Prabowo Sebut Teror Kepala Babi Upaya Adu Domba, Pemred Tempo Tak Diajak Pertemuan dengan Jurnalis
Prabowo Subianto mengaku terkejut dan menyebut bahwa aksi teror kepala babi ke kantor Tempo hanyalah upaya untuk memperkeruh situasi dan adu domba.
Editor: Rizkia
Dalam pertemuan itu, ada tujuh jurnalis yang hadir, enam di antaranya merupakan pemimpin redaksi (pemred), yakni:
- Pemred Harian Kompas Sutta Dharmasaputra
- Pemred Detikcom Alfito Deannova Gintings
- Pemred SCTV-Indosiar Retno Pinasti
- Pemred TV One Lalu Mara Satriawangsa
- Pemred IDN Times Uni Lubis
- Founder Narasi Najwa Shihab
Sementara itu, acara pertemuan ini dimoderatori oleh Valerina Daniel, news anchor dari TVRI.
Baca juga: Viral Video Melaney Ricardo Unboxing Hampers Lebaran 2025 dari Prabowo, Warganet Singgung Efisiensi
Baca juga: JUDUL Bocor Alus Politik Maret 2025 Sebelum Tempo Diteror Kepala Babi dan Tikus, Ada Hubungannya ?
Baca juga: RESPON Menohok 3 Artis Tanggapi Ucapan Hasan Nasbi Soal Teror Kepala Babi, Kritikan Fedi Nuril Pedas
Baca juga: Kasus Paket Kepala Babi ke Jurnalis Tempo: Hasan Nasbi Kelakar Dimasak, Tempo Unggah Karakter Babi

Hasan Nasbi Sendiri Sudah Klarifikasi
Hasan Nasbi sudah memberikan penjelasan mengenai respon "dimasak saja" saat ada teror kepala babi yang dikirim kepada jurnalis dan host siniar Bocor Alur Politik Tempo, Francisca Christy Rosana alias Cica.
Hasan menyatakan setuju dengan sikap Francisca, yang menanggapi teror itu dengan candaan pula, yakni mengaku lain kali akan memasak kepala babi tersebut lebih enak.
"Justru saya setuju dengan Francisca menyikapi teror itu. Kan Fransisca merecehkan teror itu sehingga KPI si peneror enggak kesampaian kan. Ya berarti kan salah orang itu, berarti kan enggak sampai itu," kata Hasan, Sabtu (22/3/2025).
Hasan mengaku, ia jarang setuju dengan Tempo. Namun kali ini, ia setuju dengan respons yang dibuat Cica agar tidak memperkuat teror.
Dengan begitu kata Hasan, peneror akan kehabisan akal dan stres karena niatnya tak tersampaikan.
"Menurut saya kalau dilecehkan begitu, kan si pelaku KPI-nya enggak sampai. Tujuannya enggak sampai. Saya rasa kalau sekaligus dimasak, jedot-jedotin kepala itu si peneror. Ya gimana, gagal deh," ucap Hasan.
Menurut Hasan, cara merespons Cica termasuk elegan.
Respons terhadap teror semacam itu pernah terjadi pada peristiwa bom Thamrin 2016 silam.
Reaksi publik terhadap teror kala itu tidak menunjukkan ketakutan. Warga cuek saja membanjiri area bekas bom.
Bahkan ada yang berjualan sate, gorengan, hingga kopi kemasan.
"Itu aktor intelektualnya pasti stres berat. Kan targetnya si peneror bukan soal berapa jumlah korban dan berapa ledakannya, tapi warga Jakarta enggak takut. Jadi KPI-nya enggak kesampaian," jelas dia.
Hasan menilai, semua pihak yang memiliki konsen yang sama bahwa teror semacam mengirimkan paket berisi kepala babi, sudah ketinggalan zaman.