Bupati Wonogiri Tak Tolak Pemudik, Sebut Tingkat Kesembuhan Corona 94%: Mereka Manusia Bukan Kerbau
Bupati Wonogiri tak akan tolak pemudik dari zona merah: Mereka manusia bukan kerbau.
Editor: Irsan Yamananda
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Maklumat larangan mudik di tahun ini resmi dikeluarkan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Larangan tersebut Jokowi sampaikan dalam rapat terbatas yang digelar Selasa (21/4/2020).
Menurut Pelaksana Tugas Menteri Perhubungan (Plt Menhub) Luhut Binsar Pandjaitan, aturannya bakal dikebut sehingga bisa selesai dan berlaku pada 24 April 2020.
"Larangan mudik efektif terhitung Jumat, 24 april 2020. Ada sanksi-sanksinya tapi sanksi efektif 7 Mei," kata Luhut seperti dikutip dari Kompas.com.
• Walau Jokowi Sudah Umumkan Larangan Mudik, 600 Ribu Warga Jateng Terlanjur Pulang dari Jabodetabek
• VIRAL Video Pemudik dari Jakarta Tiba-tiba Jatuh & Sesak Napas di Pinggir Jalan, Berikut Faktanya
• Mudik Dilarang, Selain Diminta Putar Balik, Warga Bandel Bisa Didenda Rp 100 Juta Jika Lakukan Ini

Hasilnya, beberapa pemerintah daerah menyikapi penolakan hingga penghalauan perantau yang nekat mudik di tengah pandemi Covid-19.
Mengenai hal ini, Bupati Wonogiri Joko Sutopo mempunyai pendapat berbeda.
Di Wonogiri, perantau yang mudik tetap diterima dengan syarat mengikuti persyaratan protokol kesehatan.
Sang bupati mengaku tak akan menolak dan menghalau para perantau dari zona merah yang nekat mudik ke Wonogiri.
• VIRAL! Hindari Razia Mudik, Perantau dari Ciledug Nekat Sembunyi di Bagasi Kolong Bus, Ini Faktanya
• Dilarang Mudik, Viral Foto Warga di Cileduk Nekat & Sembunyi di Bagasi Bus, Takut Razia
• 2 Hari Dikarantina di Rumah Angker, Pemudik di Sragen Tak Kuat Lalu Nangis-nangis Minta Pulang
Pasalnya, rata-rata warga yang nekat mudik ke kampung halaman lantaran di tanah perantauan tidak memiliki pekerjaan lagi.
“Kami tidak akan mungkin menolak dan menghalau pemudik."
"Kalau kami tolak dan halau mereka mau dikemanakan."
"Mereka itu bukan kerbau. Yang di dalam bus itu bukan kerbau tetapi manusia,” ujar Joko Sutopo yang akrab disapa Jekek kepada Kompas.com, Senin (27/4/2020) sore.
Bagi Jekek, penerapan kebijakan penolakan warga yang mudik tidaklah tepat.
Untuk itu, bila ditemukan pemudik terindikasi sebagai pembawa Covid-19 maka pemerintah harus hadir dengan menangani sesuai protokol kesehatan bukan dilakukan penolakan.
“Apakah mereka (pemudik) itu bukan sesuatu yang berharga dan harus dilindungi,” kata Jekek.
Menurut Jekek, pemerintah harus memiliki peran lebih dalam menangani perantau yang nekat mudik.
Tetapi tidak menggunakan cara penolakan dan penghalauan perantau saat tiba diperbatasan dareah.
“Kalau pemudik yang sampai Wonogiri berarti ada yang tidak optimal."
"Faktanya ada bus yang bisa masuk bawa penumpang.” kata Jekek.
• POPULER - Viral, Takut Virus Corona, Bapak Tutup Pagar saat Anaknya Mudik, Ini Fakta di Baliknya
• VIRAL Orang Tua Tolak Anak Mudik karena Takut Virus Corona, Terungkap Fakta Sebenarnya, Settingan?
• Tak Tertib, 3 Pemudik Asal Sragen Dikarantina di Rumah Hantu, Nangis Ketakutan & Minta Dipulangkan
Jekek mempertanyakan keseriusan pemerintah daerah yang menerapkan PSBB sehingga para perantau tetap masih bisa mudik ke Wonogiri.
Kondisi itu menunjukkan di daerah yang menerapkan PSBB terdapat kebocoran-kebocoran sehingga warga bisa tetap mudik.
“Bisa jadi PSBB tidak efektif pelaksanaannya,” kata Jekek.
Bagi Jekek penerapan kebijakan penghalauan atau membalikkan pemudik ke daerah asal merantau bukan penyelesaian yang tepat.
Apalagi, saat dihalau kondisi para pemudik rata-rata kehilangan pekerjaan di daerah zona merah.
“Pertama mereka banyak yang tidak memiliki pekerjaan lagi di daerah perantauan."
"Selain itu mereka juga dalam status ketidakpastian di zona merah. Dan kalau terjadi apa-apa siapa yang bertanggung jawab,” ucap Jekek.
Bila pemudik dianggap sebagai pembawa Covid-19 semestinya mereka dikarantina di rumah sakit hingga 14 hari.
Dengan demikian pemutusan mata rantai Covid-19 dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.
Bagi warga yang nekat mudik ke Wonogiri, Jekek memiliki cara tersendiri untuk pengawasannya.
Setiap pemudik dari zona merah wajib mengikuti pengecekan suhu badan dan pemeriksaan klinis.
• Tak Tertib, 3 Pemudik Asal Sragen Dikarantina di Rumah Hantu, Nangis Ketakutan & Minta Dipulangkan
• VIRAL Video Pemudik dari Jakarta Tiba-tiba Jatuh & Sesak Napas di Pinggir Jalan, Berikut Faktanya
• Mudik Dilarang, Selain Diminta Putar Balik, Warga Bandel Bisa Didenda Rp 100 Juta Jika Lakukan Ini
“Kalau mengalami gejala klinis Covid-19 ya langsung kami bawa ke rumah sakit,” ungkap Jekek.
Jekek menambahkan siapapun yang mudik ke Wonogiri akan tetap diterima.
Bila mengalami gangguan kesehatan pemudik akan dirawat dengan dibiayai anggaran dari Pemkab Wonogiri.
“Secara medis bisa ditangani. Bahkan tingkat kesembuhannya bisa 94 persen. Lalu kenapa semuanya menjadi paranoid,” jelas Jekek.
Tentang perantau yang mudik ke Wonogiri, Jekek menjelaskan, dalam sepekan terakhir mengalami penurunan.
Kendati demikian, timnya tetap bersigap di terminal untuk pengecekan kesehatan para pemudik yang datang dari zona merah. (TribunNewsmaker/ *)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tak Akan Tolak Pemudik, Bupati Wonogiri: Mereka Manusia Bukan Kerbau".
BACA JUGA : di Tribunnews.com dengan judul Bupati Wonogiri Tak Tolak Pemudik, Ungkap Tingkat Kesembuhan Corona 94%: Mereka Manusia Bukan Kerbau.