Pemkab Klaten Bekali Mahasiswa Pengetahuan untuk Tangkal HIV/AIDS dan LGBT

TRIBUNNEWSMAKER.COM, KLATEN – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten mengajak mahasiswa menjadi agen perubahan dalam mencegah penyebaran HIV/AIDS dan perilaku LGBT melalui edukasi dan kegiatan positif.

Pemkab Klaten melalui Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Klaten menggelar sosialisasi pencegahan HIV/AIDS dan perilaku LGBT di Pendopo Pemkab Klaten, Jumat (3/10/2025).

Kegiatan ini dihadiri puluhan mahasiswa dari lima universitas di Kabupaten Klaten dan dibuka langsung oleh Bupati Klaten Hamenang Wajar Ismoyo.

Bupati Hamenang menegaskan, mahasiswa harus menjadi garda depan dalam upaya penyelamatan generasi menuju Indonesia Emas 2045.

“Hari ini usia kalian 19 hingga 21 tahun. Dua puluh tahun lagi, kalian akan berada di posisi strategis. Maka nasib kalian harus diselamatkan, dimulai dari kesehatan,” ujarnya.

Ia menilai, derasnya arus informasi dan pergaulan bebas menimbulkan risiko tinggi terhadap perilaku menyimpang dan penyebaran HIV/AIDS. Karena itu, pengetahuan menjadi filter utama agar mahasiswa tak terjerumus.

“Ilmu menjadi salah satu benteng yang bisa membentengi adik-adik agar tidak salah langkah,” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Bupati juga mengingatkan pentingnya kontrol diri dan komunikasi dengan keluarga jika menghadapi gejolak perilaku menyimpang.

“Kalau ada hasrat yang terlalu tinggi misalnya untuk bergaul sesama jenis, segera komunikasi dengan orang tua. Kalau perlu ke psikolog atau psikiater agar tidak terjerumus,” katanya.

Bupati menambahkan, Pemkab Klaten berkomitmen menggandeng KPA dan lembaga pendidikan untuk menyibukkan generasi muda dengan kegiatan positif seperti olahraga, seminar, dan pelatihan.

Sementara itu, Sekretaris KPA Klaten Ronny Roekmito mengungkapkan, peningkatan perilaku LGBT di Klaten dipengaruhi oleh empat faktor utama yakni trendsetter, sosial ekonomi, pertemanan, dan keluarga.

Baca juga: Pemkab Klaten Gencarkan Edukasi HIV dan LGBT untuk Selamatkan Generasi Muda

"Mereka-mereka yang kehilangan figur ayah ini yang cukup memprihatinkan," terangnya.

Dirinya bercerita beberapa pengalaman, dimana anak-anak usia sekolah tingkat pendidikan SMP dikirim ke psikolog. 

"Anak-anak SMP memang mereka kehilangan figur ayah. Mudah-mudahan, keluarga di Klaten ini akan semakin waspada, terutama yang ayahnya itu kerjanya di luar kota," ucapnya. 

"Mereka itu dihadapkan pada ibu, kemudian adik, kakak wanita. Sehingga mau tidak mau setiap hari berhadapan dengan figur perempuan dia ada sedikit perubahan," lanjutnnya.