Sosok
Sosok Greta Thunberg, Aktivis Swedia Ngaku Diculik Pasukan Israel, Menolak Bepergian dengan Pesawat
Inilah sosok Greta Thunberg, aktivis asal Swedia mengaku diculik Israel saat perjalanan membawa bantuan ke Gaza.
Editor: ninda iswara
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Nama Greta Thunberg kembali menggema di panggung internasional.
Aktivis muda asal Swedia ini kembali mencuri perhatian publik global setelah ditahan oleh otoritas Israel karena terlibat dalam misi kemanusiaan menuju Gaza.
Greta bergabung dalam misi Global Sumud Flotilla, sebuah konvoi internasional yang terdiri dari 45 kapal yang berlayar dari Spanyol sejak 12 September 2025 dengan tujuan utama untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Namun, misi damai tersebut berubah menjadi ketegangan diplomatik. Pada Rabu, 1 Oktober 2025, armada laut Israel mencegat rombongan kapal tersebut di wilayah perairan internasional.
Setelah dicegat, seluruh kapal kemudian diarahkan menuju pelabuhan Ashdod, Israel.
Pemerintah Israel berdalih tindakan tersebut dilakukan sebagai bagian dari penegakan blokade laut terhadap Gaza.
Dalam pernyataan resminya, pihak Israel menyatakan bahwa seluruh penumpang konvoi, termasuk Greta Thunberg, berada dalam kondisi selamat dan akan segera dideportasi kembali ke negara-negara asal mereka di Eropa.
Peristiwa ini pun menambah catatan panjang perjalanan Greta sebagai sosok aktivis yang tak hanya vokal dalam isu perubahan iklim, tetapi juga tak gentar menyuarakan kemanusiaan di medan-medan yang penuh risiko.
Untuk memahami lebih jauh siapa sebenarnya Greta Thunberg dan mengapa aksinya selalu menyedot perhatian dunia, berikut ulasan lengkap mengenai perjalanan hidup dan perjuangannya.
Baca juga: Gagal ke Gaza, Wanda Hamidah Ngotot Ingin Tembus Blokade Israel, Masih Berjuang: Menunggu Kapal
Profil Greta Thunberg: Suara Kuat dari Generasi Mud
Greta Thunberg bukanlah nama baru dalam dunia aktivisme global. Ia merupakan simbol perlawanan generasi muda terhadap ketidakadilan iklim dan sosial.
Lahir di Stockholm, Swedia, pada 3 Januari 2003, Greta telah menunjukkan kepeduliannya terhadap isu lingkungan sejak usia sangat muda.
Perjalanan Greta sebagai aktivis dimulai secara sederhana namun penuh makna.
Saat usianya baru menginjak 15 tahun, ia memutuskan untuk melakukan aksi mogok sekolah setiap hari Jumat.
Dengan membawa papan bertuliskan “Skolstrejk för klimatet” (School Strike for Climate), Greta duduk seorang diri di depan gedung parlemen Swedia sebagai bentuk protes terhadap kurangnya aksi nyata pemerintah dalam menghadapi krisis iklim.
Siapa sangka, aksi soliternya itu kemudian menyulut gelombang protes global. Gerakan tersebut berkembang menjadi Fridays for Future, sebuah gerakan lingkungan yang kini diikuti oleh jutaan pelajar dan pemuda di seluruh dunia.
Aksi mogok sekolah demi lingkungan ini menjadikan Greta sebagai ikon perlawanan iklim dan simbol pergerakan akar rumput yang tak bisa diabaikan.
Puncak ketenaran Greta terjadi saat ia berbicara di hadapan para pemimpin dunia dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2019.
Dalam pidatonya yang menggugah dan penuh emosi, ia mengucapkan kalimat yang kini menjadi kutipan ikonik: “How dare you?”
Melalui kalimat tersebut, Greta secara tegas mengkritik para pemimpin dunia yang dinilainya gagal melindungi masa depan generasi muda dengan terus mengabaikan dampak krisis iklim.
Tak hanya turun ke jalan, Greta juga menyalurkan perjuangannya melalui tulisan.
Ia telah menerbitkan beberapa buku, di antaranya No One Is Too Small to Make a Difference dan The Climate Book.
Buku-buku ini menjadi media untuk menyuarakan kegelisahan, fakta ilmiah, serta solusi yang dapat diambil untuk menyelamatkan bumi dari kehancuran iklim.
Lebih dari Sekadar Aktivis Iklim
Perjalanan Greta Thunberg kini telah melampaui sekadar isu lingkungan.
Aksinya dalam konvoi Global Sumud Flotilla membuktikan bahwa ia juga peduli terhadap isu-isu kemanusiaan yang lebih luas.
Keikutsertaannya dalam misi bantuan ke Gaza menunjukkan bahwa bagi Greta, keadilan bukan hanya soal menjaga alam, tetapi juga tentang membela hak-hak asasi manusia.
Meski tindakannya sering menuai kontroversi dan kritik dari berbagai pihak, terutama mereka yang tidak sependapat dengan metode atau pandangannya, Greta tetap konsisten pada perjuangannya.
Ia adalah sosok yang berani mengambil risiko, termasuk ditahan oleh negara lain, demi menyuarakan apa yang menurutnya benar.
Kehidupan Pribadi
Greta lahir dari keluarga seni.
Dikutip dari Tribunnews.com, ibunya, Malena Ernman, adalah penyanyi opera, sementara ayahnya, Svante Thunberg, seorang aktor.
Ia memiliki seorang adik, Beata Thunberg, yang juga berkarier sebagai penyanyi di Swedia.
Sejak usia delapan tahun, Greta mulai sadar tentang perubahan iklim.
Ia kemudian mengubah gaya hidupnya.Ia menjadi vegan dan menolak bepergian dengan pesawat karena alasan emisi karbon.
Ia juga mengaku memiliki sindrom Asperger.
Namun menurutnya, sindrom tersebut membuat dirinya mampu fokus pada isu iklim tanpa distraksi, sehingga ia bisa melihat isu dengan jernih, tanpa basa-basi.
Baca juga: Artis Zizi Kirana Diculik Tentara Israel, Tulis Wasiat ke Suami & Adik, PM Malaysia Kutuk Pencegatan
Dari Krisis Iklim ke Isu Kemanusiaan
Beberapa tahun terakhir, Greta memperluas perhatiannya ke isu kemanusiaan.
Ia kerap menyuarakan keterkaitan antara krisis iklim, ketidakadilan sosial, dan konflik bersenjata.
Dengan terjun langsung dalam flotilla ke Gaza, Greta menunjukkan bahwa perjuangan iklim tidak bisa dipisahkan dari perjuangan kemanusiaan.
Meski ditahan, dideportasi, bahkan mendapat ancaman, Greta konsisten dengan pilihannya.
“Misi kami damai dan sesuai hukum internasional,” tegasnya. Di usia 22 tahun, profil Greta Thunberg bukan hanya menggambarkan aktivis iklim, tetapi juga sosok muda yang berani mengambil risiko demi keadilan.
Insiden Penahanan di Laut Mediterania
Kabar Greta Thunberg ditahan Israel menyebar luas setelah rombongan kapal Global Sumud Flotilla dihentikan paksa.
Konvoi tersebut membawa bantuan untuk warga Gaza yang sudah lama terisolasi akibat blokade.
Israel menyebut operasi ini bagian dari penegakan keamanan.
“Semua penumpang selamat dan sehat. Mereka dibawa dengan aman ke Israel, dari mana mereka akan dideportasi ke Eropa,” tulis Kementerian Luar Negeri Israel melalui akun X.
Namun, Greta punya pandangan berbeda.
Dalam sebuah rekaman video, ia menegaskan, “Jika Anda menonton video ini, berarti saya telah diculik dan dibawa secara paksa oleh pasukan Israel.
Misi kemanusiaan kami bersifat damai dan sesuai hukum internasional.”
Ini bukan kali pertama ia berhadapan dengan situasi serupa.
Sebagaimana dikutip Kompas.com, pada Juni 2025 lalu, Greta juga sempat berlayar menuju Gaza dengan kapal Madleen, namun rombongan itu dicegat Israel dan ia dideportasi ke Paris.
Meski begitu, Greta tetap menegaskan tekadnya.
“Pengalaman kami tidak ada apa-apanya dibanding penderitaan warga Gaza,” ujarnya dalam wawancara dengan The Guardian.
Itulah profil Greta Thunberg yang tidak hanya fokus pada isu lingkungan, tetapi juga aktif dalam misi kemanusiaan global.
Dari aksi kecil di depan parlemen Swedia hingga konfrontasi dengan pasukan Israel, perjalanan Greta mencerminkan keteguhan seorang aktivis muda.
(TribunNewsmaker/Grid.ID)
Sumber: Grid.ID
| Sepak Terjang Timur Kapadze, Calon Pelatih Timnas Indonesia yang Geser Nama STY di Mata Erick Thohir |
|
|---|
| Sosok Shella Saukia, Crazy Rich Aceh yang Beri Uang Segepok Melda Safitri, Bisnis di Mana-mana |
|
|---|
| Sosok Herman Suryatman Sekda Jabar, Siap Mundur Jika Kata Menkeu Purbaya Soal Dana Mengendap Benar |
|
|---|
| Sosok Iskandar ST, Ketua DPW Nasdem Korban Salah Tangkap Polisi, Dikira Pelaku Judol, Ada Suratnya |
|
|---|
| Pesona Latiffa Suhdi Ibunda Hamish Daud, Mertua Raisa Tetap Bugar dan Menawan di Usia 64 Tahun |
|
|---|