Jakob Oetama Meninggal Dunia

Tangis Masyarakat Atas Kepergian Jakob Oetama, Jadi Trending & Ramai Ucapan Belasungkawa di Medsos

Editor: Irsan Yamananda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama meninggal dunia pada Rabu (9/9/2020).

Akun @giewahyudi juga mengunggah posting serupa. Namun, ia mengutip sebuah perkataan Pak JO terkait pandangan beliau tentang lembaga dan Indonesia, berikut sebuah cuplikan video tentang yang diiringi lagu berjudul "Ibu Pertiwi".

Jakob Oetama tutup usia pada Rabu (9/9/2020) sekitar pukul 13.05 WIB di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara, dalam usia 88 tahun.

Almarhum akan disemayamkan di Kantor Kompas Gramedia, Palmerah Selatan, Jakarta, dan akan diantarkan menuju tempat peristirahatan terakhir di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada Kamis (10/9/2020).

Jakob Oetama mengawali kariernya pertama kali menjadi seorang guru.

Namun, dia kemudian memilih jalan sebagai wartawan hingga kemudian mendirikan media Kompas Gramedia bersama rekannya, PK Ojong.

Asal mula nama Harian Kompas

Hari ini, Minggu (28/6/2020), Harian Kompas tepat berusia 55 tahun, terhitung sejak pertama kali terbit pada 28 Juni 1965 silam.

Usia 55 tahun bukanlah angka yang singkat dalam sebuah perjalanan waktu. Lebih dari separuh abad Harian Kompas turut mengawal perkembangan yang terjadi republik ini.

Berbicara mengenai nama "Kompas", ada peran besar Presiden RI pertama Soekarno, di balik pemberian nama tersebut.

Dikutip dari buku Syukur Tiada Akhir, Jejak Langkah Jakob Oetama (2011), kehadiran Kompas berawal dari situasi politik tegang yang terpolarisasi kala itu.

Setelah Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959 terbit, ada tiga kekuatan politik besar yang muncul.

Pertama, Presiden Soekarno sebagai Pemimpin Besar Revolusi. Dekrit Presiden menyebabkan konsolidasi kekuasaan dan politik terpusat kepada Bung Karno, yang menjalankan praktik demokrasi terpimpin.

Kedua, adalah Partai Komunis Indonesia yang merapat pada Bung Karno. PKI juga memiliki sejumlah media yang menjadi corong partai dan menyebarkan pemikirannya secara masif.

Dalam beberapa hal, pemikiran itu dinilai cenderung membelenggu masuknya informasi dari luar.

Ketiga, adalah kekuatan ABRI yang berusaha meredam kekuatan politik PKI. ABRI berusaha menjalin kerja sama dengan organisasi masyarakat dan politik yang non atau anti-komunis.

Halaman
1234