Berhasil Menjaga Tetap Nol Kasus Kematian, Begini Strategi Vietnam hingga Sukses Tangani Covid-19
Vietnam menjadi salah satu negara yang mampu menjinakkan keganasan virus corona. Hingga kini masih nol kasus kematian.
Editor: Listusista Anggeng Rasmi
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Vietnam menjadi salah satu negara yang mampu menjinakkan keganasan virus corona.
Berbagai cara atau langkah telah dipersiapkan Vietnam dalam menghadapi Covid-19.
Pemerintahan Vietnam sudah mempersiapkannya jauh-jauh hari akan datangnya virus mematikan tersebut.
Karena persiapan yang dilakukan, virus corona pun tidak sampai mencabut nyawa warganya.
Saat negara-negara lain terus mencatatkan kasus kematian akibat Covid-19, Vietnam masih bertahan dengan 0 (nol) kasus kematian.
Jumlah kasus yang terkonfirmasi di negara itu pun relatif rendah.
• Kontroversi Herd Immunity, Klarifikasi dari Pemerintah Indonesia & Bantahan Tegas Jubir Covid-19
• TAK Habis Pikir! Vietnam Nol Kematian Pasien Corona Padahal Berbatasan dengan China, Ini Siasatnya

Jumlah kasus Covid-19 di negara itu hanya di ada di angka 328 kasus dan 279 di antaranya sudah dinyatakan sembuh.
Jumlah tersebut berdasarkan data dari Worldometer, Minggu (31/5/2020).
Padahal jika melihat secara geografis, wilayah negara ini berbatasan langsung dengan daratan China di bagian utara.
Tak hanya itu, negara berpenduduk 98 juta jiwa ini juga setiap tahunnya menerima jutaan pengunjung dari China.
Vietnam mampu menyembuhkan warganya yang terinfeksi virus corona.
Negara itu tercatat sebagai salah satu negara dengan penghasilan rendah dan memiliki sistem kesehatan yang tidak begitu baik dibandingkan negara di wilayah ASEAN misalnya.
Perbandingan dokter dan masyarakat di sana adalah 8:10.000 jiwa, ini adalah sepertiga dari rasio perbandingan yang sama di Korea Selatan.
Lalu apa sesungguhnya yang dilakukan pemerintah juga masyarakat Vietnam hingga mereka tidak memiliki satu pun kasus kematian yang terkait dengan Covid-19 sejak pertama hingga saat ini?
Melansir dari CNN, Sabtu (30/5/2020) Vietnam sempat melakukan penguncian secara nasional selama 3 minggu. Setelah itu, aturan social distancing ditarik pada akhir April.
Tidak ditemukan satu pun kasus infeksi lokal selama 40 hari, kegiatan bisnis dan sekolah dibuka kembali, kehidupan pun perlahan kembali normal.
Jumlah kasus yang tergolong rendah itu membuat banyak pihak memandang skeptis, apalagi dengan melihat kondisi negara tersebut.
Namun, salah satu dokter penyakit menular yang bertugas di salah satu rumah sakit utama untuk Covid-19 yang dibangun oleh Pemerintah Vietnam, Guy Thwaites menyebut data tersebut sesuai dengan apa yang ada di lapangan.
"Saya pergi ke bangsal setiap hari, saya tahu kasusnya, saya tahu di sana tidak ada kematian," kata Thwaites yang juga merupakan Kepala Unit Penelitian Klinis Oxford University di Ho Chi Minh City.
Dia menyebut, jika memang jumlahnya dipercaya lebih besar dari yang saat ini tercatat pasti dengan mudah pasien-pasien itu ditemukan di rumah sakit-rumah sakit.
Sigap sejak awal

Negara ini mulai bersiap menghadapi persebaran virus corona beberapa pekan sebelum kasus pertama terdeteksi di sana.
Padahal saat itu pihak China dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) masih menyebut penularan dari manusia ke manusia belum terbukti adanya.
Namun, Vietnam memilih untuk tidak mau ambil risiko dan tetap melakukan pencegahan sebisa yang mereka bisa upayakan.
Thwaites menyebut respons cepat ini yang membuat Vietnam berhasil.
• Vietnam Pakai Bilik Disinfeksi untuk Lawan Penyebaran Corona, Dalam 2 Minggu Tak Tercatat Kasus Baru
"Tindakan mereka di akhir Januari dan awal Februari jauh lebih cepat dari negara lain.
Dan itu sangat membantu mereka mempertahankan kontrol (terhadap wabah)," katanya.
Hal itu dibenarkan oleh Wakil Kepala Departemen Pengendalian Infeksi di National Institute of Hygiene and Epidemiology di Hanoi, Pham Quang Thai.
"Kami tidak hanya menunggu pedoman dari WHO, kami menggunakan data yang kami kumpulkan dari luar dan dalam negeri untuk memutuskan bertindak sejak awal," ungkap dia.
Sejak awal Januari pemindaian suhu tubuh pada setiap penumpang yang datang dari Wuhan telah diberlakukan di Bandara Internasional Hanoi.
Penumpang yang diketahui mengalami demam kemudian langsung di isolasi dan dipantau dengan cermat.
Memperketat perbatasan

Kemudian pada pertengahan Januari, Wakil Perdana Menteri Vietnam Vu Duc Dam telah memerintahkan kepada pemerintah untuk memberlakukan upaya pencegahan yang cukup ekstrem demi mencegah virus ini menyebar di wilayah negaranya.
Misalnya dengan mengetatkan karantina medis di daerah perbatasan, bandar udara, dan pelabuhan laut.
Hingga akhirnya pada 23 Januari 2020 untuk pertama kalinya Vietnam melaporkan dua kasus Covid-19 pertamanya.
Mereka adalah warga negara China yang tinggal di Vietnam dan ayahnya yang baru saja mengunjungi anaknya di Wuhan.
Tepat sehari setelahnya, seluruh penerbangan dari dan menuju Wuhan dihentikan tanpa kecuali.
Saat negara itu merayakan liburan Imlek, Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc mendeklarasikan perang terhadap virus corona.
"Perangi pandemi ini seperti memerangi musuh," kata dia pada 27 Januari 2020.
Tutup akses dengan China
Tiga hari setelah itu, bersamaan dengan WHO menetapkan wabah virus corona sebagai darurat kesehatan masyarakat, Phuc membentuk komite pengarah nasional untuk mengendalikan wabah di Vietnam.
Berlanjut pada 1 Februari 2020, Vietnam secara nasional telah mengumumkan wabah ini sebagai pandemi nasional, meski ketika itu hanya 6 kasus yang terkonfirmasi di wilayahnya.
Seluruh penerbangan ke dan dari China pun ditutup yang kemudian diikuti dengan tidak melayani penerbitan visa bagi warga negara China di keesokan harinya.
• Tanggapan Ahli Mengenai New Normal, Jika Dilaksanakan pada 1 Juni 2020 Dianggap Terlalu Dini?
Pada 12 Februari, Vietnam melakukan penguncian besar-besaran selama 20 hari akibat menemukan 7 kasus Covid-19, 10.000 orang di utara Hanoi mau tidak mau terdampak kebijakan ini.
Penguncian ini merupakan yang terbesar pertama di luar China.
Masih dari bulan Februari, ketika virus mulai menyebar ke berbagai negara di luar China, Vietnam memperluas pembatasan perjalanan, karantina kedatangan, dan penangguhan visa bari warga negara tak hanya China, namun juga Korea Selatan, Iran, dan Italia.
Hingga pada akhirnya, di akhir Maret Vietnam tidak membuka pintu bagi semua warga negara asing.
Pelacakan mendalam

Alasan kedua di balik keberhasilan Vietnam adalah diberlakukannya sistem pelacakan yang mendalam dan mendetil.
Data mencatat hingga pertengahan Februari 2020, jumlah kasus yang terdeteksi bertahan di jumlah 16 pasien saja. Namun 3 minggu kemudian di bulan Maret gelombang kedua infeksi terjadi, karena banyak orang-orang Vietnam yang kembali dari luar negeri.
Otoritas terkait langsung melacak kontak pasien yang dikonfirmasi dan menempatkannya di karantina selama 2 pekan lamanya.
"Kami memiliki sistem yang sangat kuat: 63 CDC tingkat provinsi, lebih dari 700 CDC tingkat kabupaten, dan lebih dari 11.000 pusat kesehatan masyarakat. Semuanya menghubungkan pelacakan kontak," kata dokter Pham.
Setiap pasien yang terkonfirmasi harus menyerahkan daftar orang yang ia temui dalam 14 hari terakhir secara lengkap kepada petugas kesehatan.
Saat itu, salah satu rumah sakit terbesar di Vietnam, Bach Mai di Hanoi menjadi hotspot penyebaran virus. Akhirnya, pemerintah mengunci rumah sakit tersebut dan melacak hampir 100 ribu orang yang terkait dengan RS.
"Dengan pelacakan kontak, kami menemukan hampir semua orang yang terinfeksi, dan meminta mereka untuk tinggal di rumah dan karantina mandiri, dan jika mereka memiliki gejala mereka dapat mengunjungi pusat kesehatan untuk pengujian secara gratis," kata dr. Pham.
Upaya penelusuran kontak yang dilakukan Vietnam sangat teliti, tidak hanya pada mereka yang kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, tetapi juga mereka yang memiliki kontak tidak langsung.
Komunikasi publik dan propaganda

Sejak awal, pemerintah Vietnam memang telah melakukan komunikasi yang jelas dengan masyarakat tentang wabah Covid-19.
Situs web khusus, hotline telepon, dan aplikasi telepon dipersiapkan untuk memperbarui pengetahuan publik tentang situasi terkini dan apa nasihat medis.
Kementerian kesehatan juga secara teratur mengirimkan pengingat kepada warga melalui pesan singkat SMS.
Pemerintah pun memiliki hotline nasional yang siap memberikan bantuan dan informasi kepada masyarakat terkait Covid-19.
Dr. Pham menyebut pada satu hari kontak ini bisa menerima 20.000 panggilan, belum lagi kontak di tingkat provinsi dan kabupaten yang juga disediakan.
Bentuk komunikasi lain adalah melalui propaganda.
Beragam media komunikasi di negara itu dimaksimalkan seoptimal mungkin untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya infeksi.
Mulai dari pengeras suara, poster di jalanan, media massa, hingga media sosial.
Pada akhir Februari, kementerian kesehatan merilis video menarik menggunakan salah satu lagu pop Vietnam untuk mengajari publik bagaimana cara mencuci tangan yang benar dan tindakan kebersihan lainnya selama wabah terjadi.
Belajar dari SARS dan flu burung
Negara ini memang telah menorehkan sejarah banyak menuai kesuksesan dalam menghadapi berbagai penyakit menular, seperti SARS dan flu burung.
Sehingga ketika Covid-19 datang, masyarakat juga pemerintah sudah lebih siap menghadapinya.
"Masyarakat Vietnam jauh lebih mewaspadai penyakit menular daripada masyarakat di negara-negara lain yang mungkin lebih makmur atau negara yang tidak melihat banyak penyakit menular seperti Eropa, Inggris dan AS," kata Pham.
"Negara ini memahami bahwa hal-hal terkait penyakit menular perlu ditanggapi dengan serius dan sesuai dengan pedoman tentang bagaimana mencegah penyebaran infeksi," lanjutnya. (Tribunnewsmaker/*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Vietnam Berhasil Menjaga Angka Kematian Covid-19 Tetap Nol, Begini Caranya... "
dan di Tribunnews Tetap Nol Kasus Kematian, Begini Deretan Siasat Vietnam dalam Menangani Covid-19