh sebab itu, keempatnya dinilai janggal jika tewas karena kelaparan.
Kini seorang pakar pun curiga dan menduga satu keluarga ini memang sengaja melaparkan diri hingga tewas.
Baca juga: Adik Beber Kondisi Ekonomi 1 Keluarga Tewas di Kalideres, Bukan Orang Susah, Tak Mungkin Kelaparan

Diberitakan sebelumnya, satu keluarga yang terdiri atas empat orang ditemukan meninggal dunia di Perumahan Citra Garden Satu Extention Blok AC 5 No 7, Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (10/11/2022) sore.
Mereka tediri atas pasangan suami istri, anak, dan ipar dengan inisial masing-masing, suami RG (71), istri RM (66), anak DF (42), dan ipar BG (68).
Motif di balik satu keluarga tewas dengan perut kosong itu belum dapat dipastikan.
Namun, kriminolog Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala menduga empat anggota keluarga yang tewas tersebut memiliki keyakinan apokaliptik atau keyakinan terhadap akhir dunia.
Diketahui, suami istri serta anak perempuan dan ipar ditemukan tak bernyawa dalam keadaan lambung kosong dan tak ditemukan makanan dan air minum di rumah tersebut.
Baca juga: Satu Keluarga Tewas di Kalideres Amat Tertutup, Warga 20 Tahun Jadi Tetangga Sampai Tak Tahu Namanya
“Jangan-jangan dari keempatnya penganut paham akhir dunia atau apokaliptik dan mencabut nyawa dengan cara yang ekstrem,” ujar Adrianus, Sabtu (12/11/2022).
Satu keluarga tewas di Kalideres semata-mata karena kelaparan dan tidak punya uang untuk makan adalah sangat tidak mungkin.
Adrianus berpendapat mereka tinggal di perumahan kelas menengah dan memiliki aset untuk dijual.
Selain itu, Adrianus Meliala justru menilai ada unsur kesengajaan dalam peristiwa ini.
“Saya bayangkan bunuh diri dengan melaparkan diri, tetapi saya tidak yakin orang mampu melakukan tindakan seperti itu,” ujarnya, dikutip TribunJatim.com dari TribunJakarta.
Ia justru menduga ada tindakan pelaparan.
Artinya, ada pihak-pihak yang membuat mereka lapar dengan tidak memberi akses makanan.
Ada kemungkinan juga pihak yang lebih muda lebih aktif dan bisa saja sebagai pelaku.

“Tentu ada motif ya kenapa seperti itu, harus menunggu hasil autopsi yang akurat,” ucapnya.
Menurut Adrianus, skenario pelaparan semakin mungkin sebab ketika ada pihak yang mendorong kelaparan itu terjadi, barulah pihak ketiga mengakhiri hidupnya dengan cara tertentu.
Adrianus juga punya dugaan kedua di balik kasus tewasnya satu keluarga di Kalideres ini.
Dugaan ini menyangkut motif keyakinan apokaliptik atau keyakinan terhadap akhir dunia.
Mengutip dari Wikipedia, kata "apokaliptik" berasal dari bahasa Yunani yang artinya "menyingkapkan" atau " membukakan".
Kata ini merujuk pada sesuatu yang sebelumnya tersembunyi dan sekarang telah disingkapkan sekarang.
Sementara itu bila membaca sastra apokaliptik, kita dapat menemukan pembedaan yang tegas antara dunia yang sekarang dengan dunia yang akan datang.
Sastra Apokaliptik berbicara tentang eskatologi, yaitu akhir dunia yang semakin memburuk hingga betul-betul kiamat, lalu tiba-tiba muncul dunia baru yang serba indah.
Saat dunia yang baru itu datang, segala kejahatan dan kuasanya akan dimusnahkan oleh Allah.
Orang-orang yang telah mati akan dibangkitkan, dan akan ada penghakiman bagi semua orang.
Sastra apokaliptik dengan demikian mendorong orang-orang agar dapat bertahan dalam penindasan.
Sasaran akhir tulisan ini adalah berakhirnya segala kejahatan, kekuasaan yang dimiliki negara-negara besar di dunia tidak akan bertahan lama, dan zaman keselamatan pun tiba.
Sementara itu, hingga kini polisi masih melakukan penyelidikan terkait penyebab tewasnya satu keluarga tersebut.
Hal ini lantaran tak ada saksi dan barang bukti yang kuat.
Tak ada bercak darah maupun tanda penganiayaan di tubuh para korban.
Baca juga: Mayat Satu Keluarga Diduga Tewas Tak Makan, Kulkas Kosong, Polisi Temukan Catatan Ini di Rumah
Namun, sejumlah kejanggalan ditemukan oleh pihak kepolisian di rumah tersebut.
Di rumah korban, tak ditemukan bahan makanan maupun air minum.
Penyidik pun kesulitan lantaran korban sangat tertutup dengan lingkungan.
Mengutip Kompas.com, polisi pun masih mencari tahu mengapa tidak ditemukan bahan makanan di rumah tersebut.
Namun, polisi menemukan ada struk belanjaan dan menu makanan di dalam rumah tersebut.
Hal ini disampaikan oleh Kanit Reskrim Polres Jakarta Barat, Kompol Haris Kurniawan.
Mengutip Kompas TV, polisi juga menemukan banyak bedak bayi yang baru dibeli berada di dalam rumah.
Padahal di rumah tersebut tidak ada usia balita.

Selain bedak bayi, polisi juga menemukan kapur barus.
"Kapur barus kan ada ditemukan di TKP (tempat kejadian perkara), dokter mengatakan bahwa kapur barus bisa menyerap bau," kata Kapolsek Kalideres AKP Syafri Wasdar, Sabtu (12/11/2022).
Meski demikian, Syafri tidak bisa memastikan apakah kapur barus tersebut sengaja digunakan untuk menghilangkan bau jenazah.
Hal senada mengenai kapur barus juga diungkap oleh Ketua RT 7 RW 15, Asiung.
Asiung mengaku melihat semangkuk kapur barus di atas meja makan.
"Di meja itu ada kapur barus.
Kapur barusnya ada di dalam mangkok ditaruh di atas meja makan," katanya, Jumat (11/11/2022).
Baca juga: PENGAKUAN Adik dari 1 Keluarga yang Tewas di Kalideres, Telp Terakhir Setahun Lalu: Menjauhkan Diri
Tak hanya kapur barus, Asiung juga melihat lilin merah dan bedak.
"Saya lihat ada kapur barus, sebelahnya ada lilin warna merah. Di sebelahnya lagi ada bedak muka," katanya.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Sekeluarga yang Tewas di Kalideres Sengaja Laparkan Diri? Pakar Bahas Paham Akhir Dunia, 'Ekstrem'