Primus Yustisio Kerap Dipuji, Tabiat Buruknya Sebagai DPR Dibongkar Lita Gading: Menyulitkan Rakyat

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Aktor sekaligus politisi, Primus Yustisio, mendadak menjadi sorotan publik setelah namanya disebut oleh psikolog sekaligus mantan artis, Lita Gading.

Sorotan tersebut bukan tanpa alasan, mengingat Lita belakangan ini aktif mengkritisi para anggota DPR RI yang berasal dari kalangan selebritas.

Melalui akun Instagram pribadinya, @lita.gading, Lita secara terang-terangan mengungkapkan kekesalannya terhadap kinerja para artis yang kini menduduki kursi legislatif.

Sebelumnya, ia telah menyindir beberapa nama beken seperti Ahmad Dhani, Mulan Jameela, dan Melly Goeslaw. Kali ini, giliran Primus Yustisio yang menjadi target kritiknya.

Apa yang membuat Lita menyoroti Primus? Ternyata, aktor yang terkenal lewat sinetron "Buku Harian Baim" itu sudah empat kali berturut-turut berhasil melenggang ke Senayan sebagai anggota DPR.

Baca juga: Primus Yustisio Naik KRL saat Pulang Kerja, Tetap Mengaji di Tengah Desakan Penumpang, Tuai Pujian

Fakta ini membuat Lita bereaksi tajam.

"Widiiiih empat periode guys bertengger di DPR," sindir Lita dalam unggahan yang dikutip pada Senin (6/10/2025).

Tak berhenti di situ, Lita juga mempertanyakan kontribusi nyata Primus selama menjadi wakil rakyat.

Ia menyampaikan sindiran tajam yang seolah mewakili suara publik yang mungkin memiliki pertanyaan serupa

"Sudah dapat apa saja yaa?" tembaknya tajam, menyasar kinerja Primus sebagai legislator.

Sejak terjun ke dunia politik pada tahun 2009, nama Primus Yustisio memang tergolong jarang muncul di pemberitaan politik tanah air.

Ia lebih sering tampil kalem dan tidak banyak mengumbar aktivitas politiknya di media.

Namun, baru-baru ini, Primus kembali menjadi perbincangan panas di media sosial karena sebuah pernyataannya yang dinilai kurang berpihak kepada rakyat.

Dalam sebuah pernyataan, Primus menyarankan agar tabung gas LPG 3 kg dilengkapi dengan barcode untuk pengawasan distribusi.

Sayangnya, usulan itu justru dianggap menyulitkan masyarakat kecil, yang selama ini bergantung pada gas melon tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.