TRIBUNNEWSMAKER.COM - Sudjiwo Tedjo blak-blakan mengaku tak percaya dengan adanya keadilan.
Hal tersebut ia sampaikan dalam tayangan yang diunggah di kanal Youtube Indonesia Lawyers Club, Selasa 11 Februari 2020.
Budayawan berusia 57 tahun ini juga menyinggung soal ketidakadilan yang diterima Anies Baswedan.
Ketidakadilan yang dimaksud oleh Sudjiwo Tedjo yakni berkaitan dengan kritik yang beberapa waktu terakhir kerap dilontarkan pada Gubernur DKI Jakarta tesrebut.
Dalam perbincangan di Indonesia Lawyers Club, Sudjiwo Tedjo awalnya menjelaskan ini Pancasila menurut logikanya.
"Pancasila itu secara matematika ada," kata Sudjiwo Tedjo.
"Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, (kedua) kemanusiaan yang adil dan beradab, (ketiga) persatuan Indonesia.
Tujuannya adil makmur, caranya musyawarah mufakat," sambungnya.
Sudjiwo Tedjo mengutarakan pendapatnya kalau peraturan yang bertentangan dengan Pancasila tak layak diberlakukan.
"Kalau bertentangan dengan itu, peraturan enggak ada," tegasnya.
Terkait ketidakadilan, Sudjiwo Tedjo juga menyoroti banyaknya ketidakadilan di negara ini.
Sudjiwo Tedjo mengaku optimis bahwa Indonesia bisa bergerak ke depan.
Selain itu, Sudjiwo Tedjo juga mengatakan kalau harus percaya pada keadilan.
• Sambil Gebrak Meja, Sudjiwo Tedjo: Gimana Mau Percaya Soal KKN Kalau Pemimpin Mantunya Jadi Calon
• Karni Ilyas Beri Bantahan Saat Sudjiwo Tedjo Sebut ILC tvOne Cuti Panjang Karena Takut Pemilu
• Sudjiwo Tedjo Kritik Erick Thohir, Berhenti Jadi Menteri untuk Urus Film, Singgung Persamaan Nasib
"Catatan saya yang lain adalah keadilan," ujar Sudjiwo Tedjo.
"Kita akan bisa bergerak ke depan, saya setuju optimistis tapi kita harus percaya pada pemimpin, dan kedua harus percaya pada keadilan," lanjutnya.
Terkait ketidakadilan, Sudjiwo Tedjo menyinggung banyaknya hinaan yang diarahkan pada Anies Baswedan.
Beberapa waktu lalu, Anies Baswedan menuai sejumlah kritik dan hinaan terkait banjir yang melanda Jakarta.
Hujatan yang diterima Anies Baswedan tak berhenti sampai di situ.
Gubernur DKI Jakarta ini kembali menuai kritik dan hinaan publik terkait proyek revitalisasi Monas.
Sudjiwo Tedjo pun mempertanyakan keadilan bagi sang gubernur terkait hal tersebut.
Sudjiwo Tedjo menanyakan nasib orang-orang yang menghina Anies Baswedan.
Pasalnya, sampai saat ini orang-orang yang menghina Anies Baswedan bebas berkeliaran dan tak diberi sanksi apa-apa.
Namun nasib berbeda akan diterima orang-orang tersebut jika menghina pejabat lainnya.
"Sekarang gimana saya percaya keadilan, orang yang menghina beliau enggak diapa-apain," ujar Sudjiwo.
"Yang menghina yang lain?" tanya Sudjiwo Tedjo.
• 4 Kebijakan Anies Baswedan Ini Bertentangan dengan Pemerintah Pusat, Normalisasi hingga Formula E
• Ekspresi Sudjiwo Tedjo & Ridwan Saidi yang Melongo Saat Raja Sunda Empire Ucap Fakta Dianggap Halu
Sudjiwo Tedjo sadar statement yang ia lontarkan membuatnya disangka membela Anies Baswedan.
Kendati meminta penghinanya diadili, Sudjiwo Tedjo membantah disebut membela Anies Baswedan.
"Ini pasti nanti aku diserang, disangka aku membela Anies," ungkap Sudjiwo Tedjo.
Sudjiwo Tedjo kembali menegaskan bahwa dirinya tak memiliki urusan dengan Anies Baswedan.
Bahkan Sudjiwo Tedjo mengaku tak punya nomor telepon Anies Baswedan.
"Aku enggak ada urusan sama Anies, aku punya nomor telponnya aja enggak," ujarnya. (TribunNewsmaker.com/Ninda)
Sudjiwo Tedjo Kritik Erick Thohir, Berhenti Jadi Menteri untuk Urus Film, Singgung Persamaan Nasib
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Sudjiwo Tedjo blak-blakan memberikan kritiknya kepada Erick Thohir.
Kritik tersebut Sudjiwo Tedjo sampaikan kepada Erick Thohir ketika menghadiri program Indonesia Lawyers Club pada Selasa 11 Februari 2020.
Dalam kesempatan tersebut, Sudjiwo Tedjo mengritik soal kinerja Erick Thohir hingga persamaan nasib.
Dengan gaya santai dan ditanggapi canda, Sudjiwo Tedjo menyampaikan kritiknya.
Menurut Budayawan kondang ini, Erick Thohir seharusnya tak jadi menteri.
Sudjiwo Tedjo mengaku keberatan dengan jabatan Erick Thohir sebagai Menteri BUMN.
"Tapi saya agak keberatan dengan Pak Erick gitu, mending dia jangan jadi menteri," kata Sudjiwo Tedjo seperti dikutip kanal YouTube Indonesia Lawyers Club.
Sudjiwo Tedjo beranggapan ada hal penting lainnya yang harus diurus oleh Erick Thohir selain tugasnya sebagai menteri.
Sudjiwo Tedjo awalnya menyinggung soal Korea Selatan yang baru saja mencetak sejarah dalam bidang perfilman.
Film Korea berjudul Parasite baru-baru ini menjadi perbincangan lantaran memborong Piala Oscar.
Untuk pertama kalinya, film Asia berhasil menyabet Piala Oscar mengalahkan nominasi film lainnya.
Parasite sendiri memenangkan empat kategori di gambar terbaik, sutradara terbaik, desain produksi terbaik, dan film terbaik.
"Ada hal penting yang lain, kemarin Korea (Selatan) menang di Oscar kan?" lanjut Sudjiwo Tedjo.
Menurut Sudjiwo Tedjo, Indonesia harusnya segera menyusul Korea Selatan.
Sudjiwo Tedjo pun menyinggung soal film yang sempat ditangani oleh Erick Thohir.
Film Gundala yang ditangani oleh Erick Thohir ini merupakan karya yang bagus menurut Sudjiwo Tedjo.
"Nah sekarang di Indonesia ada film namanya Gundala yang ditangani Pak Erick dan kawan-kawan," lanjutnya.
Namun sayang, menurut Sudjiwo Tedjo, film Gundala tak jadi mencapai prestasi yang lebih baik lantaran tak ada campur tangan Erick Thohir.
"Begitu beliau jadi menteri keteteran, jadi bagaimana meraih kebanggaan Indonesia lagi," ujar Sudjiwo Tedjo.
Tak hanya itu, Sudjiwo Tedjo juga menyarankan agar Erick Thohir berhenti jadi menteri.
Menurut Sudjiwo Tedjo, Erick Thohir lebih baik menangani masalah perfilman di Indonesia.
"Saya kira berhenti jadi Menteri ngurus film," kata Sudjiwo Tedjo.
Mendengar statement dari Sudjiwo Tedjo, Karni Ilyas yang membawakan program tersebut mengatakan akan segera menampung usulan itu.
"Usul dicatat, sekretaris," ujar Karni Ilyas menanggapi.
Erick Thohir yang juga menghadiri program tersebut pun hanya tertawa mendapat kritik dari Sudjiwo Tedjo.
Selain itu, dalam kesempatan tersebut Sudjiwo Tedjo juga berbicara mengenai keadilan di Indonesia.
Lagi-lagi Erick Thohir ikut terseret dalam opini yang disampaikan oleh Sudjiwo Tedjo.
Budayawan berusia 57 tahun ini menyoroti perbedaan nilai yang sangat jauh antara arloji atau jam tangan yang ia kenakan dengan milik Erick Thohir.
Melalui perbandingan tersebut, Sudjiwo Tedjo menyimpulkan kalau akan sulit meraih keadilan di Indonesia.
Keadilan di Indonesia akan sulit diraih jika masih ada perbedaan yang sangat jauh antar warganya, menurut Sudjiwo Tedjo.
Sudjiwo Tedjo awalnya memuji keahlian dan kemampuan yang dimiliki oleh generasi muda Indonesia.
Kendati demikian, ia menyayangkan generasi muda Indonesia yang begitu berprestasi ini tak ditemukan adanya unsur untuk mengikat mereka meraih tujuan yang sama.
"Kesatuan ini yang enggak ada," katanya.
Sudjiwo Tedjo menyinggung soal pemersatu bangsa di era Soekarno yang berasal dari kesamaan penderitaan dan nasib yang dialami oleh seluruh warga Indonesia.
"Melalui hal tersebut warga Indonesia dapat menjalin kesatuan dan bersatu bersama.
"Dulu iya, itu ada disimpulkan di belakang, Bapak saya dan Bapak-bapaknya Pak Karni, makannya ulat, karung goni semua, ada persamaan nasib," ujar Sudjiwo Tedjo.
Namun hal tersebut kini tak lagi bisa dirasakan.
Sudjiwo Tedjo pun mencontohkan perbedaan tersebut dengan membandingkan nilai arloji miliknya dengan jam tangan yang dipakai Erick Thohir.
"Arloji saya sama arlojinya Pak Thohir jauh banget. Gimana mau persamaan nasib?," lanjut Sudjiwo Tedjo.
Lagi-lagi Erick Thohir hanya tertawa mendengar kata-kata Sudjiwo Tedjo.
"Maka saya usul bangsa harus diikat di depan, apa? Tujuan," jelasnya.
Untuk meraih keadilan tersebut, Sudjiwo Tedjo tak keberatan apabila menghadirkan seorang pemimpin tirani atau diktator yang mengontrol penuh warganya.
"Nah tujuan itu memerlukan tirani kalau perlu, saya setuju, asal percaya," paparnya.
Sudjiwo Tedjo kemudian mencontohkan beberapa pemimpin tirani yang berhasil memajukan bangsanya.
Pemimpin-pemimpin tersebut di antaranya adalah Deng Xiao Ping, dan Park Chung Hee. (TribunNewsmaker.com/Ninda)