TRIBUNNEWSMAKER.COM - India tengah memberlakukan lockdown dengan sangat disiplin.
Hingga seorang kakek tua harus menerima hukuman di depan umum.
Ini hukumannya!
Kakek di India yang berusia film 71 tahun dihukum oleh polisi melakukan hal ini di depan umum, alasannya karena berjualan.
Pandemi virus Corona tengah menjadi isu darurat internasional.
Salah satu negara yang turut memiliki kasus virus Corona yang tinggi adalah India.
• Estetik & Mewah, Berikut 7 Istana Kenegaraan Paling Megah & Indah di Dunia: Salah Satunya di India
• MALAYSIA, Amerika, Thailand, India Longgarkan Lockdown, Tanda Pandemi Corona Reda? Lihat Faktanya
Pemerintah India telah menerapkan lockdown pada 24 Maret lalu.
Himbauan untuk tidak keluar rumah dengan tegas disuarakan oleh pemerintah India.
Bahkan beredar video ketegasan petugas terhadap masyarakat yang masih nekat keluar rumah.
Salah satunya yang menjadi sorotan adalah kejadian pilu yang terjadi baru-baru ini.
Seorang polisi India tampak sedang menghukum seorang pria berusia 71 tahun dengan meminta pria itu untuk melakukan squat-jump (lompat jongkok) karena langgar aturan lockdown.
Dilansir Independent, pria lanjut usia itu dihukum setelah membuka warung sayurnya di distrik Betul, Madhya Pradesh sebagaimana dilaporkan Times of India.
Sebuah video menunjukkan insiden tersebut.
Pria lansia itu memakai pakaian berwarna putih dengan celana pendek yang berwarna sama.
Dia melakukan lompat-jongkok itu dengan kedua tangan di kepalanya.
Tidak hanya pria lansia itu yang dihukum, pembantunya yang masih muda juga mendapat hukuman yang sama.
Sementara mereka melakukan hukuman itu, keduanya disaksikan oleh tiga orang pria memakai masker termasuk salah satu pria yang berpakaian seragam polisi.
Seorang pejabat polisi senior sesudahnya mengatakan bahwa petugas polisi itu tak sepantasnya berlaku demikian.
Berbagai laporan datang terkait orang-orang yang melanggar aturan lockdown sejak 25 Maret lalu yang dipaksa untuk melakukan sit-up, lompat jongkok dan bahkan murga (melakukan pose seperti ayam jago yang melibatkan gerakan jongkok dan melingkarkan lengan di belakang lutut dan kemudian memegang telinga).
Seorang fotografer menangkap beberapa foto yang menunjukkan warga India yang dihukum di seluruh negeri itu termasuk di Mumbai, Amritsar, New Delhi dan Kolkata.
Sampai saat ini, virus corona di India telah menewaskan lebih dari 2.200 orang dan menginfeksi lebih dari 70.700 orang.
Lahirkan Bayi Kembar Saat Lockdown, Seorang Ibu Beri Nama 'Corona' dan 'Covid'
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Bayi kembar di India diberi nama 'Corona' dan 'Covid'.
Ibu dari bayi tersebut ingin mengingat masa-masa lockdown dari virus Corona.
Apa makna dari nama tersebut?
Seorang Ibu di India melahirkan bayi kembar selama lockdown, beri nama 'Corona' dan 'Covid', ini makna yang dilambangkan.
Di balik pandemi virus Corona, terdapat kisah menarik terjadi.
Seperti yang diketahui, pandemi virus Corona tengah menjadi permasalahan besar di dunia.
• Tak Terima Pemerintah Dinilai Lambat Tangani Corona, Luhut Sebut Ada yang Diprioritaskan Jokowi
• Cerita Pilu Keluarga Pasien Positif Corona, Diteror Tetangga Sampai Ancam Bakar Rumah Sendiri
Dikutip dari Kompas.com pada 5 Maret 2020, tecatat sebanyak 1.196.944 kasus infeksi virus Corona di dunia.
Sebanyak 246.110 orang dinyatakan sembuh sebanyak 64.580 meninggal dunia.
India menjadi salah satu negara yang turut memiliki kasus virus Corona.
Pemerintah menerapkan lockdown pada 24 Maret lalu dan menghimbau masyarakat untuk tidak keluar rumah.
Namun, terdapat kisah yang menarik nan lucu karena lockdown di negara tersebut.
Seorang Ibu melahirkan anak kembar ditengah lockdown di India.
Suami istri asal Raipur, India ini untuk menamai bayi mereka yang baru lahir dengan " Corona" dan " Covid."
Bagi kebanyakan orang, dua kata itu mungkin membawa ketakutan dan kekhawatiran.
Tapi bagi pasangan suami istri ini, "Corona" dan "Covid" melambangkan kebahagiaan di tengah kesulitan.
Sebab, Corona dan Covid lahir di tengah-tengah masa lockdown virus corona yang membuat kehidupan pasangan suami istri itu tak lagi normal.
Nama-nama itu, akan terus mengingatkan mereka tentang kesusahan selama masa lockdown serta kebahagiaan yang menyertai mereka.
"Saya bersyukur atas kelahiran mereka. Kami menamai mereka Covid (laki-laki) dan Corona (perempuan)," ujar ibu dari bayi tersebut, Preeti Verma (27), dilansir India Times.
"Persalinan terjadi saat kami mengalami masa sulit."
"Maka dari itu kami ingin mengenang hari itu."
"Memang virus itu berbahaya dan mengancam nyawa, tapi wabah ini membuat orang-orang makin peduli pada kebersihan dan perilaku higienis."
"Karena itulah, kami memikirkan nama-nama itu."
Seperti yang dilansir India Times, pasangan asal Uttar Pradesh ini tinggal di rumah kontrakan di Purani Basti.
"Pada 26 Maret tengah malam, saya merasakan kontraksi yang luar biasa."
"Dengan berbagai cara, kami berhasil menelepon ambulans," cerita Verma di malam ia melahirkan.
"Tidak boleh ada kendaraan yang berkeliaran di jalan karena lockdwon."
"kami diberhentikan oleh polisi berkali-kali."
"Tapi mereka melepaskan kami saat mengetahui kondisi ku."
"Saya bertanya-tanya apa yang akan terjadi di rumah sakit karena saat itu sudah malam."
"Tapi untung saja dokter dan perawat sangat ramah."
"Keluarga kami, yang ingin ke rumah sakit naik bus, tidak bisa melakukannya karena lockdown."
• Imbas Corona, Pemprov DKI Sebut Puluhan Ribu Buruh Kena PHK dan Dirumahkan
Bayi kembar itu dilahirkan di Dr BR Ambedkar Memorial Hospital.
Juru bicara rumah sakit tersebut, Shubhra Singh berkata ibu dan kedua bayi kembarnya sudah dipulangkan dari rumah sakit dan dalam keadaan sehat.
Shubhra Singh menceritakan, setibanya Verma di rumah sakit, tindakan segera dilakukan untuk menjalani operasi sesar karena ada komplikasi pada persalinannya.
"Dalam waktu 45 menit setelah kedatangan mereka, persalinan berhasil dilaksanakan dengan baik."
Virus Corona di India
Berdasarkan data yang dihimpun Worldometers (3/4/2020), sebanyak 2.567 orang di dunia terinfeksi Covid-19.
Dari jumlah tersebut, 72 di antaranya meninggal dunia dan 192 orang lainnya sembuh.
Pemerintah telah menerapkan lockdown selama 21 hari terhitung mulai tanggal 24 Maret lalu.
Namun, lockdown tersebut diumumkan tiba-tiba sehingga menimbulkan kekacauan di masyarakat.
Diberitakan Tribunnews Minggu (29/3/2020), kekacauan (chaos) dan ancaman kelaparan melanda India setelah pemerintahnya merapkan lockdown guna mengantisipasi penyebaran virus corona (Covid-19).
Selasa lalu, Perdana Menteri Narendra Modi mengumumkan lockdown selama 21 hari untuk menahan penyebaran virus yang telah menewaskan 17 orang dan menginfeksi lebih dari 700 lainnya di India.
Saat lockdown diterapkan di negara berpenduduk 1,3 miliar orang tersebut, jutaan orang kehilangan pekerjaan tanpa mendapatkan kompensasi apa pun dari negara.
Keputusan tersebut membuat para pekerja terancam kelaparan karena tidak mempunyai pemaksukan maupun bahan makanan.
Meskipun pemerintah menyerukan kepada para pekerja untuk tidak mudik di saat lockdown, gelombang besar eksodus mulai menerpa ibu kota India.
Mereka terpaksa pulang kampung karena pabrik-pabrik dan pusat industri tutup.
Para pekerja tidak punya cukup uang untuk bertahan hidup, mengingat mereka diupah harian.
Pembatasan transportasi umum juga memaksa mereka terpaksa jalan kaki pulang ke desanya.
Seorang pekerja meninggal setelah berjalan sejauh 270 mil untuk bisa kembali ke rumah, Pada Sabtu (28/3/2020) kemarin.
Dilaporkan BBC, Akibat keputusan lockdown yang diambil pemerintah India juga menyebabkan jutaan orang telantar tanpa memiliki makanan.
Pemandangan lain terlihat antrean panjang masyarakat berjuang memborong barang dan kebutuhan pokok.
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India melaporkan peningkatan kasus infeksi telah stabil setelah lockdown.
"Jumlah kasus Covid-19 meningkat, tapi peningkatannya tampaknya relatif stabil. Namun, ini hanya tren awal," kata seorang juru bicara.
Menurut laporan terbaru oleh Dewan Penelitian Medis India (ICMR), sebanyak 27.688 tes virus corona telah dilakukan pada pukul 09.00 pagi, Jumat (27/3/2020).
"Sebanyak 691 orang telah dikonfirmasi positif di antara kasus yang diduga dan punya riwayat kontak dekat dengan pasien positif yang diketahui," demikian pernyataan ICMR.
Meningkatkan fasilitas pengujian
Para ahli juga mengatakan kemampuan India untuk menguji buruk.
Karena itu dia meminta perlu peningkatan kualitas pengujian COVID-19 agar mengetahui persis penyebarannya di India.
"Kita harus menguji siapa pun yang menunjukkan gejala apa pun. Kita tidak dapat membatasi pada kasus rawat inap atau mereka yang memiliki riwayat perjalanan," kata Dr T Sundaraman, penyelenggara nasional Gerakan Kesehatan Rakyat.
"Kami tidak tahu banyak karena tingkat pengujian masih sederhana dan sangat terbatas. Jika pengujian ini diperluas, kita akan menemukan angka nyata yang tidak kami miliki," katanya kepada Al Jazeera.
Menghadapi keadaan darurat kesehatan terbesar sejak negara itu memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1947 lalu, pemerintah India mengumumkan serangkaian langkah yang dimulai dengan jam malam pada Minggu (29/3/2020).
Pemerintah juga telah meningkatkan fasilitas pengujian dan melibatkan kontraktor swasta untuk membantunya melakukan pengujian.
Dari 72 pusat pengujian pada awalnya, India sekarang memiliki 104, dengan kapasitas untuk menguji 8.000 sampel setiap hari.
Dua laboratorium pengujian cepat lainnya yang dapat melakukan lebih dari 1.400 tes per hari juga diharapkan akan segera beroperasi.
Kekurangan APD dan ventilator
Tidak hanya kemampuan pengujian India yang rendah, di tengah terus meningkatnya kasus COVID-19, negara ini juga menghadapi kekurangan peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung tenaga medis.
Diantaranya kekurangan masker N-95 dan alat pelindung diri (APD) lainnya yang digunakan oleh petugas kesehatan.
(Tribunnewsmaker.com/*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Pria 71 Tahun Dihukum Polisi India karena Buka Warung Sayur di Saat Lockdown dan di Tribunnews Bogor dengan judul Viral Bayi Kembar Lahir saat Lockdown India, Orang Tua Beri Nama 'Corona' dan 'Covid'
Dan di Tribunnews.com, Jualan Sayur Saat Lockdown, Kakek 71 Tahun di India Dihukum Harus Lakukan Ini di Depan Umum