Breaking News:

Berita Viral

Kisah Lukminto Jualan di Pasar Klewer Solo hingga Dirikan Sritex, Dulu Jaya Kini Pailit Utang Rp25 T

Inilah kisah dari sosok pengusaha Lukminto, berawal dari jualan di Pasar Klewer hingga mampu mendidikan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex).

|
Kolase Tribunnewsmaker/ freepik
Kisah Lukminto jualan di Pasar Klewer hingga mendirikan Sritex. 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Inilah kisah dari sosok pengusaha Lukminto, berawal dari jualan di Pasar Klewer hingga mampu mendidikan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex).

Namun kini raksasa tekstil yang didirikan tersebut runtuh, bangkrut.

Sritex baru-baru ini resmi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Kota Semarang.

Salah satu perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara ini terlilit utang hingga Rp 25 triliun.

Sritex didirikan oleh Muhammad Lukminto pada tahun 1966 silam.

Sebelumnya, Lukminto berjualan di sebuah kios kecil bernama UD Sri Rejeki di Pasar Klewer, Solo.

Bisnis kecil tersebut kemudian berkembang.

Lukminto berhasil mendirikan pabrik tekstil yang menjadi salah satu penopang ekonomi Kabupaten Sukoharjo.

Produk-produk yang dihasilkan Sritex meliputi bahan mentah seperti rayon, katun, dan poliester.

Baca juga: Kisah Konglomerat Bangkrut Lalu Jualan Roti Keliling, Kini Sukses Berbisnis Kopi:Jadi Miliarder Lagi

PT Sritex
PT Sritex (TribunSolo)

Ada juga produk jadi seperti pakaian.

Tak hanya di Sukoharjo, Sritex juga memiliki kantor besar di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, yang menunjukkan skala operasi perusahaan yang luas.

Sejak 2018, Sritex memiliki empat lini bisnis utama, yakni pemintalan, penenunan, pencelupan dan pencetakan, serta produksi pakaian jadi.

Sritex berhasil menembus pasar domestik dan internasional.

Bahkan saking suksesnya, NATO mempercayakan Sritex untuk menjadi salah satu pemasok seragam militernya.

Sritex juga menerima pesanan seragam dari Angkatan Perang Jerman dan Inggris, Papua Nugini serta Kantor Pos Jerman.

Namun kesuksesan Sritex rupanya tak bertahan lama.

Ia tersandung masalah finansial saat pandemi.

Permintaan produk tekstil menurun drastis saat itu.

Baca juga: Bangkrut Jualan Mie Ayam, Pemuda Ini Malah Sukses Dirikan Perusahaan Startup, Hartanya Rp1,1 Triliun

Koleksi seragam produksi PT Sritex
Koleksi seragam produksi PT Sritex (TribunSolo)

Perusahaan pun terpaksa mengajukan restrukturisasi utang melalui Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) pada 2022.

Krisis keuangan semakin memburuk hingga dinyatakan pailit.

Kini tak hanya perusahaan yang dikhawatirkan, melainkan juga ribuan karyawan di dalamnya.

Termasuk mitra bisnis yang selama ini bergantung pada perusahaan.

Dikutip dari Kompas.com, utang yang menggunung selama bertahun-tahun disebut-sebut jadi penyebab utama rontoknya bisnis raksasa tekstil ini. 

Sritex pailit karena harus menanggung utang pokok plus bunga yang besar, sementara pendapatannya seret.

Dilansir dari laporan keuangan terbaru perseroan, yakni Laporan Keuangan Konsolidasi Interim 30 Juni 2024 yang dirilis perusahaan, total utang Sritex mencapai 1,597 miliar dollar AS atau jika dirupiahkan setara dengan Rp 25 triliun (kurs Rp 15.600).

Prabowo Ingin Selamatkan Sritex, Pimpinan MPR Minta Pemilik Tetap Tanggung Jawab

Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno menilai, pemilik dan manajemen Sritex harus tetap bertanggung jawab atas pailitnya perusahaan tersebut meski Presiden Prabowo Subianto ingin menyelamatkan Sritex.

Eddy mengatakan, pemilik Sritex harus tetap dimintakan tanggung jawabnya terhadap kewajiban perusahaan, terutama pinjaman perbankan dan bentuk lainnya yang jumlahnya diperkirakan mencapai Rp 26 triliun atau lebih.

"Direksi, komisaris, dan pemilik Sritex tetap harus dimintakan tanggung jawabnya karena merekalah memegang kendali perusahaan sampai kondisnya bernasib seperti hari ini,” kata Eddy dalam keterangan tertulis, Minggu (3/11/2024).

Eddy pun menilai langkah Prabowo untuk menyelamatkan Sritex menunjukkan kepedulian Prabowo terhadap lebih dari 50.000 karyawan Sritex yang terancam terdampak PHK karena kepailitan perusahaan.

“Ini bentuk nyata dari komitmen Presiden Prabowo bahwa dalam membangun perekonomian ke depan no one is left behind," ujar politikus Partai Amanat Nasional itu.

Terkait upaya penyelamatan Sritex ke depan, Eddy menyampaikan pentingnya fokus pada nasib pegawai dan penyelamatan Sritex sebagai aset tekstil nasional.

Ia menekankan, upaya penyelamatan Sritex harus diawali dengan kajian mendalam tentang penyebab ambruknya perusahaan.

Kemudian, dilanjutkan dengan langkah penyelamatan yang paling realistis tidak hanya untuk Sritex, tetapi industri tekstil nasional secara keseluruhan.

“Jangan sampai penyelamatan Sritex justru menyelamatkan pemiliknya karena akan menimbulkan moral hazard yang besar dan mengusik rasa keadilan masyarakat,” kata Eddy.

Diketahui, Presiden Prabowo Subianto memerintahkan empat kementerian untuk segera mengkaji sejumlah opsi untuk menyelamatkan PT Sritex yang baru-baru ini dinyatakan pailit.

Empat kementerian tersebut adalah Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, Kementerian BUMN, dan Kementerian Ketenagakerjaan.

"Presiden Prabowo sudah memerintahkan Kementerian Perindustrian, Kemenkeu, Menteri BUMN, dan Menteri Tenaga Kerja untuk segera mengkaji beberapa opsi dan skema untuk menyelamatkan Sritex," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Jumat (1/11/2024).

Agus juga menjelaskan bahwa prioritas pemerintah saat ini adalah menyelamatkan karyawan Sritex dari pemutusan hubungan kerja (PHK).

"Pemerintah akan segera mengambil langkah-langkah agar operasional perusahaan tetap berjalan dan pekerja bisa diselamatkan dari PHK.

Opsi dan skema penyelamatan ini akan disampaikan dalam waktu secepatnya, setelah empat kementerian selesai merumuskan cara penyelamatan," kata dia.

(TribunNewsmaker.com/ Listusista / Kompas)

 

Tags:
Pasar KlewerSritexSukoharjoLukminto
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved