Ancaman Dedi Mulyadi Jika Ada yang Study Tour ke Luar Kota, Copot Kepsek, 3 Kepala Daerah Menolak
Inilah ancaman Dedi Mulyadi jika ada yang study tour ke luar kota, tak ragu copot Kepsek, 3 Kepala Daerah menolak.
Editor: Listusista Anggeng Rasmi
Ancaman Dedi Mulyadi Jika Ada yang Study Tour ke Luar Kota, Copot Kepsek, 3 Kepala Daerah Menolak
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menunjukkan sikap tegas saat mengetahui masih ada kepala daerah yang membiarkan sekolah mengadakan study tour, meski telah ada larangan resmi darinya.
Ia secara terbuka menyatakan kekesalannya dan mengingatkan semua pihak agar mematuhi aturan yang sudah ditetapkan.
Tak tanggung-tanggung, Dedi mengeluarkan peringatan keras kepada seluruh kepala sekolah di wilayah Jawa Barat untuk tidak membandel.
Menurutnya, apabila ada kepala sekolah yang tetap nekat menyelenggarakan study tour, maka siap-siap untuk dicopot dari jabatannya.
Dedi menegaskan bahwa kegiatan study tour sebenarnya masih bisa dilakukan tanpa harus bepergian jauh atau keluar kota.
Ia mendorong sekolah-sekolah agar memanfaatkan potensi wisata edukatif di wilayah masing-masing sebagai alternatif yang lebih aman dan efisien.
"Cukup di daerahnya masing-masing. Karena di setiap kabupaten, lab sudah ada, sudah lengkap."
"Tiap kabupaten ada sawah, setiap kota juga ada area penelitian," kata Dedi di Kampus IPDN Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Senin (28/7/2025), dilansir Kompas.com.
"Jadi, kalau ada yang tetap melakukan, sanksi kepala sekolahnya saya copot," tegas Dedi.
Baca juga: Dedi Mulyadi Umumkan Lomba Desa se-Jawa Barat, Pemenang Dapat Rp7,5 M, yang Terburuk Akan Disebutkan

Ia pun menilai, selama ini banyak sekolah menyalahgunakan istilah study tour dengan mengemasnya sebagai kegiatan wisata.
Karena itu, Dedi beranggapan pelaksanaan study tour selama ini bertentangan dengan makna sebenarnya.
Menurutnya, itu sama saja seperti pembodohan publik.
"Dengan adanya demo pekerja pariwisata, pengelola bus pariwisata, dan pengusaha travel, itu menunjukkan study tour yang dilaksanakan selama ini bertentangan dengan makna sebenarnya."
"Itu pembodohan publik. Makanya, tidak boleh sekolah-sekolah di Jawa Barat membodohi siswa dan orang tuanya," jelas Dedi.
Alasan Larangan Study Tour
Pada Februari 2025 lalu, Dedi Mulyadi membeberkan alasan mengapa ia melarang study tour.
Lewat sebuah video yang diunggah di akun Instagram resminya, Selasa (25/2/2025), Dedi mengungkapkan, larangan itu berlaku bagi apapun kegiatan yang berkaitan dengan study tour, yang membebani keuangan orang tua siswa.
Sebab, selama ini, diketahui biaya study tour selalu dibebankan secara penuh kepada pihak wali murid.
"Saya tegaskan kembali ya, yang kami larang itu adalah kegiatan-kegiatan study tour, kunjungan ilmiah, study industry, kunjungan industri, apapun namanya, yang di dalamnya melakukan pembebanan kepada orang tua siswa," kata Dedi, Selasa, di akun Instagram @dedimulyadi71.
Menurut Dedi, selama ini sebagian besar orang tua siswa harus berutang demi membayar biaya study tour.
Hal itu, lanjut dia, justru menjadi beban ekonomi bagi orang tua siswa karena memiliki tanggungan utang.

Baca juga: Kepala Daerah Bandung, Cirebon dan Kab Bandung Tetap Izinkan Study Tour, Dedi Mulyadi Marah Besar?
"Banyak orang tua siswa yang tidak dalam posisi punya kemampuan keuangan harus ngutang ke sana kemari, yang berakibat pada beban ekonomi hidupnya semakin berat," imbuh Dedi.
Alasan selanjutnya yang membuat Dedi tegas melarang study tour adalah soal keamanan.
Dedi menyinggung kecelakaan SMK di Depok ketika melakukan study tour yang berujung pada meninggalnya 11 siswa.
Menurutnya, kecelakaan tersebut harus dijadikan pelajaran penting agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
"Kedua, jaminan keselamatan terhadap siswa, seperti terjadi pada waktu kecelakaan SMK di Depok yang mengakibatkan meninggalnya jumlah org yang banyak."
"Itu adalah pelajaran penting bagi kita semua agar tidak mengulangi peristiwa yang sama," pungkas Dedi.
Tiga Kepala Daerah Tak Ikuti Perintah Dedi Mulyadi
Sebelumnya, Dedi Mulyadi mengkritik tiga kepala daerah di Jabar yang tetap mengizinkan study tour bagi siswa sekolah.
Dalam tayangan videonya di Instagram, Sabtu (26/7/2025), Dedi menilai diizinkannya study tour oleh kepala daerah itu tidak memiliki dasar akademik dan moral.
Justru, menurut Dedi, kepala daerah-kepala daerah itu menjadikan anak-anak sekolah sebagai objek ekonomi.
Ada tiga kepala daerah di Jabar yang tetap mengizinkan study tour di tengah ketegasan Dedi Mulyadi melarangnya.
Mereka adalah Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan; Bupati Bandung, Dadang Supriatna; dan Bupati Cirebon, Effendi Edo.
1. Muhammad Farhan
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan tetap mengizinkan study tour bagi pelajar di wilayahnya sebab khawatir larangan yang diterapkan Dedi Mulyadi bisa membuat industri pariwisata Kota Bandung memburuk.
Sebab, saat ini, sektor pariwisata Kota Bandung tengah mengalami penurunan pendapatan.
Menurutnya, larangan study tour bisa diterapkan apabila berkaitan dengan prestasi akademik.
"(Larangan study tour) sangat (berpengaruh ke pendapatan pariwisata), cek ke Saung Udjo jangan tanya saya."
"Kota mah tidak bisa melarang, kebijakan kota mah simpel. Study tour dilarang apabila dihubungkan dengan prestasi akademik," ujar Farhan saat dijumpai di Balai Kota Bandung, Senin (21/5/2025), dilansir TribunJabar.id.
Lebih lanjut, Farhan mengatakan pihaknya tidak akan membatasi pelajar study tour ke luar daerah, termasuk luar provinsi.
Ia mengakui para pelaku usaha wisata banyak yang menggantungkan nasibnya kepada acara study tour sekolah.
"Mangga weh (silakan saja), saya tidak bisa melarang, masa saya larang. Kalau Bandung sendiri mah bebas, ini kota terbuka, terbuka itu artinya masuk boleh, keluar juga boleh gitu ya," katanya.
Namun, Farhan menegaskan kegiatan study tour tidak boleh dikaitkan kewajiban akademik siswa.
Artinya, siswa yang tidak mampu mengikuti kegiatan tersebut tidak boleh diberikan tugas pengganti yang memengaruhi nilai sekolah mereka.
"Study tour mah study tour we, asal tidak ada hubungan dengan nilai. Jadi yang sanggup bayar, yang enggak sanggup nggak usah bayar (ikut). Tanggung jawab kepala sekolah dan orang tua sudah dewasa," ucap Farhan.
"Tapi begitu ketahuan ada yang melaporkan, misalnya anak saya wajib ikut, kalau enggak nilai tidak bertambah atau kalau tidak ikut harus bikin tugas, maka kepala sekolahnya langsung diberhentikan, clear," tegas dia.
2. Dadang Supriatna
Bupati Bandung, Dadang Supriatna berharap larangan study tour yang diterapkan Dedi Mulyadi juga diiringi solusi bagi para pelaku usaha.
Baginya, study tour tak perlau menjadi bahan politik, melainkan disesuaikan kebutuhan masing-masing sekolah.
"Lebih terarah. Jadi, jangan sampai kita melarang tapi tidak ada solusi," katanya saat diwawancara awak media, Sabtu (26/7/2025).
"Kegiatan study tour bagi saya tidak usah terlalu dipolitisin atau apapun. Tapi yang jelas, disesuaikan dengan kebutuhan sekolah," imbuh dia.
Dadang menegaskan, study tour seharusnya tidak sekadar menjadi ajang rekreasi.
Kegiatan ini idealnya memberikan nilai edukatif dan memperluas wawasan siswa, terutama dalam memahami sejarah dan budaya bangsa.
"Selama orang tuanya sepakat dan ada manfaat dalam konteks pengalaman, karena study tour itu bukan hanya hiburan."
"Tetapi ada manfaat, seperti melihat perbedaan antar daerah, terutama dalam hal edukasi sejarah," katanya.
"Misalnya ke Monas atau situs sejarah kemerdekaan dan kerajaan masa lalu. Ini penting sebagai edukasi."
"Jadi study tour bukan sekadar hiburan, tapi harus menambah wawasan dan jadi kenangan yang membekas," ucapnya.
3. Effendi Edo
Bupati Cirebon, Effendi Edo tidak mempermasalahkan study tour, selama persiapan matang dan jelas rambu-rambunya.
Menurutnya, kegiatan study tour bukan sekadar jalan-jalan atau hiburan semata.
Lebih dari itu, ia melihat kegiatan tersebut sebagai sarana pembelajaran di luar ruang kelas yang dapat memperluas wawasan siswa.
"Kalau study tour, asalkan dengan rambu-rambu yang kuat, sebetulnya tidak menjadi persoalan buat saya," ujar Edo saat ditemui di Balai Kota Cirebon, Jumat (25/7/2025).
"Kegiatan semacam ini bisa menjadi sarana bagi siswa untuk mengenal dunia luar dan mendapatkan pengalaman baru yang tidak mereka peroleh di ruang kelas."
"Tentunya harus diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi anak-anak, walaupun ke luar daerah," lanjutnya.
Edo pun menekankan pentingnya perencanaan yang matang serta panduan yang jelas dari pihak sekolah dalam menyelenggarakan study tour.
Tujuannya, tak lain agar tujuan pendidikan tetap menjadi yang utama, bukan sekadar rekreasi.
Edo juga menyoroti sisi ekonomi dari kegiatan ini. Baginya, study tour tak hanya berdampak pada siswa, tapi juga berkontribusi pada sektor pariwisata dan pendapatan daerah.
"Kalau dilarang kan nanti orang nggak pada mau datang ke Kota Cirebon. Tentunya juga bisa meningkatkan PAD (pendapatan asli daerah)," tukasnya.