Tak Mampu Beli Kuota hingga Tak Punya Ponsel Pintar, Puluhan Anak di Makassar Ini Belajar di Kuburan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi penggunaan smartphone.

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Puluhan anak di Kota Makassar terpaksa belajar di kuburan selama pandemi Covid-19.

Puluhan anak tersebut belajar dari keluarga kurang mampu.

Banyak di antara mereka yang tidak memiliki ponsel pintar.

Ada juga anak yang memiliki ponsel pintar namun tidak mampu mengisi kuota internet.

Mereka pun melakukan belajar bersama di kuburan karena tidak mampu mengikuti pembelajaran secara online.

Seperti yang diketahui, selama pandemi Covid-19, sekolah ditutup dan anak-anak diminta untuk belajar online dari rumah.

TERHARU! Bocah SD Ini Ikhlas Pecah Celengan Buat Beli HP Demi Bisa Belajar Online, Isinya Recehan

Gegara Corona Anak Belajar Online di Rumah, Orangtua Curhat: Rebutan HP Hingga Panik Internet Lemot

Ilustrasi pengguna handphone (Pixabay.com)

Rupanya hal itu menjadi kendala tersendiri bagi sebagian murid.

Tak sedikit anak sekolah merasa kesulitan untuk mengikuti proses belajar online lantaran keterbatasan.

Tidak semua anak dapat mengikuti belajar online.

Kendala tersebut juga dialami anak-anak dari keluarga kurang mampu Kota Makassar.

Misalnya yang dialami anak-anak yang bermukim di pinggir Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dadi, Makassar.

Kondisi anak-anak itu menggugah hati seorang anggota Polsekta Mamajang, Aiptu Paleweri, yang bertugas sebagai Bhabinkamtibmas.

Paleweri kemudian menginisiasi penyediaan fasilitas internet di kompleks TPU Dadi hingga mendirikan tempat belajar bersama. 

Kompleks TPU Dadi dipilih menjadi lokasi belajar karena daerah sekitarnya penuh dengan rumah penduduk.

Tak ada lagi lokasi untuk bisa mendirikan bimbingan belajar (bimbel).

Paleweri juga tidak segan mengeluarkan dana pribadi untuk membangun tempat tersebut, misalnya untuk tenda, kursi, meja, serta fasilitas internet.

Jika Pandemi Covid-19 Berakhir, Mendikbud Ungkap Pembelajaran Jarak Jauh Bisa Diterapkan Permanen

Perjuangan Mahasiswa di Luwu saat Kuliah Online, Panjat Pohon hingga Naik Gunung Agar Dapat Sinyal

Aiptu Paleweri mendidikan posko belajar bersama di lokasi Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dadi selama belajar online.(KOMPAS.COM/HENDRA CIPTO)

“Saya lihat banyak anak-anak dari keluarga tidak mampu, tidak bisa sekolah online.

Orangtua mereka kesulitan membeli kuota internet sehingga saya memasukkan jaringan internet.

Setelah ada internet, banyak anak-anak dari tingkat SD, SMP, dan SMA terpaksa duduk di atas kuburan sambil belajar.

Jadi saya bersama warga sekitar kemudian mendirikan tenda dan membuat kursi serta meja,” ujar Paleweri saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (4/7/2020).

Anak-anak yang mengikuti pendidikan berasal dari Kampung Tumpang, Kelurahan Maricaya Selatan.

Jumlahnya untuk murid SD sebanyak 26 orang, 24 siswa SMP, 7 siswa SMA, dan 4 anak putus sekolah.

“Mereka itu berbeda-beda sekolah.

Jadi selain bisa menikmati wifi gratis, mereka juga ada yang bimbing dari senior-seniornya.

Jadi murid SD diajar kakak-kakaknya yang sudah SMP dan SMA.

Jadi mereka saling belajar dan mengajar.

Saya dan beberapa masyarakat mengawasi dan ikut juga memberi pelajaran,” ucap Paleweri.

Seiring berjalannya waktu, ada banyak anak dari Kelurahan Mamajang Luar yang ikut belajar, sehingga total anak-anak yang belajar di TPU Dadi mencapai 80-an orang.

“Jadi waktu belajar online mereka ada, sama seperti jam sekolah mulai dari pagi sampai sore.

Jadi ada anak yang masuk shift pagi dan ada yang shift sekolah sore.

Habis maghrib, belajar mengaji dilanjutkan.

Ada tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama di sekitar yang membantu mengajar,” jelasnya.  

Paleweri mengungkapkan, anak-anak tersebut tidak risih ataupun takut dengan situasi belajar di sekitar kuburan.

Mereka sudah terbiasa dengan situasi itu.

Murid Tak Punya Smartphone, Ini Kisah Viral Guru Avan Datangi Rumah Siswa di Tengah Wabah Corona

Anak-anak tersebut bahkan siang dan malam lewat di TPU tersebut.

Ini karena jalan menuju rumah mereka harus melewati kuburan.

Lokasi pendidikan yang dia bangun juga membuat anak-anak saling peduli.

Misalnya ada anak yang tidak mempunyai ponsel pintar, maka anak yang memiliki akan meminjamkannya.

Paleweri tetap berupaya untuk membeli ponsel pintar agar bisa digunakan bersama.  

Jika sekolah online berakhir, dia akan tetap melanjutkan tempat belajar bersama itu.

“Saya sebagai anggota institusi Polri wajib membantu masyarakat.

Apalagi dengan membantu orang lain, nilai pahalanya yang sangat besar,” tuturnya. (Tribunnewsmaker/*)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Puluhan Anak Miskin Belajar di Kuburan karena Tak Bisa Sekolah Online, Ini Ceritanya"

dan di Tribunnews Tak Bisa Ikuti Sekolah Online, Puluhan Anak di Makassar Terpaksa Belajar di Kuburan, Ini Kisahnya