Konflik Palestina Vs Israel
Jubir Hamas Abu Obeida, dan PM Israel Benjamin Netanyahu Saling Mengancam! Gaza Makin Memprihatinkan
Padahal situasi kemanusiaan di Gaza sudah semakin memprihatinkan, Hamas dan Israel saling mengancam satu sama lain.
Editor: Sinta Manila
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Disaat juru bicara Hamas, Abu Obeida mengobarkan semangat perang mereka melawan Israel.
Tak berselang lama, Benjamin Netanyahu juga melemparkan ancaman pada Hamas untuk segera menyerah.
Hal ini seolah memperlihatkan bahwa perang di Gaza masih akan sangat lama berlangsung.
Baca juga: Gembar-gembor akan Menggulingkan Hamas, Israel Terkejut Hamas Punya Ratusam Ribu Senjata Canggih
Padahal situasi kemanusiaan di Gaza sudah semakin memprihatinkan.
Hamas dan Israel saling mengancam satu sama lain.
Hamas memberikan peringatan pada Israel dan negara sekutunya, tidak ada sandera yang akan meninggalkan wilayah tersebut hidup-hidup kecuali tuntutan kelompok militan Palestina ini dipenuhi.
Hamas, lewat juru bicaranya, Abu Obeida, menyebut kepemimpnan Benjamin Netanyahu dan negara sekutu Israel arogan.

"Baik musuh fasis dan kepemimpinannya yang arogan, maupun para pendukungnya, tidak dapat mendapatkan sandera mereka hidup-hidup tanpa pertukaran dan negosiasi, serta memenuhi tuntutan perlawanan," kata Obeida dalam siaran televisi, mengacu pada pembebasan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel, Minggu (10/12/2023), dilansir Al Arabiya.
Lebih lanjut, Obeida mengatakan Hamas akan terus melawan pasukan Israel.
Menurutnya, Hamas tak punya pilihan lain selain melawan penjajah Zionis.
Hamas juga menilai serangan-serangan Israel adalah upaya negara Zionis itu untuk memusnahkan warga Palestina.
"Kami tidak punya pilihan selain melawan penjajah biadab ini di setiap lingkungan, jalan, dan gang," ucap Obeida.
"Pemusnahan yang dilakukan Israel bertujuan untuk mematahkan kekuatan kami, namun kami berperang di tanah kami dalam pertempuran suci," imbuh dia.
Baca juga: KEPANIKAN Warga Israel saat Tel Aviv Diserang Puluhan Roket Hamas, Bobol Iron Dome: Sirine Meraung!
Di hari yang sama, Benjamin Netanyahu juga mengeluarkan ancaman, meminta kelompok militan itu menyerah.
Perdana Menteri Israel itu mengatakan akhir dari Hamas sudah dekat.

"Perang masih berlangsung, namun ini adalah awal dari berakhirnya Hamas."
"Saya katakan pada Hamas, ini sudah berakhir. Menyerahlah sekarang," ujar Netanyahu dalam sebuah pernyataan, Minggu, dikutip dari AFP.
"Dalam beberapa hari terakhir, puluhan anggota Hamas telah menyerah pada pasukan kami," sambung dia.
Meski demikian, militer Israel belum merilis bukti tersebut, dan Hamas menolak klaim Netanyahu.
Upaya untuk Gencatan Senjata Masih Berlangsung
Sementara itu, mediator Qatar mengatakan upaya terkait gencatan senjata selanjutnya dan membebaskan lebih banyak sandera sedang berlangsung.
Tapi, kata mediator Qatar, serangan Israel tanpa henti "mempersempit peluang" untuk mencapai hasil yang sukses.
Sebelumnya, usulan gencatan senjata yang menjadi resolusi Dewan Keamanan PBB, menemui kebuntuan.
Pada Jumat (8/12/2023), Amerika Serikat (AS) menggunakan hak vetonya terkait resolusi itu.
Penggunaan hak veto AS itu mematahkan tuntutan gencatan senjata segera yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dan negara-negara Arab.
Guterres telah mengadakan pertemuan darurat dengan Dewan Keamanan PBB setelah konflik berminggu-minggu.
"Uni Emirat Arab sangat kecewa," ujar perwakilan UEA yang mensponsori resolusi yang menyerukan gencatan senjata.
"Sayangnya, dewan ini (Dewan Keamanan PBB) tidak dapat menuntut gencatan senjata kemanusiaan."
AS mempertahankan hak vetonya dan menyerang pendukung resolusi itu.
AS mengkritik mereka karena terburu-buru mewujudkannya dan tidak mengubah seruan untuk gencatan senjata tanpa syarat.

“Resolusi ini masih berisi seruan untuk gencatan senjata tanpa syarat."
"Resolusi ini akan membuat Hamas dapat mengulangi apa yang mereka lakukan pada 7 Oktober,” kata Wakil Perwakilan AS di PBB, Robert Wood.
Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan, AS dapat menggunakan hak vetonya terhadap resolusi apapun.
Sementara itu, Inggris, yang juga anggota Dewan Kemanan PBB, abstain dalam pemungutan suara tersebut.
Menjelang pemungutan suara, Guterres mengatakan “kebrutalan yang dilakukan oleh Hamas tidak akan pernah bisa membenarkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina.”
“Saya dengan tegas mengutuk serangan-serangan itu."
"Saya terkejut dengan laporan kekerasan seksual,” kata Guterres menjelang pemungutan suara.
Guterres menggunakan Pasal 99 Piagam PBB yang jarang digunakan untuk menarik perhatian DK PBB mengenai “masalah apapun yang menurut pendapatnya dapat mengancam pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional.”
Guterres telah mengupayakan “gencatan senjata kemanusiaan” untuk mencegah “bencana yang berpotensi menimbulkan dampak yang tidak dapat diubah bagi rakyat Palestina” dan seluruh Timur Tengah.
Setelah AS memveto resolusi tersebut, Wood mengatakan resolusi tersebut “berbeda dari kenyataan” dan “tidak akan mengambil tindakan nyata.”
Artikel diolah dari Tribunnews.com
Sumber: Tribunnews.com
Siapa Sangka! 10 Negara Tolak Gencatan Senjata di Gaza, Salah Satunya Negeri Tetangga Indonesia! |
![]() |
---|
10 Negara yang Tolak Resolusi PBB soal Gencatan Senjata di Gaza, Dukung Israel Lanjutkan Perang |
![]() |
---|
IDF Diduga Sembunyikan Jumlah Korban, Media Israel: 20 Persen Tentara Tewas Tertembak Teman Sendiri |
![]() |
---|
Hamas Tegas Ancam Tak Ada Pelepasan Sandera, sebelum Netanyahu Menghentikan Perang di Jalur Gaza |
![]() |
---|
Jubir Hamas Sempat Hilang 2 Minggu, Abu Ubaida Muncul Lagi Bawa Peringatan Keras! Kini Diburu Israel |
![]() |
---|