PECAH TANGIS Jurnalis di Gaza:'Kemarin Saya Tangisi Anak Orang Lain Tiada, Hari Ini 4 Anakku Tewas!'
Lagi bertugas meliput di Gaza, jurnalis ini dikabari empat anaknya tewas dibom Israel: nangis kejer!
Editor: Dika Pradana
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Seorang jurnalis tak kuasa menahan tangisnya ketika tugas liputan di Gaza dan mendapatkan kabar bahwa keempat anaknya telah tewas dalam pengeboman Israel belakangan ini.
Isak tangis jurnalis tersebut tak dapat dibendung saat bertugas meliput kondisi di Gaza beserta korban.
Tak pernah disangka olehnya harus kehilangan keempat anaknya saat dirinya bertugas meliput tragedi di Gaza.

Diketahui, jurnalis tersebut bernama Mohammed Alaloul (37), jurnalis yang bertugas sebagai videografer di kantor berita Turkiye, Anadolu.
Saat bertugas, Mohammed Alaloul mengaku bukan hanya harus menyaksikan kematian anak-anak orang lain akibat pengeboman Israel, melainkan juga anak-anaknya sendiri.
"(Kemarin) Saya menangis di belakang kamera saya melihat anak-anak orang lain tiada. Hari ini, sayalah yang kehilangan anak-anak saya," ucap Alaloul kepada AFP, Minggu (5/11/2023).
Baca juga: Gelorakan Perdamaian, Paus Fransiskus Minta Gencatan Senjata Israel & Hamas:Singgung Perjanjian Oslo
Baca juga: SOSOK Chloe Tong Istri Pendiri Grab Diduga Pro Israel, Grab Indo Menepis: Donasi Rp3,5 M untuk Gaza
Empat anak Alaloul meninggal dunia akibat serangan Israel yang mengenai kamp pengungsi Al-Maghazi pada Sabtu (4/11/2023) malam.
Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas, serangan Israel yang menyebabkan hancurnya tujuh bangunan bertingkat di kamp pengungsi Al-Maghazi itu total menewaskan 45 orang.
Di antara mereka yang tewas, ada juga empat saudara laki-laki Alaloul dan beberapa keponakannya.
Saat kejadian, Alaloul tengan meliput serangan Israel di tempat lain.
Hancur hati Mohammed Alaloul ketika mendapatkan kabar dari sepupunya bahwa rumahnya telah hancur diserang Israel.

"Sepupu saya menelepon saya untuk memberi tahu saya bahwa rumah saya telah hancur dalam serangan terhadap bangunan tetangga," jelas dia.
"Di rumah saya, tidak ada seorang pun yang menjadi anggota kelompok bersenjata." ungkapnya.
"Tapi hari ini, saya hanya menyisakan istri dan satu anak laki-laki saya," katanya.
Alaloul menyebut, di antara anak-anaknya yang tewas, tiga adalah laki-laki dan seorang anak perempuan.
Sebelumnya, ia padahal sudah menjanjikan kepada mereka kehadiran seorang adik perempuan secepatnya.
Gaza telah dibombardir tanpa henti oleh Israel sejak kelompok Hamas menyerbu dari wilayah tersebut pada 7 Oktober.
Lebih dari 10.000 warga Palestina dilaporkan telah terbunuh dalam respons Israel terhadap serangan Hamas.
Baca juga: BOCOR! Skenario Amerika & Sekutu Jika Hamas Dilenyapkan Israel, Gaza akan Dikuasai Pasukan Ini!

Israel mengatakan bahwa mereka bertujuan untuk menghancurkan Hamas dan menyelamatkan lebih dari 200 sandera yang diyakini ditahan di Gaza.
Setelah serangan terakhir, tetangga Alaloul, Said al-Najma, dan puluhan warga lainnya langsung berupaya membersihkan puing-puing untuk menemukan korban yang selamat.
Mereka mencari di antara lempengan-lempengan beton yang berjatuhan dan berlumuran darah.
Namun, seringkali yang mereka temukan hanyalah mayat atau potongan-potongan tubuh.
"Kami tidak punya apa-apa untuk mencari atau membersihkan reruntuhan," kata Najma.
Kadang-kadang dalam pencarian ini, ada harapan.

Ketika seseorang ditarik dari bawah reruntuhan dalam keadaan hidup, warga akan langsung membawa mereka melewati puing-puing ke mobil dan bergegas membawanya ke rumah sakit terdekat.
Namun lebih sering, mereka yang berada di bawah reruntuhan sudah meninggal, dan jenazahnya dengan cepat ditutupi.
"Anda akan membutuhkan buldoser untuk menghancurkan tembok-tembok yang masih berdiri agar para penggali dapat mengakses dan mengeluarkan korban yang tewas dan terluka," ujar seorang warga, Abu Chandi Samaan (55)m yang telah mengais-ngais reruntuhan.
Dia berucap, di atas segalanya, yang paling membantu adalah diakhirinya perang ini.
"(Namun) Tidak ada yang menyuruh Israel untuk berhenti," keluhnya.
"Sementara kami tidak memiliki air, makanan, atau apa pun yang Anda butuhkan untuk bertahan hidup." imbuhnya.
"Orang-orang yang masih hidup di sini adalah mereka yang tidak diinginkan oleh kematian," ucap dia.
YA ALLAH! Pilunya Ibu di Gaza Terpaksa Lahiran Caesar Tanpa Bius, Luka Disterilkan Cuka: Perih!
NASIB pilu dialami dialami oleh seorang ibu hamil di Gaza yang terpaksa melahirkan secara caesar hanya dengan memanfaatkan cuka.
Tim medis memanfaatkan cuka untuk mensterilkan luka operasi caesar saat proses persalinan.
Keterbatasan stok medis membuat tim terkait memberikan pertolongan dengan alat seadanya pada ibu melahirkan tersebut.

Tak dapat dipungkiri bahwa wanita melahirkan tersebut tentu merasakan rasa sakit yang berlebih dalam proses caesarnya.
Tak ada obat bius sama sekali dalam proses persalinan bagi wanita melahirkan di Gaza.
Pilunya bayi lahir premature dikarenakan kodisi sang ibu yang mengalami ketakutan ekstrem di Gaza.
Disampaikan Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan jumlah korban tewas Palestina akibat serangan militer Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza mencapai 9.227 orang.
Di antaranya, 2.100 orang masih terjebak di bawah puing-puing di Gaza, termasuk 1.200 anak-anak.
Baca juga: Sehari setelah Pemimpin Syiah Hassan Nasrallah Pidato, Pos Militer Israel Dirudal Hizbullah: Hancur!
Baca juga: BOCOR! Skenario Amerika & Sekutu Jika Hamas Dilenyapkan Israel, Gaza akan Dikuasai Pasukan Ini!
Ia mengatakan pasukan Israel menghantam lebih dari 102 fasilitas kesehatan di Gaza sejak 7 Oktober, meskipun menurut aturan perang, fasilitas semacam itu seharusnya terhindar dari serangan.
Hampir 10.600 orang telah tewas dalam konflik ini, termasuk 9.227 warga Palestina dan lebih dari 1.538 warga Israel.
Sementara itu, mengutip pernyataan UNRWA (Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur), menyebutkan sebanyak 670 ribu jiwa terpaksa mengungsi, yang tersebar di hampir 150 bangunan yang dibuat UNRWA.
Dan menurut data dari UN Population Fund (UNFPA), terdapat setidaknya 5.500 wanita atau ibu yang sedang hamil.
Meski tak menutup kemungkinan angka tersebut sedikit demi sedikit menurun, lantaran korban yang terus berjatuhan.
Terhitung telah 26 hari berlalu, dan memasui awal bulan menjadi waktu untuk sejumlah ibu untuk melahirkan bayinya.
Namun miris, ditengah kekacauan yang terjadi saat ini, para ibu hamil harus menahan sakit yang tak biasa.
Baca juga: PARAH! Warga Gaza Mulai Diusir Israel, Tekan Mesir Terima Pengungsi: Diimingi Penghapusan Utang

Pasalnya, tim medis terpaksa melakukan tindakan operasi Caesar untuk kelahiran para bayi tanpa memberikan anastesi atau obat bius untuk menahan nyeri kepada sang ibu.
Hal ini dikarenakan menipisnya ketersediaan stok obat dan semakin terbatasnya rumah sakit
Tindakan cepat para dokter ini menjadi kisah yang pilu bagi para ibu, karena harus merasakan sakit demi keselamatan sang bayi.
"Kami telah melakukan operasi caesar pada wanita hamil yang terluka akibat serangan Israel tanpa anestesi " kata direktur Rumah Sakit Nasser di Jalur Gaza, Nahhed Abou Taima.
Pada awal-awal minggu setelah pecah peperangan, sejumlah rumah sakit masih mampu menjalankan operasi dengan baik dan memberikan pelayanan maksimal bagi para ibu hamil.
Namun, dengan seiring bertambahnya korban juga sejumlah rumah sakit yang ikut menjadi sasaran bom, membuat para pasien pun menumpuk di rumah sakit yang masih berdiri.
Tantangan para ibu pun semakin sulit di minggu-minggu selanjutnya.
Dimana sistem kesehatan Gaza mulai mengalami penurunan atau bahkan terpaksa berhenti.
Sebab Israel telah memutus pasokan listrik dan menutup akses perbatasan sehingga bantuan tidak bisa masuk ke Gaza.
Hal ini memicu stok obat-obatan di seluruh rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi.
Situasi ini kian memburuk dengan tidsak adanya sumber listrik serta bahan bakar untuk menyalakan generator di RS.
Selain para ibu melahirkan, sejumlah korban luka bakar juga harus mendapat tindakan tanpa anestesi.
"Para dokter terpaksa melakukan operasi caesar pada ibu hamil tanpa obat bius," tutur Direktur CARE untuk West Bank dan Gaza, dilansir dari The I Paper.
Hiba Tibi mengatakan bahwa beberapa rumah sakit telah menjalankan prosedur operasi dengan bahan-bahan yang sangat terbatas.
Para dokter bahkan memutar otak untuk bisa mengobati luka para pasien tanpa cairan pembersih luka.
Seorang dokter di RS Shifa di Gaza yang bernama Ghassan Abu Sittah mengatakan, mereka menggunakan Cuka untuk mensterilkan luka.
Prosedur ini juga dilakukan di operasi, termasuk operasi caesar.

"Mereka merasakan sakit yang luar biasa. Dan kalaupun mereka berhasil melewati operasi yang sangat menyiksa itu, mereka harus melewati proses penyembuhan tanpa pereda nyeri," lanjut Hiba.
Selain itu, dalam kondisi sekarat tak sedikit para ibu yang kehilangan nyawa setelah melahirkan bayinya.
Seorang petugas medis di Gaza yang bernama Fikr Shalltoot bercerita bahwa ada seorang ibu hamil dengan kandungan 32 minggu yang meninggal karena pengeboman dari udara.
Petugas medis menyelamatkan janin yang sedang dikandungnya dan seorang bayi kuat pun lahir dengan selamat.
"Seluruh anggota keluarganya meninggal karena serangan bom.
Satu-satunya yang selamat adalah bayi yang berusia 32 minggu," lanjut Hiba.

Kondisi ini juga memaksa para ibu yang telah berhasil melahirkan bayinya untuk sesegera mungkin meninggalkan rumah sakit 3 jam seletah proses persalinan.
"Aku harus keluar rumah sakit 3 jam setelah melahirkan karena harus bergantian tempat dengan ibu hamil lainnya dan dengan orang-orang yang terluka," ujar seorang ibu di Gaza.
Kondisi riuh ini juga mengancam kestabilan mental para ibu yang harusnya fokus dengan kehamilnnya.
Sebab, tak sedikit para ibu harus melahirkan sang bayi sebelum waktunya.
"Karena keadaan ini, angka kematian ibu hamil dan melahirkan akan lebih tinggi jika pasokan medis dan bahan bakar tidak dikirim ke Gaza," ujar Koordinator Advokat dan Komunikasi ActionAid Palestine, Riham Jafari.
Bayi-bayi prematur tersebut lahir dikarenakan kodisi sang ibu yang mengalami ketakutan ekstrem.
Bagaimana tidak, bom terus berjatuhan tanpa jeda dan semakin intens.
Seringnya, Israel menyasar rumah sakit, perumahan warga, dan yang terbaru adalah menyerang area penampungan perang.
Para ibu hamil di Gaza menghadapi situasi yang sangat sulit dan tak terhindarkan, dan mereka harus melahirkan di tengah ancaman bom dan bisa saja kehilangan nyawa kapan saja.
Artikel ini diolah dari Kompas.com
Sumber: Kompas.com
Potret Pilu DJ Koo di Makam Barbie Hsu, Tertunduk Lesu, Hampir Tiap Hari Datang, Buat Peziarah Sedih |
![]() |
---|
Mirisnya Kehidupan Putri Jackie Chan, Etta Ng jadi Tunawisma di Kanada, Tidur di Kolong Jembatan |
![]() |
---|
Beda Nasib dari Pangeran Al Waleed, Munira Abdulla Bangun Lagi Setelah 27 Tahun Koma, Bak Keajaiban |
![]() |
---|
Perjuangan Ayah Pangeran Al Waleed, Tolak Lepas Alat Bantu Hidup Anak, Kamar RS jadi Tempat Berdoa |
![]() |
---|
Pangeran Arab Al Waleed Koma 20 Tahun, 3 Dokter AS Didatangkan untuk Menyadarkan, Hasilnya Sia-sia? |
![]() |
---|