Polemik Patung Istri Soekarno Mau Dipajang Gubernur Pramono Anung di Taman Jakarta, PSI: Apa Relevansinya? Harusnya Ali Sadikin
Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PSI, August Hamonangan, melontarkan kritik pedas terhadap rencana pembangunan Taman Bendera Pusaka yang digagas Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung.
Di balik proyek megah yang menyatukan tiga taman di kawasan Kebayoran Baru—Taman Leuser, Langsat, dan Ayodya—terselip kontroversi yang kini membakar perdebatan publik.
Pasalnya, pembangunan taman ini diperkirakan akan menggusur para pedagang Pasar Barito yang sudah puluhan tahun menggantungkan hidup di sana.
Tak hanya itu, rencana Pramono mendirikan patung Fatmawati, ibunda Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, di area taman tersebut memicu kecurigaan.
“Kita bicara Jakarta. Kenapa justru membangun patung yang tak punya relevansi langsung dengan kota ini?
Jangan sampai ini hanya untuk menyenangkan orang tertentu,” tegas August dalam program Tribun Talks bersama TribunJakarta, Selasa (12/8/2025).
Menurut August, masih banyak tokoh yang jauh lebih pantas untuk diabadikan dalam bentuk patung di Ibu Kota.
Ia menyebut nama Ali Sadikin, gubernur legendaris yang berjasa besar membangun Jakarta modern.
“Apa relevansinya patung itu? Kenapa bukan tokoh seperti Ali Sadikin? Beliau nyata-nyata punya sejarah besar untuk Jakarta,” sindirnya.
Lebih jauh, August menuding bahwa proyek ini sarat kepentingan politik.
Bila benar pembangunan patung Fatmawati dimaksudkan untuk menyenangkan hati Megawati, maka proyek ini bukan lagi sekadar pembangunan taman, melainkan sebuah simbol ambisi.
“Kalau betul tujuannya untuk menyenangkan Ibu Megawati, maka jelas ini proyek ambisi. Apalagi tokoh-tokoh relevan, seperti mantan gubernur DKI, tidak dilibatkan. Ini kan aneh!” ujarnya dengan nada geram.
Kritik August kian tajam saat menyinggung momen peletakan batu pertama Taman Bendera Pusaka.
Saat itu, Pramono mengundang Megawati hadir di lokasi, sementara di sisi lain para pedagang Pasar Barito tengah menggelar aksi penolakan.
“Wong cilik ingin ketemu gubernurnya malah dipagari. Dihadang sekuriti. Media pun kesulitan meliput. Ini Jakarta loh!” ujar August, menekankan ketidakadilan yang terjadi di lapangan.
Sebagai wakil rakyat, August menegaskan dirinya tidak akan diam. Ia menilai pembangunan yang mengorbankan rakyat kecil demi kepentingan elit hanyalah bentuk ketidakadilan yang nyata.
“Kami ini mitra pemerintah daerah. Kalau ada kebijakan keliru, wajib kami koreksi. Kalau rakyat kecil disingkirkan sementara proyeknya untuk menyenangkan elit, jelas itu bukan pembangunan yang adil,” tuturnya lantang.
Tribun Newsmaker | Tribun Jakarta | Elga Hikari