TRIBUNNEWSMAKER.COM - Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) melalui surat edaran resmi No.12/SE.LTMPT/2021 mengumumkan "Penyesuaian Waktu Pelaksanaan dan Jadwal UTBK-SBMPTN 2021" terkait waktu ibadah.
"Hallo Calon Mahasiswa Indonesia! Mari kita simak bersama informasi ter-update terkait dengan penambahan waktu pelaksanaan di beberapa pusat UTBK-SBMPTN 2021 dan kebijakan terkait waktu ibadah," tulis akun Instagram resmi @ltmptofficial, Minggu (4/4/2021).
Penyesuaian jadwal tersebut, dikatakan LTMPT terkait beberapa pertimbangan penting, salah satunya adalah waktu ibadah, LTMPT melakukan beberapa penyesuaian terkait waktu pelaksanaan UTBK-SBMPTN 2021.
Jadwal UTBK-SBMPTN 2021
- Gelombang 1: 12 - 18 April 2021
- Gelombang 2: 26 - 30 April 2021 dan 01-02 Mei 2021
- Jadwal/ hari pelaksanaan UTBK pada Gelombang 2 dilakukan penambahan waktu yaitu, pada tanggal 3-4 Mei 2021.
Penambahan waktu pada Pusat UTBK di UI, UNJ dan UPN Veteran Jakarta sebanyak 4 sesi.
Sedangkan Pusat UTBK Unsulbar pada tanggal 3 Mei 2021 sebanyak 2 sesi.
Penyesuaian pelaksanaan UTBK-SMPTN 2021 terkait waktu ibadah
Berikut adalah waktu penyesuaian pelaksanaan UTBK-SMPTN 2021:
1. Jadwal UTBK-SBMPTN 2021 Kelompok Ujian Campuran "tidak ada perubahan.
2. Jadwal UTBK-SBMPTN 2021 Kelompok Ujian Saintek atau Soshum pada hari Senin hingga Kamis serta Sabtu dan Minggu (kecuali Jumat), baik sesi pagi maupun sesi siang "tidak ada perubahan", kecuali untuk daerah-daerah yang termasuk Waktu Indonesia Barat (WIB).
Khusus daerah-daerah yang termasuk WIB yang semula pukul 12.30-16.15 WIB diundur pelaksanaannya menjadi 13.00-16.35 WIB.
3. Jadwal UTBK-SBMPTN 2021 2021 Kelompok Ujian Saintek atau Soshum khusus pada hari Jumat pada sesi siang untuk daerah-daerah yang termasuk WIB ada perubahan.
Semestinya semula dimulai pukul 12.30-16.15 WIB diundur menjadi dimulai 13.45-17.20 WIB.
Melalui sebuah survei yang melibatkan 15.000 pengguna, platform edukasi Zenius menemukan bahwa siswa yang menerapkan prinsip pembelajaran aktif dan metode belajar ‘spaced repetition’ atau pengulangan berjarak memiliki peluang lebih besar untuk lulus Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK).
Secara umum, UTBK akan menguji keterampilan kognitif, penalaran kuantitatif, dan keterampilan berpikir kritis siswa.
Artinya, pemahaman konseptual yang mendalam dinilai memainkan peran yang lebih besar dalam menentukan keberhasilan siswa daripada hafalan materi.
Hanya saja, kini banyak siswa di Indonesia yang memiliki tantangan dalam menaklukkan UTBK dan mengembangkan penguasaan mata pelajaran secara mendalam karena masih menggunakan metode belajar pasif, di mana kebanyakan siswa hanya duduk dan mendengarkan pelajaran.
Mengenal metode pembelajaran aktif
Sebagaimana dikutip dari Kompas.com "Survei: Dua Metode Belajar Ini Tingkatkan Peluang Lolos UTBK", CEO Zenius Rohan Monga mengatakan, UTBK merupakan ujian keterampilan berpikir dan penguasaan konsep, sehingga penting bagi siswa untuk terlibat dalam pembelajaran aktif.
"Kami menemukan bahwa sekitar 80 persen dari 15.000 pengguna Zenius yang lulus UTBK Juli lalu telah menggunakan metode pembelajaran aktif. Rata-rata, masing-masing dari mereka juga menjawab sekitar 400 pertanyaan atau sekitar 13 pertanyaan per video konsep yang ada di Zenius," paparnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (22/1/2021).
Pembelajaran aktif mengacu pada metode pembelajaran yang berfokus pada pengembangan keterampilan siswa melalui interaksi dan eksplorasi materi pembelajaran yang lebih tinggi.
Siswa yang secara efektif menerapkan metode pembelajaran aktif biasanya akan belajar dengan melakukan latihan, diskusi terbuka, mengajarkan teman-teman, atau lebih kompleks lagi, mempelajari studi kasus.
Dengan melibatkan diri dalam interaksi yang lebih berkualitas dengan materi pembelajaran mereka, siswa dapat memperkuat pemahaman dasar mereka dan mampu menghubungkan materi yang baru dipelajari dengan apa yang mereka dapat sebelumnya secara lebih mendalam, sehingga bisa mengembangkan kemampuan mereka untuk berpikir kritis.
Penerapan prinsip pembelajaran aktif juga sejalan dengan artikel berjudul “The Neuroscience of Active Learning” oleh Claire Hoogendoorn dari New York City College of Technology.
Hoogendoorn berpendapat bahwa memecahkan masalah secara aktif membantu siswa untuk mengaktifkan bagian otak yang terlibat dalam fungsi eksekutif (misalnya korteks prefrontal) yang tidak bekerja optimal dalam pembelajaran pasif.
Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa siswa yang secara aktif mencari cara untuk melakukan pendekatan dari berbagai sudut untuk suatu topik akan dapat mengintegrasikan pengetahuan dengan mengaktifkan berbagai proses otak yang saling berhubungan.
Sesi belajar 20 menit
Rohan juga mengatakan, berdasarkan temuan Zenius, mereka yang berhasil dalam ujian UTBK juga menerapkan metode ‘spaced repetition’ atau pengulangan berjarak.
Metode tersebut cenderung membuat siswa belajar dalam waktu yang singkat pada setiap sesi daripada memaksakan diri untuk belajar berjam-jam.
Metode ‘spaced repetition’ adalah strategi manajemen waktu yang mendorong pembelajaran yang singkat dan kuat dengan jeda yang cukup alih-alih belajar di sesi 3-4 jam yang panjang.
Zenius juga menemukan bahwa siswa yang menerapkan metode belajar serupa, di mana mereka belajar selama kurang lebih 20 menit selama dua kali sehari selama tiga kali seminggu, memiliki peluang lebih besar untuk lolos UTBK.
Temuan ini juga didukung oleh studi Cornell University yang menemukan bahwa rentang perhatian siswa berkurang setelah belajar selama 15-20 menit.
Artinya, semakin lama siswa belajar di setiap sesi, fokus mereka akan mudah terpecah dan mereka mudah lelah, sehingga efisiensi belajar mereka akan berkurang.
"Periode waktu belajar yang tetap akan membuat siswa untuk melakukan lebih banyak hal dalam periode yang lebih singkat dan dengan tambahan waktu istirahat setelah sesi belajar selama 20 menit, siswa akan dapat menjaga otak mereka tetap segar dan siap untuk menghadapi lebih banyak tantangan dan meningkatkan kemampuan mengingat," jelas Rohan.
Sementara itu, Honorary Research Associate dari Universitas Oxford, Paul Kelley, juga menemukan hal serupa dalam penelitiannya tahun 2016.
Dia menemukan bahwa metode belajar ‘spaced repetition’, di mana siswa belajar dalam periode singkat yang intens dan diselingi dengan istirahat selama 10 menit dalam satu sesi pembelajaran selama 60 menit, mampu meningkatkan kinerja mereka.
Mereka bahkan memiliki prestasi lebih baik daripada siswa yang belajar sendiri atau siswa yang mengikuti pembelajaran tradisional di kelas dengan durasi lebih panjang.
Tak hanya dengan metode belajar
Meski begitu, Rohan menekankan, untuk lolos UTBK, kedua metode ini tidak bisa berdiri sendiri. Siswa harus menikmati proses belajar dan harus memahami apa yang mereka pelajari.
"Lebih jauh, kami juga menemukan siswa yang lulus UTBK akan menjawab soal-soal mulai dari soal dengan keterampilan berpikir tingkat rendah (lower-order thinking skills/LOTS) hingga soal yang lebih sulit dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skills/HOTS)," tuturnya.
Karenanya, lanjut dia, untuk lebih membekali siswa dengan keterampilan nyata yang diperlukan untuk ujian, Zenius telah meningkatkan konten UTBK dalam aplikasi kami secara signifikan untuk merangsang kegiatan belajar yang lebih aktif, seperti bank soal yang memungkinkan siswa untuk memilih LOTS, HOTS, atau tryout dengan mudah.
"Kami bangga dalam menciptakan konten dan produk yang menyenangkan untuk siswa kami dan kami ingin siswa secara aktif mencari pengetahuan baru sendiri. Kami percaya dengan mempromosikan latihan secara simultan semacam ini, siswa akan dapat dengan cepat meningkatkan dan membangun penguasaan keterampilan UTBK mereka,” lanjut Rohan.
(Kompas/ Ayunda Pininta Kasih)