Terungkap, Penyebab Klarifikasi Nafa Urbach Soal Rp 50 Juta Buat DPR Tak Mempan Redam Amuk Netizen

Terungkap, Penyebab Klarifikasi Nafa Urbach Soal Rp 50 Juta Buat DPR Tak Mempan Redam Amuk Netizen Sampai Tutup Kolom Komentar Instagram 

Anggota DPR Komisi IX, Nafa Urbach, menjadi sorotan tajam publik setelah mendukung wacana kenaikan tunjangan DPR hingga Rp50 juta. 

Sikapnya itu bak membuka keran kritik tanpa henti, membuat linimasa media sosialnya dibanjiri gelombang protes.

Tak kuat menahan serangan komentar pedas, Nafa akhirnya memilih langkah drastis: menutup kolom komentar di akun Instagram pribadinya.

Keputusan itu diyakini sebagai upaya meredam amarah warganet yang terus meluap.

Namun, satu unggahan pada 8 Agustus 2025 masih terbuka untuk publik.

Baca juga: Tetangga Saksi Masa Lalu Lisa Mariana, Bongkar Kejadian Tahun 2022 saat Lisa Tiba-tiba Hamil

Di sana, Nafa membagikan kabar mengenai kunjungan Delegasi GKSB DPR RI ke Lembaga Sinematografi Meksiko (IMCINE), yang membicarakan peluang kerja sama perfilman Indonesia–Meksiko. 

Justru di unggahan itulah warganet melampiaskan kekesalan.

Lebih dari dua ribu komentar bernada tajam membanjiri postingan tersebut, sebagian besar berisi sindiran keras soal pernyataan tunjangan DPR.

Sebaliknya, di unggahan-unggahan lain, termasuk postingan teranyar yang memperlihatkan kebersamaan Nafa dengan warga Wonosobo, kolom komentar sudah rapat tertutup.

Sebelumnya, Nafa mencoba menjelaskan alasannya mendukung tunjangan tambahan.

Baca juga: Nilam Sukma Paskibraka Pembawa Baki 2016 Baru Melahirkan, Ini Sosok Suaminya, Anggota Pasukan Elit

Ia menyinggung fakta bahwa anggota DPR kini tak lagi difasilitasi rumah dinas, sementara sebagian besar berasal dari luar daerah.

Banyak dari mereka, kata Nafa, terpaksa menyewa rumah di sekitar Kompleks Parlemen agar mudah menjangkau kantor.

“Karena itu, perlu ada kenaikan tunjangan,” ujarnya.

Meski begitu, penjelasan itu rupanya tak cukup meredakan amarah publik.

Di mata netizen, pernyataan Nafa justru menambah bara. Gelombang kritik masih terus bergulir, seakan tak mengenal jeda.