Kaleidoskop 2021

10 Fenomena Alam yang Terjadi Sepanjang 2021, Fase Bulan Purnama, Supermoon hingga Hujan Meteor

Penulis: Candra Isriadhi
Editor: Candra Isriadhi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

GERHANA MATAHARI - Pemandangan proses terjadinya gerhana matahari parsial di atas langit yang tampak di Masjid At Taqwa Balikpapan, Kamis (26/12/2019). di Pulau Kalimantan, gerhana matahari cincin hanya tampak di Singkawang, Kalbar, Tanjung Redep, Berau, Kaltim, dan Tanjung Selor, Bulungan, Kaltara. Untuk daerah lainnya, warga hanya bisa menyaksikan gerhana matahari parsial atau sebagian. (TRIBUN KALTIM/FACHMI RACHMAN)

TRIBUNNEWSMAKER.COM - 10 fenomena alam yang terjadi sepanjang 2021.

Tahun 2021 segera berganti menuju tahun 2022 beberapa hari lagi.

Banyak fenomena alam yang membuat takjub sepanjang tahun ini.

Di antaranya adalah gerhana hingga hujan meteor terjadi pada 2021.

Tak hanya di Indonesia fenomena alam yang terjadi selama 2021 juga dirasakan oleh belahan dunia lain.

Fenomena alam tersebut tentu sangat berkesan mengingat jarang terjadi setiap tahunnya.

Bahkan ada fenomena alam yang di antaranya akan terjadi lagi pada puluhan tahun berikutnya.

Hal itu tentu membuat seseorang yang sudah melihat di tahun 2021 menjadi spesial.

Lalu apa saja fenomewa alam yang terjadi sepanjang tahun 2021?

Berikut adalah ulasan selengkapnya seperti dilansir dari Tribunnews.com (13/12/2021).

Ilustrasi gerhana bulan (News Info)

1. Fase Bulan Purnama 28-29 Maret 2021

Fase Bulan purnama atau disebut juga fase oposisi solar Bulan merupakan konfigurasi ketika bulan terletak membelakangi Matahari dan segaris dengan Bumi dan Matahari.

Dilansir lapan.go.id, mengingat orbit Bulan yang membentuk sudut 5,1 derajat terhadap ekliptika, Bulan tidak selalu memasuki bayangan Bumi ketika fase Bulan Purnama, sehingga setiap fase Bulan purnama tidak selalu beriringan dengan gerhana Bulan.

Fase Bulan purnama di Maret 2021 terjadi pada 29 Maret pukul 01.47.54 WIB/ 02.47.54 WIT dengan jarak 362.173 km dari Bumi (geosentrik) dan terletak di konstelasi virgo.

Bulan purnama dapat disaksikan pada malam sebelumnya 28 Maret sekitar pukul 17.45 waktu setempat dari arah timur, kemudian berkulminasi keesokan harinya pada 29 Maret tengah malam di sekitar zenit dan terbenam setelah Matahari terbit sekitar pukul 06.30 waktu setempat arah barat.

2. Bulan Purnama Perige (Bulan Super/Supermoon) 27 April

Puncak purnama kali ini akan terjadi pada pukul 10.31.29 WIB/11.31.29 WITA/ 12.31.29 WIT dengan jarak geosentris 357.616 km, berdiameter sudut 33,41 menit busur dan terletak di konstelasi Libra.

Sedangkan perige Bulan terjadi pada pukul 22.29.48 WIB/ 23.29.48 WITA/ 28 April 00.29.48 WIT dengan jarak geosentrik 357.378 km, berdiameter sudut 33,43 menit busur dan terletak di konstelasi Libra.

Sehingga, purnama ini dinamakan juga Bulan Super (Supermoon) karena jaraknya cukup berdekatan dengan titik perige.

Dikutip lapan.go.id, bulan purnama perige kali ini adalah seri pertama dari dua seri di tahun 2021, seri berikutnya terjadi pada 26 Mei 2021 bertepatan dengan Gerhana Bulan Total yang dapat disaksikan juga di Indonesia.

Bulan purnama perige baru dapat diamati pada arah Timur-Menenggara setelah terbenam Matahari hingga Barat-Barat Daya keesokan harinya setelah terbit Matahari.

3. Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021

Gerhana Bulan Total terjadi karena posisi Bulan berada dekat dengan Bumi (Peridee), maka Bulan akan terlihat lebih besar dari fase-fase purnama biasa, sehingga disebut dengan Super Moon.

Fenomena Gerhana Bulan Total terjadi pada 26 Mei 2021.

Fenomena gerhana ini hanya terjadi saat fase bulan penuh dan mengalami Gerhana Bulan Total (GBT) ketika Bumi bergerak di antara Bulan dan Matahari yang ketiganya berada pada posisi garis lurus.

Proses berlangsungnya Supermoon terjadi selama 3 jam 8 menit 12 detik.

Sementara, durasi total Supermoon berlangsung dalam 18 menit 28 detik.

Ilustrasi hujan meteor (popsci.com)

4. Puncak Hujan Meteor Arietid 7 Juni

Hujan Meteor Arietid adalah hujan meteor yang titik radian (awal kemunculan meteor) terletak di konstelasi Aries tepatnya dekat bintang Botein (Delta Arietis).

Hujan meteor ini merupakan satu-satunya hujan meteor yang dapat disaksikan ketika siang hari.

Aktif sejak 14 Mei silam hingga 24 Juni mendatang.

Puncaknya terjadi pada tanggal 7 Juni dengan intensitas 50 meteor per jam ketika di zenit, sehingga untuk wilayah Indonesia intensitasnya berkurang menjadi 19-20 meteor per jam.

Dapat disaksikan dari arah Timur - Timur Laut sebelum fajar astronomis, berkulminasi di arah Utara pada pukul 10.00 waktu setempat dan terbenam di arah Barat -Barat Laut pada pukul 16.00 waktu setempat.

Hujan meteor ini diduga berasal dari sisa debu asteroid Icarus dan komet periodik 964/Machloz meskipun sumber utamanya tidak dapat diketahui dengan pasti.

5. Matahari di Atas ka'bah Kedua Kali

Fenomena ini disebut juga Istiwa'ul A'zham (Great Culmination).

Fenomena ini terjadi ketika deklinasi Matahari bernilai sama dengan lintang geografis Ka'bah, sehingga ketika tengah hari, Matahari tepat berada di atas Ka'bah.

Dapat juga digunakan untuk mengecek arah kiblat di Indonesia kecuali sebagain Provinsi Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Kep.Tanimbar, Kabupaten Kep.Kei, Kota Tual, Kabupaten Maluku Barat Daya kecuali Pulau Wetar dan Kabupaten Kep.Aru.

Selain itu ditambah dengan Provinsi Papua Barat serta Provinsi Papua.

Puncak fenomena ini terjadi pada pukul 16.26.42 WIB/ 17.26.42 WITA/ 18.26.42 WIT.

6. Puncak Hujan Meteor Perseid 12-13 Agustus

Hujan Meteor Perseid aktif sejak tanggal 17 Juli hingga 24 Agustus dan puncaknya terjadi pada tanggal 12-13 Agustus 2020.

Hujan meteor ini dinamai berdasarkan titik radian (titik asal munculnya hujan meteor) yang terletak di konstelasi Perseus,

Hujan meteor ini berasal dari sisa-sisa debu komet 109P/Swift-Tuttle.

Hujan meteor ini dapat disaksikan dari arah Utara - Barat Laut hingga Utara mulai tengah malam waktu setempat hingga 20 menit sebelum Matahari terbit.

Intensitas maksimum hujan meteor ini untuk di Indonesia mencapai 60-90 meteor tiap jam dengan kelajuan meteor mencapai 212.400 km/jam.

Hujan meteor ini tidak terganggu oleh Bulan fase Sabit Awal berumur 4 hari dikarenakan sudah terbenam sebelum tengah malam.

Fenomena alam gerhana bulan penumbra diperkirakan akan terjadi pada Senin (30/11/2020) malam ini. Foto: Ilustrasi. (yakimaheraldphotos.com)

7. Gerhana Bulan Sebagian 19 November

Gerhana Bulan merupakan peristiwa terhalangnya cahaya Matahari oleh Bumi sehingga tidak semuanya sampai ke Bulan.

Dikutip dari bmkg.go.id, peristiwa yang merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan ini hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya.

Gerhana Bulan Sebagian terjadi saat sebagian piringan Bulan masuk ke umbra (bayangan utama) Bumi.

Akibatnya, saat puncak gerhana terjadi, Bulan akan terlihat berwarna gelap sedikit kemerahan di yang terkena umbra Bumi tersebut.

Pada tahun 2021 terjadi 4 (empat) kali gerhana, yaitu 2 (dua) kali gerhana Matahari dan 2 (dua) kali gerhana Bulan. Rinciannya adalah sebagai berikut :

- Gerhana Bulan Total (GBT) 26 Mei 2021 yang dapat diamati dari Indonesia

- Gerhana Matahari Cincin (GMC) 10 Juni 2021 yang tidak dapat diamati dari Indonesia

- Gerhana Bulan Sebagian (GBS) 19 November 2021 yang dapat diamati dari Indonesia

- Gerhana Matahari Sebagian (GMT) 4 Desember 2021 yang tidak dapat diamati dari Indonesia.

8. Nadhir Kakbah 29 November

Nadhir Ka'bah adalah fenomena astronomis ketika Matahari berada tepat di nadir (titi terbawah) saat tengah malam bagi pengamat yang berlokasi di Ka'bah.

Matahari akan berada tepat di atas titik antipode Ka'bah ketika tengah hari.

Sehingga, ujung bayangan Matahari yang mengalami pagi, siang, dan sore akan mengarah ke kiblat.

Fenomena ini berlangsung dua kali dalam setahun.

Pada tahun 2021 fenomena ini sudah terjadi pada 13 Januari pukul 00.29 Waktu Arab Saudi (06.29 WIT) dan terjadi kembali pada 29 November pukul 00.09 Waktu Arab Saudi (06.09 WIT).

Penggunaan Nadir Ka'bah dalam meluruskan arah kiblat hanya dapat digunakan bagi wilayah ketika Matahari berada di atas ufuk.

Adapun wilayah tersebut, yaitu Provinsi Maluku kecuali Pulau Buru, Papua Barat, Papua, Timor Leste (kecuali distrik Oescussi), Papua Nugini, Selandia Baru, Sebagian besar Australia;

Negara-negara di Oseania, Amerika Serikat, Sebagian besar Kanada, Amerika Tengah, Amerika Selatan.

9. Gerhana Matahari Total 4 Desember

Gerhana matahari terjadi ketika Bulan bergerak di antara Matahari dan Bumi, sehingga menimbulkan bayangan di Bumi.

Dilansir lapan.go.id, gerhana matahari total yang terjadi di wilayah Antartika merupakan gerhana ke-13 dari 70 gerhana dalam Seri Saros ke-152.

Seri Saros 152 sebelumnya pernah teradi pada 23 November 2003 dan akan terjadi kembali pada 15 Desember 2039 dan 26 Desember 2057.

Sayangnya, gerhana matahari total pada 4 Desember tidak bisa diamati dari wilayah Indonesia.

Dikutip lapan.go.id, wilayah Antartika yang terkena umbra Bulan akan mengalami gerhana Matahari Total dengan durasi totalitas antara 90-116 detik dengan lebar umbra Bulan di permukaan Bumi bervariasi antara 421-450 km.

Wilayah yang terkena penumbra bulan seperti Rapublik Afrika Selatan, Namibia, Australia bagian selatan akan mengalami gerhana matahari sebagian dengan lebar gerhana kurang dari 10% diameter Matahari.

Kepulauan Malvinas dan Tierra del Feugo akan mengalami Gerhana Matahari Sebagian dengan lebar gerhana antara 10-40% diameter matahari.

Georgia Selatan dan Kepualan Sandwich selatan mengalami Gerhana Matahari Sebagian dengan lebar gerhana antara 93-97% diameter matahari.

Wilayah di Bumi yang akan melihat Gerhana Matahari Sebagian pada 4 Desember adalah:

- Saint Helena

- Namibia

- Lesotho

- Afrika Selatan

- Georgia Selatan

- Kepulauan Sandwich

- Kepulauan Crozet

- Kepulauan Falkland

- Chili

- Selandia Baru

- Australia.

Daftar wilayah tersebut diperkirakan mengalami gerhana matahari sebagian pada waktu tertentu, yaitu gerhana akan terjadi sebelum, selama, dan setelah matahari terbit atau terbenam.

Pengamat perlu mendapatkan pandangan cakrawala yang jelas saat matahari terbit atau terbenam untuk melihat gerhana matahari sebagian.

Baca juga: Ada Gerhana Bulan Sebagian Tanggal 19 November 2021, Berikut Daftar Wilayah yang Bisa Menyaksikan

10. Puncak Hujan Meteor Phoenicid 6-7 Desember

Phoenicid adalah hujan meteor yang titik radian (titik asal kemunculan meteor) berada di konstelasi Phoenix deket bintang Alfa Efridani (Achernar) konstelasi Eridanus.

Dilansir lapan.go.id, hujan meteor ini bersumber dari sisa debu Komet 289P/Blanpain yang mengorbit Matahari selama 5,18 tahun.

Hujan meteor ini dapat disaksikan sejak awal senja bahari (20 menit setelah terbenam Matahari) hingga keesokan harinya pukul 02.15 waktu setempat dari arah Tenggara hingga Barat Daya.

Intensitas hujan meteor ini Indonesia berkisar 51 meteor/jam (Sabang) hingga 74 meteor/jam (P.Rote).

Hal ini dikarenakan titik radian berkulminasi pada ketinggian 31-48 derajat arah selatan, sedangkan intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 100 meteor/jam.

Pastikan cuaca dan bebad dari penghalang maupun polusi cahay di sekitar medan pandang.

Hal tersebut dikarenakan intensitas hujan meteor ini berbanding lurus dengan 100 persen minus presentase tutupan awan dan berbanding terbalik dengan skala Bortle (skala yang menunjukkan tingkat polusi cahaya, semakin besar skalanya makin besar polusi cahaya yang timbul).

(Tribunnews.com/Devi Rahma/Tribunnewsmaker.comCandra)