Tempat Wisata
Klaten Ternyata Punya Museum Unik, Bisa Tahu Sejarah Angkringan, 32 Menit dari Stasiun Srowot
Inilah wisata sejarah yang menarik di Klaten, Jawa Tengah. Lokasinya sekitar 18,4 kilometer atau sekira 32 menit perjalanan dari Stasiun Srowot.
Editor: Febriana
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ternyata ternyata menjadi cikal bakal angkringan.
Sejarah angkringan bahkan tersaji dalam sebuah museum di Kecamatan Bayat berikut ini.
Ditinjau dari Google Maps, lokasinya sekitar 18,4 kilometer atau sekira 32 menit perjalanan dari Stasiun Srowot.
Sebagai informasi, angkringan merupakan tempat makan sederhana yang banyak dijumpai di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Tak hanya di daerah tersebut, angkringan kini sudah menyebar ke berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Tempat makan sederhana ini biasanya jadi tempat nongkrong masyarakat dengan sajian, seperti aneka sate, nasi kucing, wedang teh, dan wedang jahe.
Namun, dari manakah angkringan berasal? Jawabannya adalah Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Desa ini mendapat julukan sebagai Desa Cikal Bakal Angkringan.
Terdapat monumen angkringan yang diresmikan langsung oleh Bupati Klaten Sri Mulyani pada 26 Februari 2020.
Selain monumen, jejak cikal bakal angkringan di Desa Ngerangan, juga bisa dilihat di Museum Angkringan.
Museum yang bertempat di salah satu rumah warga bernama Gimo ini berlokasi di Dukuh Sawit, RW 01, Desa Ngerangan.
Kompas.com sempat berkunjung langsung ke Museum Angkringan di Desa Ngerangan ini pada Sabtu (13/1/2024).
Saat itu, Kompas.com dipandu masyarakat setempat yang juga inisiator Museum Angkringan bernama Gunadi.

Baca juga: Wisata Secantik Ini Cuma 25 Menit dari Pusat Kudus, Bisa Naik Perahu, Pas Jadi Tujuan Libur Lebaran
"Museum Angkringan ini didirikan pada tahun 2020," kata dia kepada Kompas.com di lokasi, Sabtu.
Di Museum Angkringan, wisatawan bisa belajar seputar sejarah angkringan, mulai dari bentuk awal angkringan yang dulu dipikul sampai menjadi gerobak seperti sekarang.
Ada pula penjelasan seputar tokoh-tokoh yang terlibat dalam penciptaan angkringan pertama kali, yakni Mbah Karso Djukut, Mbah Wono, dan Mbah Wiryo Je.
Sejarah angkringan bermula saat Mbah Karso diajak pindah ke Kota Solo pada tahun 1940 oleh Mbah Wono. Mbah Karso kemudian mulai berjualan terikan (menjual makanan dengan memikul tumbu dengan tambir di atasnya).
Terikan kemudian mulai berubah menjadi angkringan generasi pertama tahun 1943 ketika Mbah Karso mulai menyediakan minuman.
Bentuk angkringan generasi pertama ini adalah dipikul seperti terikan, tetapi terdapat ceret untuk minuman kopi, teh, dan jahe.
Sementara, makanan yang dijual berupa gorengan, singkong rebus, dan ubi rebus.
Pembeli pun harus nongkrong atau nangkring untuk menikmati sajian makanan dan minuman ini, sehingga penjual kuliner semacam ini disebut angkring atau nangkring yang familier dengan sebutan angkringan.
Untuk belajar sejarah angkringan di Museum Angkringan, pengunjung hanya perlu membayar seikhlasnya dan mengisi buku tamu.
Jika ingin berkunjung ke Museum Angkringan, saat ini pengunjung bisa melakukannya kapan saja dengan terlebih dahulu menghubungi pengelola.

Cuma 30 Menitan dari Stasiun Klaten, Ternyata Ada Tempat Makan Secantik Ini, Bisa Sambil Main Air
Kabupaten Klaten memang seolah tak pernah berhenti menawarkan wisata yang menarik.
Kali ini ada sebuah tempat makan di daerah Polanharjo yang unik. Pasalnya, pengunjung bisa menyantap makanan sambil bermain air.
Ditinjau dari Google Maps, jaraknya sekitar 16,9 kilometer atau sekira 34 menit perjalanan dari Stasiun Klaten.
Ya, itulah Ketjeh Resto. Lokasinya berada satu kompleks kawasan wisata De Wangen, tak jauh dari wisata Umbul Manten dan Watergong.
Mengusung konsep “ketjeh” atau bermain air dalam bahasa Jawa, Ketjeh Resto menawarkan konsep yang berbeda dari restoran lainnya.
"Karena di Polanharjo terkenalnya wisata air. Awalnya kami cuman ada berkuda dan memanah, wisata religi gitu. Dari situ, ada pemikiran untuk membentuk restoran di sini dengan konsep air," kata Manajer Ketjeh Resto Yayat saat dihubungi Kompas.com, Selasa (08/12/2020).
Ketjeh Resto dan wisata De Wangen memang masih berada dalam kawasan yang sama, hanya berbeda manajemen saja.
Para pengunjung yang datang bisa makan di area kolam dangkal setinggi mata kaki orang dewasa.
Kolam tersebut sengaja dibentuk awalnya dari aliran sungai yang dibendung untuk mengairi kebun kangkung milik warga sekitar.
Aliran air yang dibendung tersebut kemudian dimanfaatkan para pemilik restoran untuk dijadikan tempat makan sekaligus wisata.
"Airnya memang dangkal, jadi anak-anak kecil itu bisa lari-lari main air. Orangtuanya sambil menikmati makan," papar Yayat.
Kolam yang berkuran cukup luas tersebut memiliki aliran yang tidak deras, sehingga cenderung aman untuk dipakai area bermain anak.

Baca juga: Cuma 1,5 Jam dari Kota Cianjur, Ternyata Ada Curug Seindah Ini, Cocok Jadi Destinasi Healing
Di sana, ada pula ikan-ikan kecil dari sungai dan sawah. Banyak pengunjung yang kemudian sengaja membawa jaring kecil untuk menangkap ikan-ikan tersebut.
"Rencana nanti kami mau sebar ikan setiap hari minggu, weekend gitu. Jadi nanti anak-anak kecil bisa sambil cari ikan," imbuh Yayat.
Secara total, restoran ini memiliki kapasitas pengunjung hingga 300 orang.
Karena areanya yang luas, pengelola masih tetap bisa menetapkan aturan jaga jarak antar meja.
Tak hanya di atas aliran air saja, ada pula beberapa area makan juga lain.
Di bagian kolam air, kata Yayat, ada sekitar 40 meja yang berjarak cukup jauh satu sama lain.
Meja-meja tersebut bergaya meja piknik dan memiliki bagian atap, sehingga bisa melindungi dari panas.
Selain area kolam air, jika tak ingin basah-basahan para pengunjung juga bisa duduk di area lesehan di pinggir kolam, area indoor, serta area tenda-tenda dari kain dengan konsep alami.
Selain latar belakang kolam air yang unik, pengunjung juga bisa menikmati pemandangan kebun kangkung milik warga sekitar.
Tak sedikit pula yang memanfaatkannya sebagai latar belakang berswafoto.
Di sini, para pengunjung bisa menikmati aneka makanan khas Indonesia, seperti ikan bakar, ayam bakar, ayam goreng, bebek bakar, bebek goreng, dan aneka camilan dengan harga mulai dari Rp 17.000 per paket.

Baca juga: Cuma 38 Menit dari Alun-akun Kudus, Ternyata Ada Air Terjun Seindah Ini, Konon Bisa untuk Buang Sial
Sebagai pembeda, Yayat mengatakan bahwa ada beberapa keunikan pada pilihan makanan yang ditawarkan Ketjeh Resto.
Sajian ikan seperti ikan gurami, kakap, dan lele tetap jadi jagoan dengan varian bumbu bakar, seperti bakar madu, bakar rujak, dan bakar rica-rica.
Pilihannya pun lebih beragam. Tidak hanya menu bakar saja, tetapi ada juga menu bebek goreng dan ayam goreng. Untuk millenial, ada pilihan seperti spageti atau mix platter, dan french fries.
Selain bermain air dan menikmati makanan, kamu juga bisa menikmsti aktivitas berwisata di Ketjeh Resto ini.
Karena konsepnya yang unik, Ketjeh Resto memiliki beberapa spot foto yang sayang untuk dilewatkan.
Seperti area berbentuk hati di atas kolam air, berfoto di tengah-tengah aliran air dengan latar jejeran meja piknik yang cantik, dan area gubug yang terbuat dari bambu.
Jika sudah puas berfoto, kamu juga bisa menikmati berbagai wahana di wisata De Wangen.
Beberapa pilihan aktivitas wisata yang bisa kamu lakukan ada berkuda, memanah, serta ATV.
Dikelilingi dengan hamparan tanaman hijau membuatnya cocok dijadikan sebagai latar foto.
Kamu juga bisa berfoto di beberapa spot seperti di area dengan bentuk hati besar, kapal hijau, dan jalan-jalan setapak dengan hiasan bambu yang berjajar rapi.
Ketjeh Resto juga berencana menambah aktivitas wisata untuk para pengunjung. Salah satunya lewat pembangunan kolam renang yang bisa dipakai berenang.
"Jadi enggak cuman basah-basahan saja karena di sini orang tuh banyak yang cari main air kan," sambung Yayat.
Ketjeh Resto terletak di Area Sawah/Kebun, Wangen, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Buka pukul 08.00-18.00 WIB untuk hari biasa dan 08.00-17.00 WIB untuk akhir pekan dan hari libur nasional.
(TribunNewsmaker.com)(Kompas.com)(Kompas.com)