Breaking News:

Pilunya Pedagang Asongan, Penghasilan Turun Drastis Hingga 50 Ribu, Sebelumnya Bisa Sampai 700 Ribu

Pedagang asongan di kawasan wisata Pantai Kuta Mandalika harus mengalami penurunan pemasukan yang drastis, sampai 'hanya' dapat 50 ribu sehari

Editor: Talitha Desena
KOMPAS.COM/IDHAM KHALID
Pedagang Asongan 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Himbauan dilarang mudik membuat sejumlah masyarakat jadi merana.

Terutama para pedagang yang bergantung dengan adanya turis di kawasan wisata.

Simak salah satu kisah pilunya!

Pedagang asongan di kawasan wisata Pantai Kuta Mandalika harus mengalami penurunan pemasukan yang drastis, sampai 'hanya' dapat 50 ribu sehari.

Seperti yang diketahui, masyarakat Muslim baru saja merayakan hari lebaran atau Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1441 H jatuh pada 24 Mei 2020.

Sedikit berbeda, Hari Raya Idul Fitri 2020 dirayakan di tengah pandemi virus Corona.

Curhat Via Vallen Saat Adik Dinyatakan Positif Corona, Didatangi Satpol PP Hingga Disindir Tetangga

Panduan Lengkap New Normal Sistem Belajar di Sekolah di Tengah Pandemi, Hindari Tertular Corona

Ilustrasi mudik pakai ambulans
Ilustrasi mudik pakai ambulans (Tribun Jabar)

Masyarakat disarankan melaksanakan sholat Ied di rumah.

Selain itu, masyarakat dihimbau tidak mudik dan menghindari kerumunan.

Maka, tempat wisata otomatis menjadi sepi.

Lebaran yang biasanya menjadi berkah bagi pedagang asongan di tempat wisata kini menjadi cobaan.

Riam, salah satu pedagang asongan di kawasan wisata Pantai Kuta, Lombok tengah, harus gigit jari.

Tak ada rombongan keluarga yang menghabiskan waktu liburan Lebaran di kawasan pantai yang merupakan salah satu tempat wisata di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika itu.

Hal itu terjadi karena pandemi virus corona baru atau Covid-19.

"Lebaran dulu dapat Rp 500.000 sampai Rp 700.000, sekarang dapat cuma Rp 50.000 sehari," kata Riam saat ditemui di kawasan Pantai Kuta Mandalika, Senin (25/5/2020).

Riam terlihat lebih banyak diam dan duduk di lapaknya.

Tak banyak wisatawan yang mampir untuk membeli camilan atau minuman.

Padahal, dagangan Riam cukup lengkap.

Ia juga menjual nasi bungkus dan es kelapa muda.

"Ini kelapa muda belum ada satu pun yang beli, nasi bungkus juga tidak ada yang beli jadi saya makan sendiri saja ketimbang basi," kata Riam.

Riam sudah 25 tahun berjualan di kawasan itu.

Sembari memakai masker sesuai anjuran pemerintah, Riam menawarkan dagangannya kepada wisatawan asing yang melintas di kawasan wisata itu.

Ibu empat anak itu cukup lancar menggunakan bahasa Inggris.

Riam berharap pandemi virus corona baru atau Covid-19 segera berakhir.

Sehingga, kawasan wisata kembali ramai seperti biasa.

Baginya, kawasan wisata itu merupakan tempat mencari rezeki untuk menghidupi empat anaknya.

Sementara itu, Kepala Desa Kuta, Mirate mengatakan, lokasi wisata Pantai Kuta Mandalika tetap dibuka selama pandemi virus corona.

Pengunjung yang datang harus mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah.

"Pantai Kuta tetap dibuka, pengunjung harus memakai masker sesuai imbauan pemerintah," kata Mirate ketika dikonfirmasi terpisah.

Menurutnya, pengunjung kawasan Pantai Kuta Mandalika turun drastis sejak pandemi Covid-19

Namun, masih ada beberapa wisatawan asing yang mengunjungi kawasan wisata itu.

Mereka terjebak tak bisa kembali ke negara asal.

"Kuta tetap dibuka, karena wisatawan juga ada yang terjebak.

Jadi mereka dapat menikmati akses wisata," kata Mirate.

Ibu & Anak di Bali Sewa Ambulans untuk Mudik ke Jember

Seorang anak dan ibu di Tabanan, Bali nekat menyewa mobil ambulans untuk mudik ke Jember, Jawa Timur.

Untungnya, aksi tersebut berhasil dihentikan oleh pihak berwajib.

Peristiwa ini berawal dari panggilan telepon seorang perempuan yang meminta tolong untuk dijemput di depan klinik daerah Kediri Tabanan, Bali.

Hal itu dikatakan oleh Kasatlantas Polres Tabanan Iptu Ni Putu Wila Indrayani.

Wila mengatakan, informasi tersebut didapatkan dari keterangan sang sopir ambulans, I (30).

I menjelaskan, perempuan tersebut mengaku sakit tifus dan diminta diantar ke Jember.

 Kisah Korban PHK Mudik Jalan Kaki dari Jakarta ke Solo, Tetap Puasa, Dapat Berkah Ini di Perjalanan

 Pesan Kartika Putri untuk yang Masih Nekat Mudik, Istri Habib Usman Peringatkan dengan Logat Ngapak

 Tak Terima Dilarang Mudik karena Corona, Ibu di Purwakarta Bacok Anak Saat Tidur, Ini Kronologinya

Ilustrasi mudik pakai ambulans
Ilustrasi mudik pakai ambulans (Tribun Jabar)

Namun, berdasar hasil pemeriksaan laboratorium, perempuan tersebut ternyata sehat.

"Setelah dapat telepon, sopir ambulans itu langsung menjemput orang yang mengaku sakit tifus."

"Namun, hasil pemeriksaan laboratorium klinik di Tabanan menunjukkan bahwa orang tersebut dalam keadaan sehat," ujarnya saat dihubungi di Denpasar, Sabtu (23/5/2020), dikutip dari Kompas.com.

Wila lalu menceritakan kronologi peristiwa tersebut.

Menurutnya, mobil ambulans tersebut berhasil dihentikan di wilayah Selemandeg Barat, Tabanan, Bali, setelah sempat dikejar polisi. 

 Ngotot Ingin Pulang Rayakan Lebaran di Rumah, Pasien Corona di Pamekasan Ancam Bakal Bunuh Diri

 Cerita Personel Sheila on 7 di Tengah Pandemi Corona, Merasa Kehilangan hingga Pilih Tetap di Rumah

Setelah diperiksa, polisi hanya melihat seorang perempuan dan anaknya.

Lalu, sopir ambulans yang berinisial I, ternyata tidak bisa menunjukkan surat jalan ataupun surat rujukan pasien.

Selain itu, polisi juga tidak melihat tenaga medis dan peralatan kesehatan di ambulans tersebut.

Melihat kejanggalan tersebut, polisi akhirnya meminta ambulans tersebut putar balik.

Sempat ada penolakan, namun setelah dijelaskan terkait aturan mudik di masa pandemi corona, sopir dan penumpangnya bersedia menuruti permintaan polisi.    

"Diminta putar balik karena ambulans tidak dilengkapi surat rujukan dan kelengkapan surat keterangan jalan," ujarnya, Sabtu (23/5/2020) malam.

Sementara itu, menurut keterangan I (30), kejadian itu berawal saat dirinya dihubungi oleh seorang perempuan yang minta

Lalu, mobil ambulans yang diduga disewa oleh A adalah milik sebuah komunitas info warga Jember wilayah Bali. 

Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan Jabar, Hery Antasari, mengatakan pengawasan yang lebih ketat terhadap kendaraan-kendaraan yang mendapat dispensasi untuk beroperasi selama PSBB ini mereka lakukan bukan tanpa alasan.

Adanya pelarangan mudik dari pemerintah, ujar Kadishub, membuat modus-modus mudik menjadi tidak konvensional lagi.

 UPDATE Corona Dunia 24 Mei: Total 5,4 Juta Pasien, Amerika Serikat Was-was Nyaris Tembus 100 Ribu

 SIASAT Halal Bihalal Idul Fitri 2020 Saat Corona, Ini Panduan Video Conference Maupun Pesta Terbatas

Pemudik tak lagi nekat menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum secara terbuka.

"Tapi menggunakan kendaraan-kendaraan yang tak lazim dipakai penumpang, seperti kendaraan barang, bahkan ambulans."

"Namun, ada juga yang menggunakan fasilitas kendaraan pribadi yang memang si pengemudinya memiliki dispensasi karena bergerak di kegiatan yang dikecualikan."

"Modus-modus seperti ini memerlukan adanya pengamatan khusus dari petugas di lapangan," ujarnya di Gedung Sate, Selasa (5/5/2020).

"Kita sudah antisipasi."

"Kepolisian sudah sangat paham, kami sudah sangat paham."

"Banyak sekali modus-modus yang bisa kita identifikasi secara visual di lapangan dan tindakan apa yang akan dilakukan, yang sudah dilakukan, dan akan terus dilakukan."

"Ciri-cirinya mudah terlihat, tapi memang perlu waktu dan energi dari petugas di lapangan juga memperhatikan risiko (penyebaran Covid-19) saat berinteraksi dengan pemudik," ucap Hery.

Untuk mengantisipasi masih adanya warga yang memaksa mudik, Hery mengatakan, baik Kepolisian maupun petugas lapangan Dishub sudah sangat paham dan bisa melakukan identifikasi visual terhadap modus mudik yang tidak konvensional.

Di antaranya, dengan memakai ambulans dan kendaraan barang.

 BREAKING NEWS Ramai Tagar #IndonesiaTerserah, Dokter di Denpasar Terpapar Corona, Tertular Siapa?

 POPULER - Jejak Kota Tegal dalam Cegah Corona: Awalnya Umumkan Local Lockdown hingga Kini Tutup PSBB

 Keluarga PDP Corona Diminta Bayar Rp 3 Juta untuk Pemakaman Jenazah, Pihak RS Sebut Ada Salah Paham

Lalu, ada juga yang menggunakan kendaraan pribadi yang pengemudinya punya dispensasi untuk bergerak tapi ternyata digunakan mengangkut pemudik.

"Ciri-ciri itu mudah terlihat, tapi memang perlu waktu dan energi dari petugas di lapangan juga memperhatikan risiko (penyebaran COVID-19) saat berinteraksi dengan pemudik," ucap Hery.

"Yang pasti tindakan yang telah dan akan terus dilakukan adalah mengembalikan pemudik ke tempat asalnya. Hingga kemarin (4/5) kurang lebih ada 33 ribu yang sudah dikembalikan (diputar balik) ke tempat asal," katanya. 

(Tribunnewsmaker.com/*)

Sebagian artikel ini telah tayang di dengan judul "Lebaran Dulu Dapat Sampai Rp 700.000, Sekarang Cuma Rp 50.000 Sehari" dan di di Kompas.com dengan judul "Kronologi Ibu dan Anak Sewa Ambulans untuk Mudik dari Bali ke Jember".

Dan di Tribunnews.com, Kisah Pedagang Asongan, Karena Pandemi Penghasilan Turun Hingga 50 Ribu, Tadinya Sampai 700 Ribu

Sumber: Kompas.com
Tags:
virus coronaCovid-19Lebaranmudikpedagang
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved