Pengamat politik Rocky Gerung melontarkan kritik tajam kepada Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, terkait kebijakan kontroversialnya yang mengirim siswa nakal ke barak militer sebagai bentuk pembinaan. Menurut Rocky, kebijakan tersebut mencerminkan pemikiran yang dangkal.
Tak hanya itu, Rocky bahkan menyindir bahwa kebijakan Dedi Mulyadi disukai oleh banyak orang Indonesia karena masyarakat Indonesia, menurutnya, menyukai hal-hal yang dangkal.
Ia menegaskan pandangannya dengan menyebut bahwa rata-rata IQ masyarakat Indonesia hanya berada di angka 78.
Namun, Dedi Mulyadi menanggapi santai kritik tersebut. Ia menegaskan bahwa angka IQ bukanlah indikator utama dalam memilih pemimpin yang baik.
“Bagi saya enggak penting, kenapa? Karena saya punya tesis: daerah-daerah yang rakyatnya dianggap akademis justru sering gagal memilih pemimpinnya,” ujar Dedi Mulyadi saat berpidato dalam rangka 100 hari kerja di Lembur Pakuan.
Pidato tersebut ditayangkan melalui kanal YouTube-nya pada Rabu (4/6/2025).
Dedi juga menilai bahwa keberhasilan seorang pemimpin tidak cukup hanya dengan kecerdasan intelektual, tetapi harus dibarengi dengan ketulusan hati.
“Daerah-daerah yang desanya banyak orang pintar justru sering kali dipimpin oleh orang yang tidak berhasil.
Karena mereka memilih pemimpin yang hanya memakai pikiran, bukan hati,” lanjutnya.
Menurut Dedi, kepemimpinan sejati lahir dari hati, bukan sekadar dari logika atau perhitungan semata. Ia menyebut hati sebagai sesuatu yang tidak bisa berbohong.
“Inilah yang saya sebut atraktif dalam kepemimpinan. Kalau pembangunan hanya didasarkan pada angka-angka dalam catatan anggaran belanja daerah, sampai kiamat pun daerah tidak akan pernah maju. Karena harapan kita semata-mata ditumpukan pada angka,” tegasnya.
Disamakan dengan Jokowi, Dedi Mulyadi Tuai Sorotan
Kebijakan Dedi Mulyadi ini tak hanya menarik perhatian Rocky Gerung, tetapi juga publik luas. Di awal masa jabatannya sebagai Gubernur Jawa Barat, gebrakan Dedi membuat banyak pihak membandingkannya dengan Presiden Joko Widodo.
Bahkan, sebagian masyarakat menjuluki Dedi sebagai “Jokowi Jilid II” atau “Mulyono”, sebuah plesetan yang menyandingkan nama Dedi dengan gaya kepemimpinan Jokowi.
Salah satu alasan perbandingan ini muncul adalah kebijakan mengirim siswa bermasalah ke barak militer, sebuah pendekatan yang dinilai mirip dengan gaya kepemimpinan Jokowi yang tegas namun dekat dengan rakyat.
Tribun Newsmaker | Tribun Jakarta