TRIBUNNEWSMAKER.COM - Arif Suhartono, Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo), mendadak jadi pusat perhatian publik.
Sorotan tajam mengarah padanya setelah kemacetan parah terjadi di kawasan pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, salah satu titik vital distribusi logistik nasional.
Kemacetan tersebut bukan hanya mengganggu aktivitas distribusi barang, tetapi juga memicu kemarahan para pekerja pelabuhan.
Tak butuh waktu lama, sejumlah serikat buruh pun angkat suara dan menyuarakan tuntutan keras. Mereka mendesak agar Arif Suhartono segera dicopot dari jabatannya.
Kemarahan para buruh tak hanya tertuju pada Dirut Pelindo, tetapi juga pada para pimpinan anak usaha Pelindo yang dianggap turut bertanggung jawab.
Baca juga: Sosok & Profil Sugiri Sancoko, Bupati Ponorogo Utus Beli Lahan Makam, Buntut Warga Dilarang Lewat
Desakan ini disampaikan langsung oleh Ilhamsyah, Ketua Umum Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI).
Ia juga membawa suara dari Federasi Buruh Transportasi Pelabuhan Indonesia (FBTPI) dan Serikat Buruh Transportasi Perjuangan Indonesia (SBTPI).
“Tuntutan kami, pecat Dirut PT Pelindo, Dirut PT Multi Terminal Indonesia (MTI) dan Dirut PT New Priok Container Terminal One (NPCT1), dan bongkar gerbang utama (common gate MTI) serta hapuskan kebijakan melewati gerbang (gate pass) berbayar,” ujar Ilhamsyah di Jakarta, Senin (21/4/2025), mengutip Kompas.com.
Menurut Ilhamsyah, sistem gate pass berbayar dan kebijakan terkait akses ke pelabuhan melalui satu pintu (common gate) menjadi biang keladi kemacetan.
Selain menghambat arus keluar-masuk kontainer, kebijakan ini dianggap mempersulit para sopir dan pekerja di lapangan.
Siapa Arif Suhartono?
Di tengah desakan untuk mundur, publik mulai menyoroti latar belakang Arif Suhartono.
Arif bukanlah sosok baru di dunia pelabuhan. Ia resmi menjabat sebagai Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II) pada 2 Maret 2020, berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku Rapat Umum Pemegang Saham perusahaan, melalui SK Nomor SK-69/MBU/03/2020.
Ketika Pelindo I, II, III, dan IV dilebur menjadi satu entitas nasional—yakni PT Pelabuhan Indonesia (Persero)—Arif didapuk untuk menakhodai perusahaan hasil merger ini.
Masa jabatannya sebagai Dirut ditetapkan untuk periode 2020 hingga 2025.
Selama memimpin Pelindo, Arif dikenal dengan visi modernisasi dan efisiensi operasional pelabuhan.
Namun, kemacetan di Tanjung Priok membuka ruang kritik terhadap berbagai kebijakan operasional, khususnya yang berkaitan dengan alur logistik dan sistem digitalisasi yang dinilai belum sepenuhnya efektif di lapangan.
Tuntutan Berujung Evaluasi?
Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pihak Pelindo maupun Kementerian BUMN terkait tuntutan pencopotan ini.
Namun, gelombang kritik dari pekerja lapangan tentu menjadi sinyal penting bahwa sistem dan kebijakan yang berlaku di pelabuhan butuh evaluasi mendalam.
Kasus ini juga membuka diskusi lebih luas soal bagaimana pengelolaan pelabuhan nasional ke depan.
Apakah perlu pendekatan yang lebih humanis terhadap buruh pelabuhan? Atau mungkin, transformasi digital dan efisiensi logistik juga harus dibarengi dengan keterlibatan aktif para pemangku kepentingan di lapangan?
Yang jelas, kemacetan di Tanjung Priok bukan hanya soal antrean kendaraan, tetapi juga menggambarkan potret kebijakan yang belum menyentuh kebutuhan nyata para pekerja pelabuhan.
Lantas berikut pengalaman kerja Arif Suhartono, mengutip pelindo.co.id:
- Direktur Operasi PT Multi Terminal Indonesia (2010-2012)
- Direktur Komersial PT Multi Terminal Indonesia (2012-2013)
- Direktur Utama PT Terminal Peti Kemas Indonesia (2013-2014)
- Pj. PMO Leader PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)/IPC (2014)
- Direktur Utama Rukindo PT Pengerukan Indonesia (2014-2015)
- Direktur Utama PT Pelabuhan Tanjung Priok (2015-2017)
- Direktur Utama PT Pengembang Pelabuhan Indonesia (2017-2019)
- Direktur Komersial PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) (2019-2020)
- Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) (2020 - 2021)
- Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Persero) (2021-Sekarang)
Riwayat Pendidikan:
- S1 bidang Teknik Sipil dari Institut Teknologi Bandung (1994)
- S2 bidang Infrastructure Management dari Yokohama National University Jepang (2001)
- S2 bidang Business Administration dari Nanyang Technological University Singapura (2017)
Baca juga: Sosok & Profil Rasamala Aritonang, Diperiksa soal Kasus TPPU Syahrul Yasin Limpo, Dipecat dari KPK
Kemacetan di Tanjung Priok
Kemacetan di kawasan pelabuhan, khususnya di New Priok Container Terminal One (NPCT1) terjadi sejak Rabu (16/4/2025).
Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Utama Tanjung Priok, M Takwim, menyebut jika kemacetan panjang itu terjadi akibat lonjakan aktivitas bongkar muat di Terminal NPCT1, menyusul kedatangan tiga kapal kontainer besar secara bersamaan.
“Untuk hari itu memang ada tiga kapal yang tiba bersamaan di NPCT 1, sehingga terjadi peningkatan volume bongkar muat mencapai di atas 4.000,” ujar Takwim dalam konferensi pers, Jumat (18/4/2025).
Volume tersebut hampir dua kali lipat dari kapasitas harian terminal yang hanya 2.500 kontainer.
Akibatnya, antrean truk mengular hingga ke luar pelabuhan dan menyebabkan kemacetan yang turut berdampak pada arus lalu lintas sekitar.
Menurut Takwim, kondisi tersebut belum pernah terjadi sebelumnya.
"Ini baru pernah terjadi di NPCT 1 dengan volume yang 4.000 sekian,” tegasnya.
Kompensasi
PT Pelindo bersama KSOP Tanjung dan Polres Pelabuhan akhirnya memberikan sejumlah kompensasi kepada para sopir truk logistik yang terdampak macet.
Beberapa kompensasi yang diberikan oleh pengelola pelabuhan antara lain adalah pembebasan biaya gate pass yang kedaluwarsa.
Direktur Eksekutif Pelindo Regional 2, Drajat Sulistyo, mengatakan pihaknya telah memberikan diskresi agar sopir tidak dikenai biaya tambahan akibat keterlambatan masuk terminal.
“Kami kompensasi terhadap hal-hal yang memang seperti menambah waktu pembatasan TILA-nya, kami perpanjang, dan kami tidak tarik biaya. Itu juga kami selesaikan,” kata Drajat dalam konferensi pers di kantor KSOP Tanjung Priok, Jumat (18/4/2025).
Demi mempercepat arus truk masuk ke NPCT1, gate otomatis sempat dibuka manual.
"Beberapa kali kami juga melepas gate untuk tapping gate-nya, juga kami gratiskan,” ujarnya.
Kompensasi juga mencakup bantuan operasional di luar pelabuhan.
Beberapa sopir yang sempat terjebak kemacetan di jalan arteri dibantu masuk ke tol.
(TribunNewsmaker/Tribunnews)