VIRAL Dukhan & Dentuman di Pertengahan Ramadhan, MUI Sebut Dasar Hadisnya Lemah atau Bahkan Palsu
Terkait kabar viral soal dukhan dan dentuman di pertengahan bulan Ramadhan, MUI sebut dasar hadisnya lemah atau bahkan palsu.
Editor: Irsan Yamananda
Menurutnya, hari kiamat adalah sesuatu yang gaib dan hanya diketahui oleh Allah SWT.
"Jadi dalam hal ini sikap kita yang bagus adalah mari kita urusi apa yang menjadi tugas dan urusan kita dan jangan kita urusi apa yang menjadi urusan Allah."
"Kiamat itu adalah urusan Allah," jelas dia.
Sejalan dengan Anwar, Ketua MUI Sumatera Barat Gusrizal Gazahar membenarkan bahwa salah satu tanda hari kiamat adalah munculnya dukhan.
Menurutnya, dalam menafsirkan dukhan ini juga beragam.
Di antara ulama ada yang mengatakan asap, ada juga yang mengatakan debu.
Namun, hal yang perlu digarisbawahi adalah tak ada satu pun riwayat sahih yang menentukan kapan waktu kemunculan dukhan itu.
Mengenai narasi yang beredar di media sosial, Gusrizal mengatakan, hal itu merujuk pada hadis yang menyebutkan adanya shaihah, yaitu dentuman atau gemuruh yang terjadi di pertengahan Ramadhan.
"Hadis itu sudah dibicarakan lama oleh ulama dan sudah dikaji dari sisi ilmu hadis serta telah dibahas oleh seperti Imam Ibn Jauzi, ibn Hibban dan lain-lain," kata Gusrizal saat dihubungi Kompas.com, Kamis (7/5/2020).
Akan tetapi, hadis itu menurut Gusrizal tidak ada asalnya dari Nabi SAW, tapi justru dijadikan sebagai rujukan.
• 6 FAKTA Jang Hansol, YouTuber Korea Bongkar Skandal Jenazah WNI Dibuang Ke Laut, Video Ketemu Jokowi
• 5 Fakta Penangkapan Roy Kiyoshi Atas Kasus Narkoba, Wajah Dibilang Berubah & Pernah Terawang Ini
• Tak Tersorot, Ini Fakta Saputri Istri Pertama Didi Kempot, Rajin Wirid, Dihadiahi Masjid di Ngawi
Konsep keimanan

Gusrizal mengatakan, dasar dari prediksi itu sudah tidak benar karena kategori hadisnya adalah dhoif jiddan (sangat lemah).
Bahkan banyak ulama yang menyebutkan hadis itu maudlu' (palsu).
"Jelas dalam perkara keimanan hal seperti itu tidak bisa dijadikan sebagai landasan," jelas dia.
Oleh karena itu, Gusrizal menyebut bahwa narasi yang beredar adalah dua hal yang berbeda.