Berita Viral

ANAK 9 Tahun Tewas Dianiaya Bibi Dituduh Mencuri, Luka Ditetesi Lilin, Ketua P2TP2A Nangis: Kok Tega

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Pusat Pemberdayaan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Gorontalo, Fory Armin Naway sampai menangis menceritakan penganiayaan yang dialami seorang bocah berusia 9 tahun.

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Pilu nasib bocah berusia 9 tahun tewas dianiaya bibi dan pamannya sendiri setelah dituduh mencuri uang.

Penderitaan bocah tersebut sampai membuat Ketua Pusat Pemberdayaan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Gorontalo, Fory Armin Naway menangis.

Fory begitu pedih saat menceritakan kronologi penganiayaan sadis yang dilakukan pelaku.

"Itu memang ketika berpukul sampai memar lalu diambil lah jeruk diperas lalu ditaruh di belakang disuruh oles oleh kakaknya yang usia 11 tahun,"

"Itu perih, bagaimana coba rasanya kan kalau luka, setelah itu diambil lilin,"

"Tapi sebelum ditaruh lilin dibakar dulu badan pakai korek, lalu lilin meleleh ditaruh di belakang, peristiwa ini sangat menyedihkan," kata Fory sambil menahan tangisnya dikutip dari YouTube Kompas Tv, Jumat (19/5/2023).

Baca juga: DITUDUH Mencuri Uang Rp 35 Ribu, Anak Ini Dianiaya Tante & Paman hingga Tewas: Korban Penuh Luka

Baca juga: INNALILLAHI! Kakak Temukan Adiknya Meninggal Tak Wajar, Curiga Dianiaya, Sempat Kesakitan di Perut

Ketua Pusat Pemberdayaan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Gorontalo, Fory Armin Naway sampai menangis menceritakan penganiayaan yang dialami seorang bocah berusia 9 tahun.

Fury terisak menceritakan betapa kejamnya yang dilakukan bibi dan paman korban.

Ia menangis lantaran bocah itu menerima perlakuan yang tak manuasiawi.

"Agak susah menerima ya, saya tidak baca BAP nya. Sedihnya kok kenapa sampai gak manusiawi lagi,"

"Lalu persoalannya itu penyiksaan, jadi batin dan jasmaninya ini. Saya bayangkan bagaimana kalau anak dia yang kayak gitu," kata Fury.

Di sisi lain, Kapolres Gorontalo, Dadang mengungkap cara sadis yang dilakukan pelaku kepada korban.

Dikatakan Dadang, luka di bagian tubuh korban ditetesi cairan jeruk.

"Korban ada luka di bagian tubuhnya, kemudian ditetesi dengan cairan jeruk ini," ungkap Kapolres Gorontalo, Rabu (17/5/2023).

Jeruk yang dijadikan sebagai alat menganiaya bocah tersebut, disita polisi menjadi barang bukti (bb).

Polisi mendapatkan jeruk tersebut berdasarkan keterangan saksi dan penjelasan dari tersangka itu sendiri.

Adapun beberapa barang bukti yang ditemukan pihak kepolisian ialah selang, lilin, korek api, jeruk, dan sapu lidi.

Menurut Dadang, selang digunakan untuk menganiaya korban dengan cara dilipat menjadi dua dan dipukul sebanyak 30 kali.

"Selang ini dilipat dua, dan dipukuli di bagian tubuh korban," kata Dadang.

Ilustrasi penganiayaan (www.ladbible.com)

Begitu pula dengan lilin yang digunakan pelaku untuk menganiaya korban.

"Lilin yang digunakan pada saat dibakar, kemudian diteteskan di tubuh korban," lanjutnya dengan keterangan barang bukti.

Menurut keterangan saksi, korek api yang digunakan untuk menyalakan lilin sempat ditempelkan ke bagian tubuh korban.

"Pada saat dibakar ini korek api sempat ditempelkan di tubuh korban, jadi pada saat masih panas ditempelkan," terang Dadang.

Dalam kasus ini, Dadang menjelaskan bahwa yang melakukan penganiayaan bukan hanya tante korban.

Om korban juga turut terlibat dalam peristiwa yang mengenaskan ini.

"Masing-masing (keduanya) memiliki peran yang sama," tandasnya.

Pernah dititipkan ke panti

Bocah asal Gorontalo dugaan korban penganiayaan ternyata sempat hidup di panti asuhan.

Korban yang duduk di kelas II SD ini tinggal di Panti Asuhan bersama ketiga saudaranya.

Kedua orang tua mereka sudah bercerai. Akhirnya keempat bersaudara tersebut tinggal di rumah tante mereka.

"Dorang ini sebelumnya dititipkan di panti asuhan oleh orang tuanya," ungkap Zenab, pihak keluarga saat ditemui TribunGorontalo.com di lokasi kejadian, Minggu (13/5/2023).

Dikatakan Zenab, keempat anak ini dititipkan ke panti asuhan karena orang tuanya telah lama pisah. Di samping itu, ibu kandung mereka mengalami gangguan kejiwaan.

"Orang tuanya so pisah lama. Dan ibu korban kasian punya gangguan kejiwaan," sambungnya.

Namun, tante korban lantas menawarkan tempat tinggal bagi keempat bersaudara itu.

Akan tetapi, keputusan mereka pindah ke rumah tantenya malah berbuah petaka.

Pasalnya, menurut pengakuan kakak korban, mereka sering disakiti tantenya itu.

Ia bersama adik-adiknya bahkan menyimpan luka lebam di tubuh mereka.

Pelaku sudah diamankan pihak kepolisian untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

(TribunJakarta/ Siti Nawiroh)

Diolah dari artikel tayang di TribunJakarta.com