5 Fakta Menarik Jane, Bule Jerman yang Sindir Pejabat RI Hidup bak Raja, 5 Tahun Tinggal di Indo!

Berikut ini 5 fakta menarik Jane, bule Jerman yang menyindir pejabat Indonesia hidup bak raja,sudah 5 tahun tinggal di Indonesia

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Viral seorang warga negara asing asal Jerman bernama Jane menjadi perbincangan hangat di media sosial usai mengunggah video yang mengkritik gaya hidup para pejabat di Indonesia.

Jane, yang telah menetap di Indonesia selama lima tahun, menyampaikan keresahannya terhadap kesenjangan sosial yang ia lihat selama tinggal di Jakarta.

Dalam video yang viral di akun Instagram-nya @janejalanjalan, Jane menyebut para pejabat di Indonesia hidup bak raja, yakni tinggal di rumah-rumah mewah dan mengendarai mobil besar,sementara banyak rakyat hidup dalam kondisi serba kekurangan.

Video Jane menjadi viral dan membuat netizen bertanya-tanya siapa sosoknya sebenarnya.

Lantas, siapakah sosok Jane? Ini 5 fakta menarik Jane, bule Jerman yang menyindir pejabat Indonesia.

Baca juga: Sindiran Jane, Bule Jerman yang Lama Tinggal di Indonesia ke Pejabat, Singgung Rumah Mewah Bak Raja

1. Tinggal di Kemang

"Aku tinggal di Kemang, Jakarta Selatan, dan setiap hari melewati rumah-rumah besar milik pejabat.

Termasuk rumah Ferdy Sambo, lima tahun aku tinggal di sini, itu jadi pemandangan biasa,

Tapi sebenarnya, ini bukan hal yang seharusnya dianggap biasa," ujar Jane dalam videonya.

Jane membandingkan dengan kondisi di negaranya, Jerman, di mana menurutnya pejabat tidak hidup dengan kemewahan yang mencolok.

Ia juga menyinggung soal ketimpangan sosial yang semakin terasa.

Baca juga: Sosok Jane, Bule asal Jerman Tiap Pagi Lewat Rumah Mewah Ferdy Sambo, Merasa Ada Dua Indonesia

2. Merasa Timpang

"Kalau aku yang bukan warga negara Indonesia saja merasa marah, apalagi kalian yang harus hidup dalam kondisi sulit," katanya.

Dalam unggahan lain, Jane menyampaikan pengalamannya tinggal di Indonesia selama lima tahun sebagai orang asing. Ia mengaku merasa hidup di "dua Indonesia" yang sangat berbeda.

Di satu sisi, ia melihat kemewahan kota besar seperti Jakarta dengan dunia para elite, korporat, dan pejabat.

Di sisi lain, ia juga menjelajahi pelosok Nusantara, berinteraksi dengan masyarakat biasa, naik angkutan umum, masuk kampung, hingga menyusuri hutan.

"Di satu sisi, aku lihat orang bisa beli tas mewah setara satu tahun UMR. Tapi di sisi lain, ada anak-anak yang ke sekolah tanpa sepatu, dan keluarga yang cuma bisa makan nasi pakai sambal," ungkap Jane.

Baca juga: Sosok Jane, Bule asal Jerman Tiap Pagi Lewat Rumah Mewah Ferdy Sambo, Merasa Ada Dua Indonesia

3. Singgung Affan Kurniawan

Ia bahkan menyinggung kasus tewasnya pengemudi ojek online Affan Kurniawan saat demo ricuh di Jakarta sebagai contoh nyata ketimpangan sosial dan kurangnya keadilan.

Jane mengajak mereka yang memiliki privilese untuk lebih sadar dan menggunakan suaranya demi perubahan.

"Kalau kamu bagian dari kelompok yang punya privilese, kayak aku, pikirkan: suara dan posisi kita dipakai untuk apa? Gimana caranya supaya kita nggak makin jauh dari realita dan bisa jadi bagian dari solusi, bukan masalah?" katanya.

4. Aktivis Lingkungan 

Jane bukan hanya dikenal karena kritik sosialnya, tapi juga karena kepeduliannya terhadap lingkungan dan budaya lokal.

Di akun Instagram-nya, ia kerap membagikan petualangan menjelajah Indonesia, dari Mentawai hingga Sumba.

Saat mengunjungi Pulau Sipora di Mentawai, Jane bahkan terlibat dalam kampanye penolakan penebangan hutan.

Ia membagikan tautan petisi untuk menghentikan izin eksploitasi hutan di wilayah tersebut.

Baca juga: Sindiran Jane, Bule Jerman yang Lama Tinggal di Indonesia ke Pejabat, Singgung Rumah Mewah Bak Raja

5. Pecinta Budaya Indonesia

“Aku orang Jerman yang jatuh cinta sama keindahan Indonesia,” tulis Jane. 

Jane mengaku sudah diberi berbagai nama lokal oleh masyarakat, seperti Rambu dari Sumba, Siti dari Jawa, dan Boi dari Rote.

Kecintaan Jane terhadap budaya Indonesia membuatnya semakin mendapat simpati masyarakat Indonesia. 

Banyak yang mengapresiasi keberaniannya menyuarakan isu-isu sensitif, seperti ketimpangan sosial dan kerusakan lingkungan meskipun bukan negaranya sendiri.

(Tribunnewsmaker.com/Talitha)