Muncul di Publik Sambil Menangis, Sarah Keihl Ungkap Chat yang Beredar Soal Settingan adalah Hoaks
Sarah Keihl muncul di hadapan publik didampingi dr.Tirta, ungkap chat yang beredar mengenai engagement adalah palsu alias hoaks
Penulis: Talitha Desena Darenti
Editor: Irsan Yamananda
"Di sini saya berbesar hati untuk memaafkan dan semoga kalian juga mau memaafkan saya,".
"Saya tahu cara yang saya lakukan ini salah, dan ketika saya mengunggah video itu langsung saya take down karena orangtua saya pun memaki-maki saya,".
"Saya tahu walau niat saya baik jika caranya salah, akan tetap menjadi salah. Di hari lebaran ini saya meminta maaf kepada warga Indonesia atas kegaduhan yang saya sebabkan, semoga bisa dimaafkan,"
Dianggap Melanggar Norma Masyarakat
Dosen Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Dra. Sri Kusumo Habsari, M.Hum.,Ph.D. menganggap apa yang dilakukan Sarah semata hanya untuk mencari ketenaran atau mengejar viral.

Habsari yang merupakan seorang feminis menyebut status Sarah sebagai influencer atau pegiat media sosial menjadi alasan utamanya untuk membuat sensasi lelang keperawanan.
Menurut Habsari, Sarah menyadari bahwa citra negatif di mata masyarakat Indonesia tak akan melekat lama.
Masyarakat Indonesia akan mudah lupa mengenai sensasi yang dibuat Sarah, sehingga nantinya martabat atau kehormatan yang tercoreng seolah bukan menjadi masalah.
"Sebagai seorang yang sangat akrab dengan media sosial, dia tahu kalau masyarakat Indonesia mengidap amnesia dalam hal pemberitaan," ujar Habsari kepada Tribunnews.com, Kamis (21/5/2020).
"Seseorang tidak perlu menjaga martabat maupun kehormatannya karena masyarakat mudah mengutuk dan kemudian berubah menjadi memuja," sambungnya.
Dari kacamata seorang feminis, melelang keperawanan adalah hak seorang wanita.
Namun, lelang keperawanan yang Sarah klaim sebagai candaan ini sudah melanggar norma sosial di masyarakat.
Sedangkan sebuah candaan tak pantas untuk disebut sebagai candaan jika sudah melanggar norma.

"Bagi seorang feminis, meskipun melelang keperawanan adalah hak dia, tetapi secara nilai budaya melanggar norma masyarakat," paparnya.
Candaan Sarah ini jelas bertentangan dengan prinsip kaum feminis.