Debat Soal Alat Pendeteksi Corona, Haris Azhar Emosi, Minta Ali Ngabalin di-Lockdown: Kuping Dipake!

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Haris Azhar dan Ali Ngabalin di acara Dua Arah Kompas TV, Senin (16/3/2020) malam.

Artinya bahwa dia lebih memberikan jaminan atas warganya, dengan regulasi yang ada, kesiapan pemerintah, dan kesiapan negara dalam memberikan pelayanan masyarakat,” tutur Ali Ngabalin.

“Kedua, mereka saja yang satu wilayah, satu benua, begitu terkumpul. Indonesia ini 13 ribu dan sekian lebih pulau, kalau dia melakukan lockdown hari ini kemudian di tempat lain tetap saja sehat dan itu akan merugikan daerah yang lain,” tambahnya.

Pernyataan itu kemudian ditanggapi oleh politisi PKS Mardani Ali Sera.

“Mengambil Korea di bandingkan dengan Indonesia tidak tepat, Korea sehari mampu melakukan swab tap yang dalam 2 jam ketahuan sebanyak 15 ribu unit gratis, bahkan mereka menyiapkan drive thrue, sehingga di kita masih khawatir,” tutur Mardani Ali Sera.

 

Kemudian ia pun membeberkan grafik penyebaran virus corona jika tidak dilakukan lockdown.

“Slowdown atau lockdown monggo dibuat, kalau imbauan di rumah saja, bekerja beribadah di rumah, tidak bisa, sekarang bukan saatnya kita berdoa saja atau imbauan saja, tapi harus ada peraturannya. Jangan hanya narasi, monggo eksekusi,” kata Mardani Ali Sera.

Kemudian hal itu pun ditanggapi oleh Politisi PDIP Muchamad Nabil Haroen yang mengatakan kalau masyarakat mengamini apa yang sudah diimbau oleh pemerintah.

“Dbanyak sekali tokoh agama dan tokoh masyarakat yang kemudian memberikan imbauan. Action sudah dilakukan oleh pemerintah, tadi dikatakan kalau tidak semua ruangan punya negatif rest room., memang tidak. Tapi 155 bed dari 132 rujukan itu pasti negatif rest room,” jelasnya.

“Maaf Gus, 155 kalau dikali 2 itu cuma 310 tempat tidur saja, padahal kalau lihat grafik kita, kemungkinan ini meledak sangat besar kalau tidak ada langkah untuk slowdown,” kata Mardani Ali Sera.

“Nah langkah yang dilakukan dengan membentuk atau menyiapkan sebanyak 1.000 tempat tidur,”kata Muchamad Nabil Haroen lagi.

Hal itu kemudian ditanggapi oleh Haris Azhar yang memberikan contoh warga yang diminta pulang karena tidak ada kamar kosong di rumah sakit.

3 Rekomendasi MUI untuk Umat Muslim di Tengah Heboh Virus Corona, Termasuk Merilis Fatwa Soal Ibadah

“Tempat tidur itu yang mau pakai siapa? Orang ke rumah sakit aja dibilang suruh pulang. Gak bisa dicek, ya kan?,” kata dia.

Cerita seperti itu menurut Haris Azhar sudah banyak ditulis di media massa.

“Di media juga udah banyak yang nulis, orang ke rumah sakit pada bingung, teman saya ke rumah sakit ke swasta, gak mau diperiksa katanya anda gak kenapa-kenapa, Anda istirahat aja.

Pergi ke rs rujukan, inisiatif sendiri, sampai di sana bingung mana yang suspect mana yang ini, gak bisa dipisahin, tunggu mau rontgen lama, setelah dua hari ternyata ruangannya kosong,” beber Haris Azhar.

 

Halaman
1234