Soal Banjir di Jakarta, Rocky Gerung: Seharusnya yang Didemo Presiden Jokowi, Bukan Anies Baswedan
Rocky Gerung tanggapi tindakan Jokowi yang mempromosikan video ibu kota baru, sebut seharusnya banjir di Jakarta diselesaikan dulu.
Penulis: Irsan Yamananda
Editor: Listusista Anggeng Rasmi
ia juga menyoroti soal petinggi negara lain yang mendukung langkah Jokowi ini.
"Semua orang akan mengiyakan, oke kita bantu soal MOU atau segala macam. Tapi juga Sri Mulyani bilang paling tidak 20 persen masih pakai APBN, sekarang problem-nya dapat dari mana?" ujarnya.
Menurut Rocky, pencitraan pemindahan ibu kota itu akan dimaksimalkan dari Presiden.
Selain itu, tambahnya, Presiden akan terus mencari momentum untuk menghipnotis publik supaya percaya padanya, termasuk banjir di Jakarta.
"Tapi orang yang berakal sehat tahu bahwa 'Iya pindahin ibu kota, banjir tetap di Jakarta, 'kan?', 'kan problem-nya atasi banjir di Jakarta," ungkap Rocky.
Rocky sendiri tidak mempersalahkan soal Jokowi yang memindahkan ibu kota ke Kalimantan.
"Tapi kalau bilang (memindahkan ibu kota) karena banjir, kan mestinya banjirnya diselesaikan dulu," jelasnya.
"Supaya ada alasan 'Oke saya akan tinggalkan Jakarta dalam keadaan aman, tentram, gak ada banjir. Karena itu, saya pamit ya. Anda bahagia di Jakarta, saya bahagia di Kalimantan' gitu, 'kan?" terang Rocky.
• Sebut 100 Hari Pemerintahan Jokowi Kebohongan Baru, Rocky Gerung Singgung Ucapan Yasonna Laoly
Rocky menilai hal itu malah dimanipulasi Jokowi seakan-akan banjir merupakan penyebab pindahnya ibu kota.
Menurutnya, masyarakat tak bisa menagih soal banjir pada Anies Baswedan.
Mengingat, Jokowi pernah berjanji akan atasi banjir jika sudah jadi Presiden Indonesia.
"Jadi yang mesti didemo seharusnya adalah Presiden, bukan Anies, karena yang ingkar janji Presiden," ungkap Rocky.
Ia menambahkan, urusan pindah ibu kota itu sebenarnya tidak ada hubungannya dengan banjir Jakarta.
Rocky lalu membandingkan program pemindahan ibu kota ini dengan Meikarta yang dulu sempar ramai dibahas.
"Meikarta gagal pemasaran dia akan bilang, 'Yaudahlah memang nasib karena daya beli kurang', tapi kalau ibu kota gagal itu artinya Presiden tidak akan punya legacy apapun untuk dia pamerkan pada sejarah," jelasnya.