Breaking News:

Berita Viral

Alasan Ponpes Lirboyo Kediri Dibiarkan Santrinya Ikut Ngecor, Sebut Bantu Tukang Jadi Amal Jariyah

Inilah aasan ponpes Lirboyo Kediri dibiarkan santrinya ikut ngecor, sebut bantu tukang jadi amal jariyah.

TribunJatim.com/Melia Luthfi Husnika
PEMBANGUNAN - Proyek pembangunan gedung di kawasan Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (2/10/2025). Sebelumnya sempat viral video 'Santri Lirboyo Ngecor' dan menuai beragam tanggapan warganet, usai insiden ambruknya musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo. 

Alasan Ponpes Lirboyo Kediri Dibiarkan Santrinya Ikut Ngecor, Sebut Bantu Tukang Jadi Amal Jariyah

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Video yang memperlihatkan ratusan santri tengah bergotong royong melakukan pengecoran bangunan di sebuah pondok pesantren baru-baru ini viral di media sosial.

Banyak warganet yang terkejut sekaligus kagum melihat semangat para santri yang ikut turun langsung dalam proses pembangunan tersebut.

Belakangan diketahui, para santri dalam video tersebut merupakan santri Pondok Pesantren Lirboyo, salah satu pesantren besar yang terletak di Kota Kediri, Jawa Timur.

Dalam video yang beredar luas, tampak barisan panjang santri bergantian menuang adukan semen, mengoper ember dari tangan ke tangan dengan penuh semangat kebersamaan.

Pemandangan itu menggambarkan suasana khas pesantren yang menjunjung tinggi nilai gotong royong dan kebersamaan dalam bekerja.

Tak heran jika video tersebut menuai beragam tanggapan dari masyarakat, mulai dari pujian atas kekompakan hingga kekhawatiran soal keamanan kerja para santri.

Menanggapi hal itu, pihak pengurus Pesantren Lirboyo membenarkan bahwa memang tengah dilakukan pembangunan sejumlah fasilitas baru di lingkungan pesantren.

Fasilitas tersebut antara lain ruang kelas baru bagi para santri yang jumlahnya terus meningkat setiap tahun serta balai tamu untuk kegiatan para wali santri.

Namun, salah satu pengasuh Pesantren Lirboyo, KH Abdul Mu’id Shohib, menegaskan bahwa dalam setiap proses pembangunan, pihaknya selalu mengedepankan prinsip profesionalitas dan keselamatan kerja.

Baca juga: Doa Ayah Alfatih Santri Al Khoziny: Perpanjang Saya Ndak Punya Apa-apa Ya Allah, Asal Anak Selamat

SANTRI IKUT NGECOR - Tangkapan layar video ratusan santri ikut ngecor bangunan dan gerbang gapura masuk Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri, Jawa Timur.
SANTRI IKUT NGECOR - Tangkapan layar video ratusan santri ikut ngecor bangunan dan gerbang gapura masuk Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri, Jawa Timur. (IST - KOMPAS.com/M.AGUS FAUZUL HAKIM)

“Pembangunan di pesantren Lirboyo memang kita tangani secara mandiri. Meski demikian, kita juga melibatkan pihak-pihak profesional,” ujar KH Abdul Mu’id Shohib, Jumat (3/10/2025), dikutip dari Kompas.com.

Ia menjelaskan bahwa pelibatan tenaga ahli mencakup seluruh aspek penting mulai dari perencanaan, pengawasan, hingga pengendalian kualitas proyek agar hasilnya sesuai standar keamanan.

“Untuk hal-hal yang sangat fundamental itu kita melibatkan profesional. Desain kita dari insinyur yang bersertifikat,” lanjut kiai yang akrab disapa Gus Oing tersebut.

Menurut Gus Oing, keterlibatan para santri dalam pembangunan itu bersifat terbatas dan hanya membantu pekerjaan non-fundamental seperti pengangkutan bahan bangunan atau membersihkan area kerja.

Kegiatan semacam itu sudah menjadi tradisi di lingkungan pesantren, di mana para santri turut berkontribusi secara sukarela sebagai bentuk pengabdian dan ladang amal jariyah.

“Keterlibatan para santri memang besar. Bagian dari ladang amal jariyah,” ujarnya dengan nada tenang.

Ia menambahkan, semangat gotong royong seperti ini juga melatih para santri untuk memiliki rasa tanggung jawab dan kebersamaan dalam menjaga fasilitas pesantren.

Meski demikian, Gus Oing tetap menekankan pentingnya pelibatan profesional agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama proses pembangunan berlangsung.

Ia pun menyampaikan duka mendalam atas musibah ambruknya bangunan di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo yang menelan sejumlah korban jiwa beberapa waktu lalu.

“Kami turut berbelasungkawa dan berempati kepada keluarga besar Ponpes Al Khoziny atas musibah tersebut,” kata Gus Oing.

PEMBANGUNAN - Proyek pembangunan gedung di kawasan Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (2/10/2025). Sebelumnya sempat viral video 'Santri Lirboyo Ngecor' dan menuai beragam tanggapan warganet, usai insiden ambruknya musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo.
PEMBANGUNAN - Proyek pembangunan gedung di kawasan Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (2/10/2025). Sebelumnya sempat viral video 'Santri Lirboyo Ngecor' dan menuai beragam tanggapan warganet, usai insiden ambruknya musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo. (TribunJatim.com/Melia Luthfi Husnika)

Baca juga: Update Korban Tewas Ambruknya Ponpes Al-Khoziny Kini Total Jadi 13 Santri, 3 Ditemukan Bersamaan

Menurutnya, peristiwa tragis itu harus menjadi pelajaran penting bagi seluruh pesantren di Indonesia untuk selalu memperhatikan aspek keselamatan konstruksi.

“Ada hikmah bahwa saat membangun secara internal, harus mengedepankan hal-hal yang prinsip, termasuk konstruksinya demi keamanan santri,” pungkasnya penuh makna.

Pernyataan itu sekaligus menjadi penegasan bahwa pembangunan fasilitas pesantren tidak hanya soal memperluas sarana, tapi juga menjaga keselamatan dan kesejahteraan para santrinya.

Dengan demikian, semangat gotong royong dan profesionalitas dapat berjalan seimbang demi kemajuan pesantren dan keselamatan semua pihak yang terlibat.

Sementara itu, runtuhnya bangunan di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9/2025), menjadi perhatian nasional.

Namun, di tengah sorotan publik dan desakan kepada Tim SAR untuk bertindak cepat, muncul pertanyaan kritis di media sosial: mengapa tim evakuasi tidak menggunakan crane atau alat berat untuk memindahkan puing-puing beton agar prosesnya lebih cepat?

Jawabannya ada pada ilmu penanganan bencana, yang memisahkan antara efisiensi konstruksi dan kehati-hatian penyelamatan jiwa.

Dalam operasi pencarian dan penyelamatan atau Search and Rescue (SAR), kecepatan harus tunduk pada stabilitas dan keselamatan, sebuah prinsip yang sepenuhnya berada di bawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Taufik Widjojono, menuturkan, Tim SAR tidak bisa sembarangan mengerahkan alat berat karena tipologi keruntuhan di pesantren tersebut bukan keruntuhan biasa.

Berdasarkan analisis awal, bangunan mengalami jenis keruntuhan "Pancake Collapse".

Dalam keruntuhan pancake material saling tumpang tindih.

"Material bangunan jatuh dan menumpuk satu sama lain, membentuk lapisan-lapisan seperti tumpukan panekuk," urai Taufik, Sabtu (4/10/2025), dikutip dari Kompas.com.

Tumpukan ini bersifat sangat tidak stabil (sentilat).

Setiap pergerakan, sekecil apa pun (seperti getaran alat berat), dikhawatirkan akan memicu runtuhan susulan yang jauh lebih fatal.

Penggunaan crane atau alat berat untuk mengangkat beton secara cepat dalam kondisi ini justru berisiko memicu pergerakan material besar yang akan menghimpit dan membahayakan jiwa korban yang masih tertimbun hidup-hidup.

Taufik menegaskan penggunaan alat berat mengandung risiko, korban reruntuhan semakin terhimpit dan penggunaan alat berat berpotensi membahayakan jiwa.

"Jadi perlu kehati-hatian," imbuhnya.

Menurut Taufik, meskipun Kementerian Pekerjaan Umum (PU) telah mengerahkan bantuan secara cepat berupa sejumlah alat berat, namun sesuai dengan Undang-Undang (UU) Penanggulangan Bencana Nomor 24 Tahun 2007 dan aturan turunannya (termasuk Perpres 29 Tahun 2021, komando di lapangan adalah BNPB.

BNPB merupakan pemegang kendali penuh dan koordinator penanganan bencana.

"Jadi, meskipun ambruknya gedung ini berstatus kecelakaan konstruksi, tingginya jumlah korban dan dampak persepsi kepada publik membuat BNPB mengambil alih komando," tegas Taufik.

Taufik menjelaskan, Prosedur Operasi Standar (SOP) yang diterapkan BNPB dan tim SAR harus diikuti petugas gabungan lain yang dikerahkan, termasuk operator alat berat, yang pada prinsipnya menitikberatkan dua hal:

  • Menjaga Stabilitas dan Golden Time

Sebelum pemindahan material dilakukan, petugas wajib memasang penopang (shoring) untuk menyetabilkan material-material bangunan yang tumpang tindih.

Evakuasi material dilakukan secara perlahan dan terus-menerus dengan sistem shifting atau rolling petugas untuk mengejar "Golden Time", periode emas di mana kemungkinan korban masih hidup sangat tinggi.

  • Peralatan Khusus dan Batasan Alat Berat

Proses evakuasi harus dilakukan dengan alat-alat khusus, seperti alat pemotong material dan alat pengangkat khusus, bukan alat berat biasa yang memiliki getaran dan beban tak terkontrol.

Penggunaan alat berat hanya diperbolehkan jika keselamatan korban tertimbun sudah terjamin (misalnya, setelah lokasi korban diisolasi dan diamankan).

Selain itu, jika status korban sudah dipastikan meninggal dunia, yang berarti risiko runtuhan susulan tidak lagi mengancam penyelamatan jiwa.

Dengan demikian, keputusan untuk tidak menggunakan crane raksasa di reruntuhan Ponpes Al Khoziny adalah keputusan yang bijaksana, didasarkan pada perhitungan risiko yang sangat tinggi.

"Itu adalah pertimbangan antara menyelamatkan beberapa nyawa dengan prosedur yang lambat namun aman, melawan risiko membunuh korban dengan kecepatan alat berat," tuntas Taufik.

(TribunNewsmaker.com/ TribunJatim)

Tags:
Pondok PesantrensantribangunanKediri
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved