Jerinx SID Klaim Punya Data Terkait Konspirasi Corona, Sebut Hasil Swab Test & Rapid Test Tak Valid

Editor: Irsan Yamananda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jerinx SID dan Aiman Wicaksono

"Jadi kalau kita nyari sejarahnya Rockefeller, Bill Gates, mereka sudah sangat sering membicarakan hal ini, salah satunya ada event 2.0.1, mereka mensimulasikan bencana ini terjadi persis yang terjadi sekarang, itu bisa dicek di semua platform informasi," sambungnya.

Bahkan, menurut Jerinx, dalam dokumen Rockefeller terdapat sebuah skenario yang menyebutkan secara persis bahwa China menjadi wilayah pertama yang memberlakukan lockdown.

"Lalu ada yang namanya dokumen Rockefeller itu diterbitkan 2010 dimana tim Rockefeller bekerjasama dengan Bill Gates membuat sebuah dokumen, membuat skenario tentang bagaimana situasi sekarang ini terjadi dan di sana disebutkan persis kota pertama yang akan memberlakukan lockdown adalah China lalu kota-kota lain akan menirunya," ujar Jerinx.

"Lalu ketika lockdown dilakukan akan terjadi proses integrasi, integrasi semua sistem," tambah dia.

Jerinx SID (Instagram Jerinx SID)

Lebih lanjut, Jerinx mengatakan, ia telah merangkai satu per satu peristiwa yang pernah terjadi.

Menurutnya, apabila orang-orang mengikuti rangkaian peristiwa yang terjadi di dunia ini dan menggalinya lebih dalam lagi maka mereka akan menemukan nama yang sama muncul berkali-kali.

"Hal-hal yang terjadi sekarang termasuk Bom Bali, kejadian 911, semua itu saya rangkai, saya pertemukan titik-titiknya karena banyak banget ada dot-dot yang orang kalau tidak terlalu mengikuti mungkin mereka akan mikir oh ini cuma ilmu cocoklogi," kata Jerinx.

"Tapi kalau Anda gali lebih dalam lagi, kamu sambungkan semua titik-titik fenomena-fenomena yang membuat dunia ini berubah secara global, itu nama yang sama akan muncul berkali-kali," tambahnya.

Sementara itu, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra, membantah pernyataan Jerinx tersebut.

Menurut Hermawan, sejauh ini para peneliti melaporkan hasil dari swab tenggorokan melalui realtime PCR memiliki keakuratan 96 persen.

"Sejauh ini, para peneliti untuk swab tenggorokan melalui realtime PCR itu menganggap 96 persen hasilnya valid," kata Hermawan dalam acara yang sama.

"Agak berbeda dengan rapid test, kalau rapid test itu memang false negatifnya tinggi itu sekitar 36 persen efektivitasnya," tambah dia.

Kendati demikian, Hermawan mengatakan rapid test penting untuk melakukan penelusuran awal.

"Tapi, rapid test penting untuk mitigasi penelusuran awal untuk lebih private dalam rangka pendeteksian mereka dengan Covid positif," terangnya.

Wabah Bertahan Selama 2 Tahun, Kemungkinan Virus Corona Tak Akan Ada vaksinnya, Ini Kata WHO

Obrolan Arsy & Arsya Soal Corona Buat Ashanty Mikir, Ayah Bunda Gak Kerja, Kita Makan Apa?

Tak Kerja Selama Corona, Peninah Terpaksa Rebus Batu Demi 8 Anak Berhenti Menangis Karena Lapar

Jerinx Sempat Imbau Masyarakat untuk Tidak Tes Covid-19

Halaman
1234