Rahasia Sukses Prabowo Subianto Jadi Pebisnis, Total Kekayaan Rp2 Triliun, Punya 8 Gurita Bisnis!

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Inilah rahasia sukses Prabowo Subianto menjadi pebisnis sekaligus politikus dengan kekayaan mencapai Rp2 triliun serta memiliki delapan perusahaan besar.

Menjadi putra Sumitro Djojohadikusumo, Prabowo Subianto awalnya enggan untuk mengikuti jejak ayahnya untuk menjadi seorang ekonom.

Sosok calon presiden RI 2024 ini nyatanya memilih untuk berkarier di bidang militer saat usia muda.

Namun, pengabdiannya sebagai seorang tentara harus terhenti pada tahun 1998.

Berhenti dari militer, suami dari Titiek Soeharto ini akhirnya mengikuti jejak adiknya Hashim Djojohadikusumo menjadi seorang pebisnis.

Sejak saat itulah, Prabowo Subianto mulai merintis sederet perusahaannya.

Merujuk paparan George Aditjondro dalam Korupsi Kepresidenan (2006), saat di Aman, Yordania, Prabowo sempat menjadi perwakilan kelompok bisnis adiknya, Tirtamas/Comexindo.

Selain itu, dari sana juga dia berupaya mempersiapkan bisnis tambang, pengolahan kertas, dan penggalian sumber-sumber energi.

Baca juga: Pabrik Cuan Mukesh Ambani, Punya 250 Perusahaan, Kekayaannya Rp1,7 Kuadriliun: Crazy Rich India

Barulah pada 2001, Prabowo dan rekannya, mendirikan Nusantara Energi.  Perusahaan inilah yang kemudian menjadi mesin pendulang kekayaan bagi Prabowo.

Awalnya bisnisnya bergerak di industri kertas bernama PT Kiani Kertas, yang berada di Berau, Kalimantan Timur.

PT Kiani Kertas ini awalnya dimiliki oleh 'Raja Hutan' Bos Hasan. Namun, pada tahun 1990-an, perusahaan ini diambil alih negara karena dianggap tidak sehat.

Oleh karena alasan inilah Prabowo ingin membangkitkan perusahaan kertas tersebut.

Dia membeli Kiani Kertas sebesar Rp 1,8 Triliun dan mengubahnya menjadi PT Kertas Nusantara.

Baca juga: 6 Rumus Keramat Orang China dalam Berbisnis, Cuan Terus, Strateginya Bisa Ditiru: Cepat Tajir!

Pengambilalihan inilah yang kemudian membuat hubungannya dengan senior di TNI, Luhut Binsar Panjaitan, kembali mencair.

Sebagaimana dipaparkan Hendra Budiman dalam Para Pembisik Jokowi (2015), di Kiani Kertas Prabowo menjabat sebagai Presiden Direktur dan Luhut Binsar Panjaitan menduduki kursi Komisaris Utama.