Tompi Hampir Terima Tawaran Parpol, Tak Direstui Ibu & Istri, Bahas Sistem: Belum Bisa Dicerna Akal

Editor: ninda iswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TOMPI DAPAT TAWARAN - Pengakuan Tompi hampir terima tawaran parpol, tak direstui ibu dan istri, beberkan sistem yang menurutnya tak masuk akal sehat.

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Musisi sekaligus dokter Tompi membuka kisah pribadinya tentang tawaran yang hampir membuatnya terjun ke dunia politik dari sebuah partai besar di Indonesia.

Menariknya, tawaran tersebut sudah datang sejak dua periode pemilu lalu, namun keputusan akhirnya bukanlah hal yang mudah.

"Ini saat yang tepat untuk bercerita. Sejak 2 periode pemilu lalu ada beberapa partai ternama yg menawarkan saya maju sebagai caleg," tulis Tompi dalam unggahan Instagram-nya, seperti dikutip dari Wartakotalive.com (Tribunnews.com Network), Senin (1/9/2025).

Dorongan untuk berkontribusi memperbaiki kondisi bangsa dan membantu sesama membuat Tompi akhirnya membuka pintu dialog dengan beberapa partai politik besar.

Ia pun bertemu langsung dengan petinggi-petinggi partai tersebut.

Baca juga: Rumah Dijarah hingga Diisukan Mundur dari Menteri, Sri Mulyani Minta Maaf: Menyangkut Nasib Rakyat

"Saya langsung bertemu dengan petinggi-petinggi beberapa partai. Saya pikir ada baiknya dengar saja dulu dan jajaki, pikirkan baru putuskan mau berlayar di kapal pilihan," tulisnya lebih lanjut.

Setiap tawaran yang datang terasa sungguh-sungguh, bahkan hampir membuat Tompi mantap melangkah ke dunia politik.

"Semua tawaran terdengar sungguh-sungguh. Hampir saya ketok palu maju," tambahnya.

Namun, di detik-detik terakhir, pelantun lagu 'Menghujam Jantungku' ini memilih mundur.

Ada beberapa alasan kuat yang membuatnya batal masuk ke partai politik.

Pertama, masalah finansial menjadi perhatian utama.

Tompi merasa dirinya belum sepenuhnya mapan secara finansial dan khawatir hal itu bisa menjadi celah godaan yang mengancam konsistensi dan integritasnya.

"Finansial ini takut sekali ini menjadi celah godaaan untuk gak konsisten jujur dan amanah," jelas Tompi.

Ia juga takut tidak bisa membagi waktu dengan baik antara profesinya sebagai dokter dan tanggung jawab sebagai politisi.

"Takut gak sanggup bagi waktu konsisten antara pekerjaan sebagi dokter atau politisi," lanjutnya.

Alasan ketiga datang dari ketidakpahaman terhadap sistem politik saat itu. Tompi merasa belum bisa mencerna sepenuhnya mekanisme pendanaan kampanye, gaji, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan dunia politik dari sudut pandang yang lebih dalam.

"Melihat sistemnya saat itu, belum bisa dicerna akal sehat saya. Baru lihat dari luar belum masuk ke dalam. (Pendanaan kampanye, gaji, dan lain-lain)," tambahnya.

Poin yang tak kalah penting adalah soal kebebasan berpendapat.

Tompi mengaku berat membayangkan harus tunduk sepenuhnya pada keputusan partai, padahal ia dikenal sebagai sosok yang sulit kompromi jika merasa sesuatu itu salah.

"Engga kebayang masuk diajak mikir tapi harus nurut ama apapun kata partai. Untuk yang sering berurusan sama saya pasti paham, saya agak sulit kompromi dengan hal yg menurut saya keliru," paparnya.

Ia bahkan memberi contoh dari pengalaman pribadinya di dunia medis, di mana dirinya dianggap "sulit diatur" karena keberaniannya untuk menolak hal-hal yang menurutnya tidak benar.

Baca juga: Massa Dikabarkan Demo Lagi 1 September 2025, Ini Lokasi Unjuk Rasa, Ada 5 Tuntutan yang Disuarakan

TOMPI DITAWARI NYALEG - Penyanyi pria Tompi mengaku pernah ditawari sejumlah partai politik untuk nyaleg, ia hampir menerima tapi akhirnya menolak, Bongkar apa yang ditawarkan padanya. (Instagram @dr_tompi)

"Bahkan di perkumpulan dokter utk urusan medis pun sy dianggap 'sulit diatur', Iha kalo ada yg ngaco masa dipertahankan? UBAH LAH! Maaf y, no kompromi," ujar Tompi.

Satu lagi alasan yang membuatnya enggan terjun ke politik adalah soal kultur dan hierarki partai yang menurutnya kurang sehat.

Ia tidak ingin menjadi bagian dari kelompok yang kepemimpinannya hanya berdasarkan faktor lama atau keturunan, tanpa didukung oleh pengetahuan yang memadai.

Di luar semua itu, dukungan keluarga ternyata menjadi faktor penentu terakhir.

Tompi mengakui bahwa ia tidak mendapat restu dari ibu dan istrinya.

"Keenam gak dapat restu ibu dan istri," tulisnya.

Dalam situasi yang penuh dilema ini, Tompi tetap berharap ada perubahan yang berarti dalam dunia politik Indonesia, tanpa harus kehilangan integritas dan jati dirinya.

"Kita semua percaya Indonesia ini hebat besar kuat banyak orang baik banyak orang pemikir. Tinggal perbanyak orang jujur kali ya," tuturnya optimis.

Di akhir cerita, Tompi mengajak semua orang untuk terus bersemangat memperjuangkan perubahan, meski terkadang jalan yang ditempuh terasa berat.

"Semoga cerita kecil ini menjadi renungan untuk kita semua yang ingin perbaikan lebih baik. Gak ada tempat untuk menyerahkan Bismillah, semangat yuk," pungkasnya.

(TribunNewsmaker/Tribunnews)