Breaking News:

POPULER Prediksi Para Pakar Terkait Puncak Corona di Indonesia, dari Sejumlah Universitas Hingga BIN

Berikut prediksi sejumlah pakar terkait puncak corona di Indonesia, mulai BIN hingga sejumlah universitas di Tanah Air.

Penulis: Irsan Yamananda
Editor: Talitha Desena
Kolase TribunNewsmaker- Shutterstock dan freepik
Covid-19 atau Virus Corona. 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Penyakit corona atau covid-19 hingga saat ini masih menjadi perhatian warga dunia, termasuk Indonesia.

Sejumlah kebijakan pun diterapkan oleh pemerintah Indonesia guna memutus rantai penyebaran wabah yang telah menjadi pandemi ini.

Pada awal bulan Maret lalu, Presiden Jokowi mengimbau pada masyarakat untuk melakukan physical distancing.

"Belajar di rumah, bekerja di rumah, dan beribadah di rumah," ujar orang nomor satu di Indonesia tersebut.

Merasa imbauan itu tak cukup, pemerintah lalu mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Sejumlah daerah sudah mulai mengajukan PSBB ke pemerintah pusat.

 Tingkat Kematian Corona 6 Kali Lebih Rendah di Negara Pemakai Vaksin BCG, Apa Itu? Ini Penjelasannya

 VIRAL Kisah Pilu Dokter Terinfeksi Virus Corona, Sebelum Meninggal Sempat Kirim Pesan ke Putrinya

 Kena Dampak Corona, 6 Artis Ini Pusing Bayar Gaji Karyawan, Omset Terus Menurun Hingga PHK Pegawai

Jokowi
Jokowi (TribunNewsmaker.com Kolase/ TRIBUNNEWS/HERUDIN/Shutterstock)

Sementara ibu kota Indonesia, DKI Jakarta, sudah mulai menerapkan PSBB sejak hari Jumat 10 April 2020 lalu.

Hingga Kamis, 16 April 2020 sendiri, jumlah pasien positif corona di Indonesia sudah mencapai angka 5.516 orang.

Sayangnya, hingga saat ini puncak bahkan akhir pandemi Covid-19 di Indonesia masih sangat samar.

Untuk itu, sejumlah pakar mulai memprediksi kapan wabah ini akan berakhir di Indonesia. Simak langsung ulasannya berikut ini:

1. Ikatan Alumni Departemen Matematika Universitas Indonesia

Organisasi yang juga disebut Ilunimathui tersebut menggunakan model yang dibuat oleh Barry Mikhael Cavin, Rahmat Al Kafi, Yoshua Yonatan Hamonangan, dan Imanuel M Rustijono.

Sementara data yang digunakan untuk simulasi adalah data kasus kumulatif dari 2-29 Maret 2020 yang dipublikasikan oleh situs kawalcovid19.id.

 39 TKA China Masuk ke Indonesia di Tengah Pandemi Corona, Dinas Tenaga Kerja: Izin Tak Lengkap

 BAGAIMANA 300 Siswa Sekolah Polisi Sukabumi Terdeteksi Corona? Terungkap Penyebabnya, Berawal Sini

 Profil Andrew Jack, Aktor Star Wars yang Meninggal setelah Positif Corona Covid-19

Model yang digunakan merupakan beberapa kuantitas pada model SIRU."

"Yakni Infected dan Unreported case.

“Kami harus menghitung angka yang bukan hanya positif corona (infected) tapi juga unreported."

"Kami meyakini banyak orang yang terinfeksi namun tidak menunjukkan gejala."

"Di Indonesia berdasarkan hitungan kami, kasus unreported lebih banyak dibanding infected,” tutur Imanuel Manginsela Rustijono selaku Wakil Ketua ILUNI Matematika UI kepada Kompas.com, Rabu (1/4/2020).

 Positif Corona, Wanita Ini Nekat Kabur & Lempari Petugas dengan Batu, Ternyata Idap Penyakit Serius

 Ganjar Pranowo Minta Warga Tak Tolak Jenazah Pasien Virus Corona: Yang Penting Jangan Ikut Melayat

Banyaknya kasus positif baru dan banyaknya penambahan orang terinfeksi per hari

Perhitungan yang dilakukan para peneliti merujuk pada fungsi laju antarmanusia.

Tiga skenario dibuat berdasarkan kebijakan signifikan dan tegas dalam mengurangi interaksi antarmanusia, seperti kebijakan Work from Home dan physical distancing.

Skenario 1

Skenario 1 berlaku apabila per 1 April 2020, tidak ada kebijakan signifikan dan tegas dalam mengurangi interaksi antarmanusia. Kegiatan berjalan seperti biasa tanpa ada langkah pencegahan.

Skenario 1 berlaku apabila per 1 April 2020, tidak ada kebijakan signifikan dan tegas dalam mengurangi interaksi antarmanusia. 

Dengan skenario ini diperkirakan puncak pandemi akan terjadi pada 4 Juni 2020, dengan 11.318 kasus baru dan akumulasi kasus positif mencapai angka ratusan ribu.

Pandemi diperkirakan mereda pada akhir Agustus – awal September 2020.

Skenario 2

Skenario 2 berlaku apabila per 1 April 2020, kebijakan sudah ada namun kurang tegas dan kurang strategis dalam mengurangi interaksi antarmanusia.

“Sepertinya skenario ini yang paling mungkin terjadi jika kondisi saat ini dilanjutkan."

"Juga, masyarakat tidak disiplin mengimplementasikan physical distancing,” tutur Imanuel.

Skenario 2 berlaku apabila per 1 April 2020, kebijakan sudah ada namun kurang tegas dan kurang strategis dalam mengurangi interaksi antarmanusia.

Dengan skenario ini diperkirakan puncak pandemic akan terjadi pada 2 Mei 2020 dengan 1.490 kasus baru dan akumulasi kasus positif mencapai 60.000 kasus.

Pandemi diperkirakan mereda pada akhir Juni – awal Juli 2020.

Skenario 3

Skenario 3 berlaku apabila per 1 April 2020, diberlakukan kebijakan yang tegas dan strategis dalam mengurangi interaksi antarmanusia.

 Fakta Wanita Positif Corona Kabur Saat Isolasi Mandiri, Diduga Gangguan Jiwa, Petugas Dilempari Batu

 Dikarantina karena Positif Corona, Pangeran Charles Justru Sambut Tamu Istimewa Ini

 Ruben Onsu Nangis Lihat Video Anak 4 Tahun Dijemput Ambulans Diduga Corona, Tak Kuat Dengar Kata Ini

Masyarakat disiplin mengimplementasikan physical distancing.

Dengan skenario ini, puncak pandemi diperkirakan terjadi pada 16 April 2020 dengan 546 kasus baru dan akumulasi kasus positif mencapai 17.000 kasus.

Skenario 3 berlaku apabila per 1 April 2020, diberlakukan kebijakan yang tegas dan strategis dalam mengurangi interaksi antarmanusia. Masyarakat disiplin mengimplementasikan physical distancing. 

Pandemi diperkirakan mereda pada akhir Mei – awal Juni 2020.

Pentingnya kebijakan strategis dari pemerintah

Imanuel menuturkan skenario 2 adalah kemungkinan paling masuk akal saat ini.

Namun, belum terlambat untuk mengimplementasikan skenario 3 atau skenario terbaik.

“Kalau ingin skenario terbaik, kebijakan strategis dari pemerintah dan kedisiplinan masyarakat dalam mengimplementasikan physical distancing harus dilakukan mulai hari ini, 1 April,” papar Imanuel.

Berdasarkan data, 1 orang positif Covid-19 bisa menularkan penyakit ini pada 2-3 orang baru.

Dengan jumlah penduduk terinfeksi mencapai ribuan orang, angkanya akan terus meningkat jika implementasi physical distancing tidak dilakukan.

Bentuk intervensi pemerintah yang bisa dilakukan seperti menutup tempat hiburan, memberlakukan Work from Home (WFH) turut berkontribusi dalam mengurangi laju interaksi antarmanusia.

“Per hari ini diharapkan lebih ketat lagi kebijakannya. Misal larangan mudik, dan masyarakat bisa lebih disiplin dalam physical distancing,” tambahnya. 

2. Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Salah satu pakar epidemiologi UI, Pandu Riono, memprediksi puncak pandemi Covid-19.

Menurut dia, puncak pandemi kemungkinan terjadi pada pertengahan Mei 2020.

"Pertengahan bulan Mei sudah meningkat drastis, itu hariannya ya," ujar Pandu.

"Jadi di saat itulah, kalau enggak ada mudik. Kalau ada mudik itu agak meningkat drastis lagi pas Lebaran," kata dia.

Pandu mengatakan, pemerintah harus menekan jumlah pasien terinfeksi pada puncak pandemi, salah satu caranya dengan memperlambat capaian puncak pandemi Covid-19.

Menurut Pandu, pelambatan puncak pandemi jika dibarengi dengan kebijakan pencegahan yang baik akan bisa menekan jumlah penambahan kasus di puncak masa pandemi.

Kebijakan yang dimaksud Pandu adalah melakukan tes massal dengan lebih masif dan meluas, serta pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan lebih baik.

"Kalau penularan menurun itu artinya yang tadinya diharapkan puncaknya bulan Mei mungkin bisa bulan Juni karena ada slowing down," kata dia.

Pelambatan puncak pandemi ini, menurut Pandu, berkaitan dengan teori flattening the curve atau pelandaian kurva kasus pasien terinfeksi.

Ia mengatakan, jika jumlah kasus terus menurun karena kebijakan pemerintah, akan mempermudah rumah sakit menampung pasien Covid-19 dengan lebih maksimal.

Dengan demikian, lanjut Pandu, penanganan Covid-19 menjadi lebih baik dan jumlah pasien terinfeksi saat puncak pandemi tidak terlalu tinggi.

"Jadi kita punya dua tujuan merendahkan jumlah kasus jadi puncaknya tidak tinggi dan juga terjadinya kasusnya yang lebih rendah itu tidak lebih cepat jadi lebih lambat," ujar Pandu.

3. Badan Intelijen Negara 

Perhitungan tersebut disampaikan Deputi V BIN Afini Noer berdasarkan hasil simulasi permodelan pemerintah terhadap data pasien Covid-19.

Ia mengatakan, masa puncak penyebaran virus corona kemungkinan terjadi dalam 60–80 hari setelah kasus pertama terkonfirmasi.

BIN memperkirakan puncak akan terjadi pada Juli 2020.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo.

Doni menyebutkan, perhitungan puncak pada Juli didasarkan data dari Badan Intelijen Negara (BIN).

Berdasarkan data BIN tersebut, diperkirakan pada Juli 2020, penyebaran Covid-19 di Tanah Air akan mencapai 106.287 kasus.

 Sebut Penanganan Corona Indonesia Buruk, Pelatih Timnas: Hanya 10% yang Gunakan Masker di Jalan

 Hati-Hati! Sudah Jaga Jarak & Cuci Tangan, 2 Keluarga Ini Tetap Tertular Corona Gara-gara Benda Ini

Merujuk data perkiraan tersebut, kasus Covid-19 akan mengalami peningkatan dari akhir Maret sebanyak 1.577 kasus, akhir April sebanyak 27.307 kasus, 95.451 kasus di akhir Mei dan 105.765 kasus di akhir Juni.

4. Institut Teknologi Bandung

Pada 19 Maret 2020, ITB melakukan simulasi dan permodelan sederhana yang memprediksi mengenai puncak kasus harian.

Puncak tersebut diperkirakan akan berakhir pertengahan April 2020.

Saat itu, pandemi diperkirakan berakhir saat kasus harian berada di angka 600 pasien.

Perhitungan dilakukan dengan perhitungan sederhana menggunakan model Richard’s Curve.

Namun, pada 23 Maret 2020, ITB melakukan revisi lantaran data masukan yang digunakan sebelumnya terjadi perubahan.

Dari revisi yang dilakukan waktu estimasi titik puncak penyebaran yang dilakukan ITB berubah menjadi sekitar akhir Mei atau awal Juni 2020.

5. Pemda DIY

Para peneliti dari Pemerintah Daeah Yogyakarta pada 24 Maret 2020 juga merilis perkiraan puncak penyebaran virus corona di Indonesia.

Perkiraan tersebut dibuat berdasarkan referensi pola global dan lokal.

Penelitian tersebut memprediksi, puncak penyebaran akan terjadi antara 70 hingga 100 hari. Artinya sekitar 12 Mei hingga 12 Juni 2020.

Adapun jumlah kasus diperkirakan tak kurang dari 10.000 kasus.

Dari perhitungan tersebut, periode kritis diduga akan muncul rentang 40 hingga 60 hari. Saat itu, angka pertumbuhan harian diprediksi meningkat drastis.

Sementara estimasi pemulihan nasional diperkirakan kisaran 120 hingga 150 hari dari kasus pertama ditemukan. 

(TribunNewsmaker/ Irsan Yamananda)

dan di Tribunnews.com Prediksi Para Pakar Terkait Puncak Wabah Corona di Indonesia, dari BIN hingga Universitas Tanah Air

Tags:
virus coronaCovid-19IndonesiaPSBBUniversitas IndonesiaBadan Intelijen Negara
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved