Tanggapi Pernyataan Megawati Soal Sumbangsih Milenial ke Bangsa, Dedi Mulyadi Singgung Bintang Emon
"Salah satu hal menarik pada zaman sekarang ini adalah model opsisi kreatif gaya Bintang Emon," ujar Dedi Mulyadi.
Editor: Irsan Yamananda
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Sosok Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri sedang hangat diperbincangkan banyak orang.
Putri presiden pertama Indonesia itu sempat mempertanyakan sumbangsih generasi milenial untuk bangsa dan negara Indonesia.
Megawati mempertanyakan sumbangsih milenial terhadap bangsa dan negara.
Ia melihat bahwa generasi milenial hanya bisa berunjuk rasa, seperti demonstrasi penolakan terhadap UU Cipta Kerja.
"Apa sumbangsih kalian terhadap bangsa dan negara ini? Masa hanya demo saja," kata Megawati seperti dikutip dari Kompas.com.
Sontak, hal itu memicu tanggapan dari berbagai pihak.
Baca juga: Mengenal Kelompok Milenial, Generasi yang Dipertanyakan Sumbangsihnya untuk Negara oleh Megawati
Baca juga: Megawati Pertanyakan Sumbangsih Milenial untuk Negara, Ketua DPP Demokrat: Tidak Boleh Asal Tuduh
Baca juga: Melihat Peluang Gibran Rakabuming di Pilkada Solo, Lawan Orang Biasa, Megawati Jadi Juru Kampanye

Termasuk anggota DPR yang sekaligus menjadi YouTuber, Dedi Mulyadi.
Ia mengatakan, setiap generasi pasti memberikan kontribusi bagi bangsa.
Kontribusi yang Dedi maksud berbentuk karya nyata seperti penemuan, kewirausahaan dan juga dalam bidang keilmuwan.
Dedi mengatakan, bentuk kreativitas lain pada zaman teknologi digital dan internet itu adalah bidang otokritik dalam setiap episode zaman.
Ia menilai, kreativitas dalam bentuk otokritik juga merupakan bagian dari kontribusi bangsa.
"Salah satu hal menarik pada zaman sekarang ini adalah model opsisi kreatif gaya Bintang Emon."
"Kalimatnya pendek, cukup mengena dan menjadi viral."
"Itu salah satu model oposisi kreatif," kata Dedi kepada Kompas.com via sambungan telepon, Jumat (30/10/2020).

Baca juga: POLEMIK Megawati Minta Jokowi Tak Manjakan Milenials, PKS Ungkit Andil Kesalahan Generasi Senior
Dedi mengatakan, kritik dengan gaya kreatif model Bintang Emon itu patut diapresiasi.
Terlepas setuju atau tidak atas isi dari konten itu.
"Kita patut apresiasi walaupun barangkali kita keberatan isinya, tapi dari sisi aspek dia (Bintang Emon) mengelola konten kita hargai," kata wakil ketua Komisi IV ini.
"Bisa jadi kita keberatan terhadap isinya karena tergantung posisi kita hari ini," lanjutnya.
Namun demikian, Dedi mengatakan bahwa konten otokritik via media sosial yang sering dibuat oleh para pegiat medsos seperti Bintang Emon itu harus diakui sebagai bentuk kreativitas dan menarik.
"Kita harus akui bahwa itu cara oposisi kreatif dari pegiat media sosial," kata budayawan tersebut.
Ketua DPP Demokrat: Tidak Boleh Asal Tuduh
Ketua DPP Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin juga turut menanggapi hal tersebut.
Menurut Didik, Megawati seharusnya tidak menggeneralisasi milenial dengan aksi anarkistis sekelompok orang di demo menolak Undang-Undang Cipta Kerja beberapa hari yang lalu.
"Megawati tidak boleh asal tuduh kepada kaum milenial terkait demo anarkis yang lalu," kata Didi dalam keterangan tertulis, Jumat (30/10/2020) seperti dikutip dari Kompas.com.
Baca juga: POLEMIK Megawati Minta Jokowi Tak Manjakan Milenials, PKS Ungkit Andil Kesalahan Generasi Senior

Didi mempersilakan Megawati mempermasalahkan demo anarkistis dalam aksi demo menolak UU Cipta Kerja.
Namun, ia meminta Megawati untuk tidak menuduh generasi milenial sebagai penyebabnya.
Didi menduga, demo anarkistis tersebut sudah direkayasa kelompok penyusup yang ingin memperkeruh suasana.
"Konteks oleh ibu Megawati sangat keliru dan tidak tepat, demo anarkis dikaitkan dengan milenial."
"Demo anarkis sudah pasti rekayasa kaum penyusup yang hendak bermain di air keruh. Tidak ada kaitan sama sekali dengan konteks kaum milenial," ucapnya.
Lebih lanjut, Didi berharap Megawati lebih berhati-hati dan bijak dalam menilai generasi milenial.
Selain itu, ia meminta Presiden Jokowi tetap memberi perhatian khusus bagi generasi milenial agar langkah mereka sukses ke depannya.
"Aksi demo mahasiswa menolak omnibus law perlu diapresiasi sebagai niat baik rakyat menyampaikan pesan dan kritiknya terhadap pemerintahan, demonstrasi merupakan hak rakyat yang dilindungi undang-undang," pungkasnya.
Lantas siapa sebenarnya generasi milenial itu?
Setidaknya, ada lima generasi yang dikenal sejauh ini.
Kata ‘generasi’ merujuk pada rentang waktu usia kelahiran dari masing-masing generasi tersebut.
Baca juga: Setelah Megawati dan Puan Maharani, Kini Sandiaga Uno Jadi Jurkam Gibran Rakabuming di Pilkada Solo
Pertama, generasi baby boomers yaitu mereka dengan rentang usia antara 60 tahun hingga 74 tahun.
Mereka ini adalah kelompok masyarakat yang lahir pada rentang waktu 1946 hingga 1960 atau pada saat itu Indonesia baru saja menghadapi masa kemerdekaan dan orde lama.
Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan survei pada tahun 2019, ada sekitar 20,8 juta penduduk Indonesia yang berada pada rentang usia tersebut.
Selanjutnya, ada generasi X yang memiliki rentang usia antara 40 hingga 59 tahun.
Mereka ini adalah kelompok masyarakat yang lahir pada rentang tahun 1961 hingga 1980.
Kelompok generasi X senior dengan rentang usia 55-59 tahun jumlahnya mencapai 12,7 juta orang di Indonesia.
Kelompok usia ini termasuk yang baru saja purna tugas dari pekerjannya karena faktor usia.
Walaupun ada sejumlah perusahaan atau kantor pemerintah yang menerapkan batas usia hingga mencapai 60-65 tahun.
Sedangkan, mereka yang berada pada rentang usia 40-54 tahun jumlahnya mencapai 52,3 juta.
Sementara itu, yang disebut sebagai generasi milenial yaitu mereka yang masuk ke dalam kelompok generasi Y, yaitu dengan rentang usia antara 26 hingga 39 tahun.
Mereka adalah kelompok masyarakat yang lahir pada rentang tahun 1981 hingga 1994.
Baca juga: POPULER Megawati Minta Kader Rapatkan Barisan Terkait Bendera PDIP yang Dibakar Massa, Tempuh Hukum?
Total, ada 61,9 juta orang yang masuk ke dalam kelompok generasi ini.
Jumlah ini sekaligus yang terbesar bila dilihat dari skala kelompok usia produktif.
Berikutnya, ada pula generasi Z dengan rentang usia antara 10 hingga 25 tahun.
Sebagian dari mereka, terutama yang berada pada rentang usia 18-25 tahun sudah dikategorikan ke dalam kelompok usia produktif.
Namun, jika dilihat dari jumlahnya, ada 62,1 juta orang yang masuk ke dalam kelompok usia ini.
Terakhir, ada generasi Alpha, yaitu mereka yang lahir di atas tahun 2011 hingga saat ini.
Rentang usia mereka berkisar antara 0-9 tahun. Jumlahnya, terdapat sekitar 47,5 juta jiwa.
Baca juga: Bendera PDIP Dibakar Massa, Megawati Minta Kader Rapatkan Barisan, PA 212: Silakan Ambil Jalur Hukum
Generasi Sandwich
Untuk diketahui, kelompok generasi X, generasi Y, dan generasi Z yang telah masuk usia produktif juga termasuk kedalam kelompok generasi Sandwich.
Dilansir Kompas.id dari artikel jurnal yang ditulis Elaine Brody dan Dorothy Miller pada 1981, generasi Sandwich dicirikan sebagai kelompok generasi berusia produktif, tetapi berada dalam impitan dua tugas utama.
Di satu sisi, generasi ini mempunyai tugas membesarkan anak yaitu kelompok generasi Alpha dan sebagian generasi Z yang belum masuk usia produktif.
Di sisi lain, generasi ini juga dituntut merawat orangtua atau bahkan keluarga besar.
Sebagian kelompok generasi sandwich bahkan mengemban dua tugas tersebut.
Tugas ganda yang harus dijalani generasi ini, bahkan sebagian besar dialami oleh kelompok milenial jika merujuk data rasio ketergantungan penduduk yang dikeluarkan BPS.
Baca juga: POPULER - Megawati Sindir Anak yang Dipaksakan Ikut Pemilu, Gibran: Gak Dipaksa, Keinginan Sendiri
Rasio ketergantungan penduduk adalah perbandingan antara penduduk di kelompok usia produktif dan kelompok usia tidak produktif dalam satuan persen.
Semakin tinggi rasio ketergantungan, semakin berat beban yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif untuk menanggung biaya hidup penduduk usia tidak produktif.
Tahun lalu, rasio ketergantungan penduduk Indonesia tercatat 45,56 persen.
Angka itu bermakna, setiap 100 penduduk berusia produktif, menanggung beban hidup sekitar 46 penduduk tidak produktif, yaitu mereka yang berusia 0-14 tahun ditambah usia 65 tahun ke atas. (TribunNewsmaker/ *)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dedi Mulyadi Tanggapi Megawati: Kritik Bintang Emon, Model Oposisi Kreatif Milenial".
BACA JUGA : di Tribunnews.com dengan judul Tanggapi Pernyataan Megawati Soal Sumbangsih Milenial ke Negara, Dedi Mulyadi Singgung Bintang Emon.